My Sweet Home
author

MENGENAL TEKNIK PENULISAN CERPEN

MENGENAL TEKNIK PENULISAN CERPEN
Oleh: Habiburrahman El Shirazy*

"Menulislah pada saat awal dengan hati.
Setelah itu, perbaiki tulisan Anda dengan pikiran.
Kunci pertama dalam menulis adalah bukan berpikir,
melainkan mengungkapkan apa saja yang dirasakan."

- William Forrester -


I. Pengertian Umum Cerpen


Sebenarnya, tidak ada rumusan yang baku mengenai apa itu cerpen. Kalangan sasterawan memiliki rumusan yang tidak sama. H.B. Jassin –Sang Paus Sastra Indonesia- mengatakan bahwa yang disebut cerita pendek harus memiliki bagian perkenalan, pertikaian, dan penyelesaian. A. Bakar Hamid dalam tulisan "Pengertian Cerpen" berpendapat bahwa yang disebut cerita pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu banyaknya perkataan yang dipakai: antara 500-20.000 kata, adanya satu plot, adanya satu watak, dan adanya satu kesan. Sedangkan Aoh. KH, mendefinisikan bahwa cerpen adalah salah satu ragam fiksi atau cerita rekaan yang sering disebut kisahan prosa pendek. Dan masih banyak sastrawan yang merumuskan definisi cerpen. Rumusan-rumusan tersebut tidak sama persis, juga tidak saling bertentangan satu sama lain. Hampir semuanya menyepakati pada satu kesimpulan bahwa cerita pendek atau yang biasa disingkat cerpen adalah cerita rekaan yang pendek.

Dari beberapa buku dan uraian yang layak dijadikan pedoman, tampaknya pendapat pakar cerita pendek dunia, Edgar Allan Poe, sangat cocok menjadi panduan- karena secara teoritis ia memenuhi kriteria ilmiah, tetapi secara praktis ia dapat diaplikasikan. Pendapat yang dirinci Muhammad Diponegoro dalam bukunya Yuk, Nulis Cerpen Yuk disederhanakan sebagai berikut:

Pertama, cerita pendek harus pendek. Seberapa pendeknya? Sebatas rampung baca sekali duduk menunggu bus atau kereta api, atau sambil antre karcis bioskop. Disamping itu ia juga harus memberi kesan secara terus-menerus hingga kalimat terakhir, berarti cerita pendek harus ketat, tidak mengobral detail, dialog hanya diperlukan untuk menampakkan watak, atau menjalankan cerita atau menampilkan problem.

Kedua, cerita pendek mengalir dalam arus untuk menciptakan efek tunggal dan unik. Menurut Poe ketunggalan pikiran dan aksi bisa dikembangkan lewat satu garis dari awal sampai akhir. Di dalam cerita pendek tak dimungkinkan terjadi aneka peristiwa digresi.

Ketiga, cerita pendek harus ketat dan padat. Setiap detil harus mengarus pada pada satu efek saja yang berakhir pada kesan tunggal. Oleh sebab itu ekonomisasi kata dan kalimat – sebagai salah satu ketrampilan yang dituntut bagi seorang cerpenis.

Keempat, cerita pendek harus mampu meyakinkan pembacanya bahwa ceritanya benar-benar terjadi, bukan suatu bikinan, rekaan. Itulah sebabnya dibutuhkan suatu ketrampilan khusus, adanya konsistensi dari sikap dan gerak tokoh, bahwa mereka benar-benar hidup, sebagaimana manusia yang hidup.

Kelima, cerita pendek harus menimbulkan kesan yang selesai, tidak lagi mengusik dan menggoda, karena ceritanya seperti masih berlanjut. Kesan selesai itu benar-benar meyakinkan pembaca, bahwa cerita itu telah tamat, sampai titik akhirnya, tidak ada jalan lain lagi, cerita benar-benar rampung berhenti di situ.

Rumusan Poe inilah –saya sepakat dengan Korrie Layun Rampan- sesungguhnya yang cukup bisa mewakili pengertian cerita pendek secara umum.
________________________________________
II. Karakteristik Cerpen

Gambaran umum karakteristik cerpen bisa ditangkap dalam rumusan Edgar Alan Poe, di atas. Untuk mempertegas perbedaan cerpen dengan novel, Ismail Marahimin, dalam Menulis Secara Populer menjelaskan bahwa cerpen memang harus pendek dan singkat. Sedangkan cerita rekaan yang panjang adalah novel. Apa ukuran panjang-pendek suatu cerpen itu? Jumlah halamannyakah? Jumlah kata-katanyakah? Menjawab hal ini, rumusan Poe cukup menjelaskan. Meskipun ada yang berpendapat jumlah katanya tidak lebih dari 10.000 kata (The Liang Gie). Ada yang membatasi jumlah katanya antara 500 – 30.000 kata (Helvy Tiana Rosa).

Yang jelas, karakteristik utama cerpen adalah pendek dan singkat. Di dalam cerita yang singkat itu, tentu saja tokoh-tokoh yang memegang peranan tidak banyak jumlahnya, bisa jadi hanya seorang, atau bisa juga sampai sekitar empat orang paling banyak. Itu pun tidak seluruh kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh itu diungkapkan di dalam cerita. Fokus atau, pusat perhatian, di dalam cerita itu pun hanya satu. Konfliknya pun hanya satu, dan ketika cerita itu dimulai, konflik itu sudah hadir di situ. Tinggal bagaimana menyelesaikan saja.

Karena pendeknya, kita biasanya tidaklah menemukan adanya perkembangan di dalam cerita. Tidak ada cabang-cabang cerita. Tidak ada kelebatan-kelebatan pemikiran tokoh-tokohnya yang melebar ke pelbagai hal dan masalah. Peristiwanya singkat saja. Kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh, pun tidak berkembang, dan kita tidak menyaksikan adanya perubahan nasib tokoh, atau tokoh-tokoh ini ketika cerita berakhir. Dan ketika konfik yang satu itu terselesaikan, kita tidak pula tahu bagaimana kelanjutan kehidupan tokoh, atau tokoh-tokoh, cerita itu.

Dan karena jumlah tokoh terbatas, peristiwanya singkat, waktu berlangsungnya tidak begitu lama, kata-kata yang dipakai harus hemat, tepat dan padat, maka –diatara karakteristik cerpen- tempat kejadiannya pun juga terbatas, berkisar 1-3 tempat saja.

Perlu ditegaskan bahwa cerpen bukan penggalan sebuah novel. BUKAN PULA sebuah novel yang dipersingkat. Cerpen itu adalah sebuah cerita rekaan yang lengkap: tidak ada, tidak perlu, dan harus tidak ada tambahan lain. Cerpen adalah sebuah genre atau jenis, yang berbeda dengan novel.

Namun demikian, sebuah cerpen meskipun singkat tetap harus mempunyai tikaian dramatik, atau dalam bahasa The Liang Gie konflik dramatik, yaitu perbenturan kekuatan yang berlawanan. Baik benturan itu terlihat nyata ataupun tersamarkan. Sebab inilah inti suatu cerpen.
________________________________________
III. Unsur-Unsur Dalam Sebuah Cerpen

1. Tema
Yaitu gagasan inti. Dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi sebuah bangunan. Tidaklah mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa pondasi. Dengan kata lain tema adalah sebuah ide pokok, pikiran utama sebuah cerpen; pesan atau amanat. Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita; dasar tolak untuk bercerita.

Tidak mungkin sebuah cerita tidak mempunyai ide pokok. Yaitu sesuatu yang hendak disampaikan pengarang kepada para pembacanya. Sesuatu itu biasanya adalah masalah kehidupan, komentar pengarang mengenai kehidupan atau pandangan hidup si pengarang dalam menempuh kehidupan luas ini. Pengarang tidak dituntut menjelaskan temanya secara gamblang dan final, tetapi ia bisa saja hanya menyampaikan sebuah masalah kehidupan dan akhirnya terserah pembaca untuk menyikapi dan menyelesaikannya.

Secara tradisional, tema itu bisa dijelaskan dengan kalimat sederhana, seperti: 1. Kejahatan pada akhirnya akan dikalahkan oleh kebaikan. 2. Persahabatan sejati adalah setia dalam suka dan duka. 3. Cinta adalah energi kehidupan, karena itu cinta dapat mengatasi segala kesulitan. Dan lain sebagainya.

Cerpen yang baik dan besar biasanya menyajikan berbagai persoalan yang kompleks. Namun, selalu punya pusat tema, yaitu pokok masalah yang mendominasi masalah lainnya dalam cerita itu. Misalnya cerpen “Salju Kapas Putih” karya Satyagraha Hoerip. Cerpen ini melukiskan pengalaman “aku” di negeri asing dengan baik sekali, tetapi secara tajam cerpen ini menyorot masalah moral. Tokoh “aku” dapat bertahan dari godaan berbuat serong karena pertimbangan moral.

2. Alur atau Plot
Yaitu rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu. Banyak anggapan keliru mengenai plot. Sementara orang menganggap plot adalah jalan cerita. Dalam pengertian umum, plot adalah suatu permufakatan atau rancangan rahasia guna mencapai tujuan tertentu. Rancangan tentang tujuan itu bukanlah plot, akan tetapi semua aktivitas untuk mencapai yang diinginkan itulah plot.

Atau, secara lebih gamblang plot adalah –menurut Aswendo Atmowiloto- sebab-akibat yang membuat cerita berjalan dengan irama atau gaya dalam menghadirkan ide dasar.

Semua peristiwa yang terjadi di dalam cerita pendek harus berdasarkan hukum sebab-akibat, sehingga plot jelas tidak mengacu pada jalan cerita, tetapi menghubungkan semua peristiwa. Sehingga Jakob Sumardjo dalam Seluk-beluk Cerita Pendek menjelaskan tentang plot dengan mengatakan, “Contoh populer menerangkan arti plot adalah begini: Raja mati. Itu disebut jalan cerita. Tetapi raja mati karena sakit hati, adalah plot.”

Dalam cerpen biasanya digunakan plot ketat artinya bila salah satu kejadian ditiadakan jalan cerita menjadi terganggu dan bisa jadi, tak bisa dipahami.

Adapun jenis plot bisa disederhanakan menjadi tiga jenis, yaitu:

1.Plot keras, jika akhir cerita meledak keras di luar dugaan pembaca. Contohnya: cerpen-cerpen Anton Chekov, pengarang Rusia legendaris, cerpen-cerpen Trisnoyuwono yang terkumpul dalam Laki-laki dan Mesiu, cerpen-cerpen Subagio Sastrowardoyo dalam kumpulannya Kejantanan di Sumbing.

2.Plot lembut, jika akhir cerita berupa bisikan, tidak mengejutkan pembaca, namun tetap disampaikan dengan mengesan sehingga seperti terus tergiang di telinga pembaca. Contoh, cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam, cerpen-cerpen Danarto dalam Godlob, dan hampir semua cerpen Guy de Maupassant, pengarang Perancis menggunakan plot berbisik.

3.Plot lembut-meledak, atau plot meledak-lembut adalah campuran plot keras dan lembut. Contoh: cerpen Krawang-Bekasi milik Gerson Poyk, cerpen Bulan Mati karya R. Siyaranamual, dan cerpen Putu Wijaya berjudul Topeng bisa dimasukkan di sini.

Adapun jika kita melihat sifatnya, maka ada cerpen dengan plot terbuka, plot tertutup dan cempuran keduanya. Jadi sifat plot ada kalanya:
• Terbuka. Jika akhir cerita merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita, di samping masalah dasar persoalan.
• Tertutup. Akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita. Contoh Godlobnya Danarto.
• Campuran keduanya.

3. Penokohan
Yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita. Tokoh harus tampak hidup dan nyata hingga pembaca merasakan kehadirannya. Dalam cerpen modern, berhasil tidaknya sebuah cerpen ditentukan oleh berhasil tidaknya menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut. Penokohan, yang didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita, bisa dikatakan ia sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek.

Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat batin (watak, karakter). Dan sifat tokoh ini bisa diungkapkan dengan berbagai cara, diantaranya melalui:
1.Tindakan, ucapan dan pikirannya
2.Tempat tokoh tersebut berada
3.Benda-benda di sekitar tokoh
4.Kesan tokoh lain terhadap dirinya
5.Deskripsi langsung secara naratif oleh pengarang
4.Latar atau Setting
yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita. Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot cerita, karena latar harus bersatu dengan teman dan plot untuk menghasilkan cerita pendek yang gempal, padat, dan berkualitas. Kalau latar bisa dipindahkan ke mana saja, berarti latar tidak integral dengan tema dan plot. Cerpen saya, Bayi-bayi Tertawa yang mengambil setting khas Palestina, dengan watak, budaya, emosi, kondisi geografi yang sangat khas Palestina tentu akan menjadi lucu jika settingnya dipindah di Ponorogo. Jelas bahwa setting akan sangat menentukan watak dan karakter tokoh.

5. Sudut Pandangan Tokoh
Diantara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek adlaah sudah pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita. Jadi sudut pangan ini sangat erat dengan teknik bercerita.

Sudut pandangan ini ada beberapa jenis, tetapi yang umum adalah:
1.Sudut pandangan orang pertama. Lazim disebut point of view orang pertama. Pengarang menggunakan sudut pandang “aku” atau “saya”. Di sini yang harus diperhatikan adalah pengarang harus netral dengan “aku” dan “saya”nya.
2.Sudut pandang orang ketiga, biasanya pengarang menggunakan tokoh “ia”, atau “dia”. Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya; “Aisha”, “Fahri”, dan “Nurul” misalnya.
3.Sudut pandang campuran, di mana pengarang membaurkan antara pendapat pengarang dan tokoh-tokohnya. Seluruh kejadian dan aktivitas tokoh diberi komentar dan tafsiran, sehingga pembaca mendapat gambaran mengenai tokoh dan kejadian yang diceritakan. Dalam “Sekelumit Nyanyian Sunda” Nasjah Djamin sangat baik menggunakan teknik ini.
4.Sudut pandangan yang berkuasa. Merupakan teknik yang menggunakan kekuasaan si pengarang untuk menceritakan sesuatu sebagai pencipta. Sudut pandangan yang berkuasa ini membuat cerita sangat informatif. Sudut pandanga ini lebih cocok untuk cerita-cerita bertendens. Para pujangga Balai Pustaka banyak yang menggunakan teknik ini. Jika tidak hati-hati dan piawai sudut pandangan berkuasa akan menjadikan cerpen terasa menggurui.

________________________________________
IV. Anatomi Cerita Pendek

Setelah mengerti betul definisi cerpen, karakteristik cerpen dan unsur-unsur yang wajib ada dalam membangun cerpen, maka sejatinya Anda sudah sangat siap untuk menciptakan sebuah cerpen. Sebelum menulis cerpen ada baiknya anda mengetahui anatomi cerpen atau bisa juga disebut struktur cerita. Umumnya anatomi cerpen, apapun temanya, di manapun settingnya, apapun jenis sudut pandangan tokohnya, dan bagaimanapun alurnya memiliki anatomi sebagai berikut:
1.Situasi (pengarang membuka cerita)
2.Peristiwa-peristiwa terjadi
3.Peristiwa-peristiwa memuncak
4.Klimaks
5.Anti Klimaks
Atau, komposisi cerpen, sebagaimana ditandaskan H.B.Jassin dapat dikatakan sebagai berikut:
1.Perkenalan
2.Pertikaian
3.Penyelesaian
Cerpen yang baik adalah yang memiliki anatomi dan struktur cerita yang seimbang. Kelemahan utama penulis cerpen pemula biasanya di struktur cerita ini. Helvy Tiana Rosa selama menjadi pimred Annida dan melihat kelemahan mereka itu dan berkomentar,

“Cerpenis-cerpenis pemula biasanya kurang memperhatikan proporsionalitas struktur cerita. Banyak di antara mereka yang berpanjang-panjang ria dalam menulis pembukaan cerpennya. Mereka menceritakan semua, seolah takut para pembaca tak mengerti apa yang akan atau sedang mereka ceritakan. Akibatnya sering satu sampai dua halaman pertama karya mereka masih belum jelas akan menceritakan tentang apa. Hanya pengenalan dan pemaparan yang bertele-tele dan membosankan. Konflik yang seharusnya dibahas dengan lebih jelas, luas dan lengkap, sering malah disinggung sambil lalu saja. Pengakhiran konflik pun dibuat sekedarnya. Tahu-tahu sudah penyelesaian. Padahal inti dari cerpen adalah konflik itu sendiri. Jadi jangan sampai pembukaan cerpen menyamai apalagi sampai menelan konflik tersebut.”

________________________________________
V. Agar Sebuah Cerpen Memiliki Daya Pikat

Agar cerpen ada memikat pembaca, trik-trik berikut ini bisa dipertimbangkan baik-baik:
1.Carilah ide cerita yang menarik dan tidak klise. Mengulang ide cerita semisal “Bawang Merah dan Bawang Putih” adalah pilihan yang kurang tepat, karena akan tampak sangat klise dan menjadi tidak menarik pembaca.
2.Buatlah lead, paragraf awal dan kalimat penutup cerita yang semenarik mungkin. Alinea awal dan alinea akhir sangat mementukan keberhasilan sebuah cerpen. Alinea awal berfungsi menggiring pembaca untuk menelusuri dan masuk dalam cerita yang dibacanya. Sedangkan kalimat akhir adalah kunci kesan yang disampaikan pengarang. Kunci kesan ini sangat penting, karena cerpen yang memberikan kesan yang mendalam di hati pembacanya, akan selalu dikenang.
3.Buat judul cerita yang bagus dan menarik. Sebagaimana buku, cerita yang bagus tidak semuanya dibaca orang. Salah satu penyebabnya adalah kalimat pembuka yang buruk dan judul yang mati, tidak menggugah rasa ingin tahu pembacanya. M. Fauzil Adhim dalam bukunya Dunia Kata menjelaskan beberapa hal yang seyogyanya diperhatikan dalam menulis judul; Pertama, judul sebaiknya singkat dan mudah diingat. Kedua, judul harus mudah diucapkan. Dan yang ketiga, kuat maknanya.
4.Perhatikan teknik penceritaan. Teknik yang digunakan pengarang menyangkut penokohan, penyusunan konflik. pembangunan tegangan dan penyajian cerita secara utuh. Jangan sampai pembaca sudah jenuh di awal cerita. Untuk menghindari kejenuhan pembaca di awal cerita bisa kita gunakan teknik:
o in medias res (memulai cerita dari tengah)
o flash back (sorot balik, penyelaan kronologis)
Anton Chekov menyarankan : “Lipat dualah halaman pertama cerpenmu, lalu robek dua dan buang sobekan yang sebelah atas.”
5.Buatlah suspense, kejutan-kejutan yang muncul tiba-tiba (bedakan dengan faktor kebetulan), jangan terjebak pada cerita yang bertele-tele dan mudah ditebak.
6.Cerpen harus mengandung kebenaran, keterharuan dan keindahan. Elizabeth Jolley, mengatakan,
Saya berhati-hati agar tidak membuat kesalahan. Sungai saya tidak pernah mengalir ke hulu.” Gabriel Garcia Marquez, sastrawan besar dari Kolumbia yang meraih novel itu berkata, “Pujian terbesar untuk karya saya tertuju kepada imajinasi, padahal tidak satu pun baris dalam semua karya saya yang tidak berpijak pada kenyataan.

7.Ingat bahwa setiap pengarang mempunyai gaya khas. Pakailah gaya sendiri, jangan meniru. Gunakan bahasa yang komunikatif. Hindari gaya berlebihan dan kata-kata yang terlalu muluk.
8.Perhatikan setiap tanda baca dan aturan berbahasa yang baik, tetapi tetap tidak kaku. Jangan bosan untuk membaca dan mengedit ulang cerpen yang telah anda selesaikan.
Akhirnya, saat Anda berniat menggoreskan pena menulis cerpen ingatlah pesan J.K. Rowling, siapa tahu ada manfaatnya, Mulailah menulis apa saja yang kamu tahu. Menulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri. Lalu saat menulis cerpen ingat pesan Edgar Allan Poe, agar cerpenmu berbobot, Dalam cerpen tak boleh ada satu kata pun yang terbuang percuma, harus punya fungsi, tujuan dalam komposisi keseluruhan.

Selamat menulis cerpen!
Singopuran-Kartasura, 3 Februari 2005
Jam di komputer menunjukkan 04:00

*********************************************************************

Semoga catatan yang evi share ini kepada semua sahabat dapat memberikan manfaat
~Evi A.~
Medan, 28 Nov 2010
author

Facebook yang Membuat Mabuk

Facebook yang Membuat Mabuk
by: anbar thea




Wahai facebook ...

awal hadirmu kuanggap kau terkutuk

sebab dicipta Yahudi busuk

semakin lama dirimu membuat mabuk

jutaan orang terkantuk-kantuk



wahai facebook ...

kini dirimu tlah masuk

pada hati setiap penduduk

bahkan nenek kakek pun manggut-manggut

dalam keramaian penuh hiruk pikuk



wahai facebook ...

dirimu tlah menyita waktu

melahap energi paling bermutu

dari bangun hingga tidur hanya satu

yang disentuh ataupun dirindu



Wahai facebook ...

dirimu tlah menggiring banyak remaja

terjerumus dalam syahwat dan cinta

akhirnya para akhwat pun menjadi manja

dan para ikhwan sering tebar pesona



Wahai facebook ...

wajar bila banyak suami istri bercerai

karena dirimu membuat lalai

bahkan tuk berbakti pun tak sampai

sebab tenaga dah lemah lunglai



wahai facebook ...

wajar bila banyak CLBK

sebab dirimu mengungkit luka

masa lalu kembali dibuka

hingga dosa tak lagi terasa



wahai facebook ...

kau kubenci tapi kurindu

karena kau banyak membuat cemburu

bahkan membuat siapapun tersipu

karna status yang dibuat syahdu



wahai facebook ...

kini kusadari dirimu penuh dusta

indah hanya pada kata tidak pada realita

betapa dirimu tlah membuat terlena

dengan impian dan angan-angan hampa



wahai facebook ...

Izinkan aku tuk mengeluarkan talak

karena hidupku tak ingin bergolak

hanya karna gosip-gosip yang membuat tak enak

atau prasangka yang menyalak-nyalak



* teruntuk jamaah facebukiyah, mohon dimaafkan lahir batin

Bdg-Mdn, 27 Nov 2010
author

RACUN - RACUN HATI

RACUN - RACUN HATi

Allah menegaskan bahwa di akhirat nanti, tidak berguna apapun yang dimiliki oleh manusia, kecuali jika ia datang kepada Allah SWT dengan hati yang bersih.

يَوْمَ لاَيَنفَعُ مَالٌ وَلاَبَنُونَ {88} إِلاَّ مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ {89}

(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (QS. Asy-Syu'ara : 88-89)


Untuk menjaga agar hati kita tetap bersih, kita perlu menghindarkan diri dari 5 racun-racun hati.
Pertama, Bicara yang Berlebih-lebihan

Lidah adalah nikmat. Namun ia bisa berbuah adzab saat manusia tidak pandai menjaganya. Bahkan Rasulullah memperingatkan kebanyakan manusia disiksa di neraka karena tidak mampu menjaga lidah ini.

وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلىَ وُجُوْهِهِمْ أَوْعَلىَ مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَاءِدُ أَلْسِنَتِهِمْ

Tidaklah manusia itu wajahnya dipanaskan dengan api neraka melainkan karena akibat dari lidahnya. (HR. Tirmidzi, Ibnu Mjaha dan Hakim)

Itulah jika lidah telah membuahkan pembicaraan yang berlebihan. Pembicaraan yang berlebihan adalah pembicaraan yang membawa madharat, atau kadar madharatnya lebih banyak daripada kemanfaatannya. Apalagi jika tidak ada kemanfaatan sama sekali dalam pembicaraan itu.

Pembicaraan berlebihan juga bisa berwujud dusta, menghina orang lain, mengolokolok orang lain, atau menyakiti orang lain. Terlebih jika pembicaraan berlebihan itu sudah tergolong fitnah. Na'udzubillah.

Sebaliknya, dengan lidah pula, manusia bisa selamat dan mendapatkan ridha dari Allah SWT. Dengan demikian, maka tempat akhirnya adalah surga. Di sana ia mendapatkan kebahagiaan abadi, kebahagiaan yang tiada putusnya. Karena lidah juga.

Uqbah pernah bertanya kepada Nabi SAW: "Wahai Rasulullah, apa yang bias menyelamatkan diriku?" Rasulullah menjawab:

أَمْسِكْ عِلَيْكَ لِسَانَكَ

Jagalah lidahmu.
(HR. Tirmidzi dan Ahmad)


Kedua, Memandang yang Berlebih-lebihan


Allah juga memberikan nikmat mata dan penglihatan kepada kita. Ini merupakan nikmat yang sangat besar dan orang-orang rela membayar mahal untuk mendapatkan penglihatan yang sempurna. Namun bersamanya, ada racun hati saat pandangan tidak terkendali.


قُلْ لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَايَصْنَعُونَ {30} وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

Karenanya Allah SWT memberikan petunjuk mengenai hal ini, kepada orang beriman baik laki-laki maupun perempuan untuk ghadhul bashar: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya,... (QS. An-Nur : 30-31)

Memandang berlebihan merupakan racun hati. Itulah saat kita memandang lawan jenis tanpa kendali. Dengan disengaja. Bukan pada pandangan pertama yang secara kebetulan kita dapatkan. Pandangan berlebihan ini sudah tergolong zina mata. Dan ia adalah racun hati yang berbahaya.

كُتِبَ عَلَى ابْنِ أدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَا أَدْرَكَ ذَالِكَ لاَ مَحَالَةَ فَلْعَيْنُ زِنْيَتُهَا النَّظَرُ

Telah ditetapkan atas manusia bagiannya dari zina, ia pasti mendapatkan hal yang demikian itu. Zinanya kedua mata adalah memandang... (HR. Ahmad)


Ketiga, Bergaul/berinteraksi yang Berlebih-lebihan

Manusia memang membutuhkan pergaulan dan interaksi dengan sesamanya. Sebab manusia adalah makhluk sosial yang takkan mampu hidup sendiri tanpa campur tangan orang lain. Namun pergaulan dengan sesama inipun harus tetap dalam kerangka agama. Bukan pergaulan yang seenaknya. Tanpa batas dan tanpa aturan.

Memilih teman bergaul juga harus diperhatikan. Sebab interaksi dengan orang lain atau lingkungan selalu mengakibatkan salah satu dari dua hal: memepengaruhi atau dipengaruhi. Mewarnai atau terwarnai. Karenanya kita perlu menjaga dengan siapa kita bergaul dan bagaimana agar pergaulan kita tetap dalam batas-batas sya'ri, terutama jika pergaulan itu terhadap lawan jenis.


وَلاَتُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا {28}

janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al-Kahfi : 28)


Keempat, Makan yang Berlebih-lebihan

Makan yang berlebih-lebihan adalah racun hati berikutnya. Ia bisa menjadi sumber penyakit fisik, juga bisa mengotori dan mematikan hati. Selain porsinya yang wajar dan seimbang, makanan yang masuk ke perut kita hendaklah dijaga agar memenuhi dua kriteria: halal dan thayib.

Makan yang ideal adalah sepertiga kapasitas perut kita. Sepertiganya lagi diisi air, dan sepertiganya lagi ruang untuk udara. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW:


مَامَلأَ أدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ أدَمَ أُكُلاَتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لاَمَحَالَةَ فَثُلُثَ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفْسِهِ

Tidaklah manusia memenuhi suatu bejana yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah ia memakan beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulang belulangnya. Jika ia harus mengisi perutnya, maka sepertiga untuk makannya, sepertiga untuk minumnya, dan sepertiga untuk nafasnya. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)


Kelima, Tidur yang Berlebih-lebihan

Ini biasanya berhubungan erat dengan makanan. Makan yang berlebihan cenderung mengakibatkan tidur yang berlebihan. Jika dua paket ini sudah berkumpul, maka berikutnya adalah kejelekan dan kemaksiatan yang mendominasi. Kita perlu berhatihati.

Semoga lima racun hati tersebut bisa kita hindari dan Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya pada kita sehingga hati kita tetap terjaga.

Wallahu a'lam bisshowab.

(Kiriman: dari sahabat FBku Ahmad Mujahid))
SURAT RIMA
author

SURAT RIMA



SURAT RIMA

Seperti biasa, aku bangun di pagi buta. Kendati ini hari libur untukku. Putri kecilku, Rima pun demikian. Ia sudah terbiasa bangun pagi bersamaku. Aku langsung ke meja kerjaku, membolak-balik buku, artikel dan menulis sesuatu. Tiba-tiba Rima bertanya: “Apa yang sedang mama tulis?”.

“Aku menulis surat kepada Allah!”, tanpa menoleh aku menjawab sekenanya.

“Bolehkah aku membacanya, mah??

“Tidak sayangku. Ini surat pribadi. Aku tidak ingin orang lain mengetahui isinya”.

Dengan wajah sedih Rima keluar dari ruang kerjaku. Namun hal itu sudah biasa terjadi. Aku telah berkali-kali memberi penolakan serupa…Dan peristiwa ini terjadi beberapa minggu lalu.

Suatu hari aku menengok kamar Rima. Aneh. Untuk kali pertama, Rima keberatan aku masuk ke dalam. Duh, mengapa ia merasa keberatan terhadapku? Kayaknya ia sedang menulis sesuatu.

“Apa yang sedang engkau tulis, sayang?”. Aku bertanya penuh keheranan. Hatiku penasaran, apa yang ditulis putriku yang saat itu baru berumur sembilan tahun? Apalagi, ia enggan jika aku membacanya.

“Aku sedang menulis surat untuk Allah seperti mama”. Jawabnya polos.

Rima lantas memotong pembicaan. Ia bertanya: “Mah, apakah yang kita tulis ini bisa menjadi kenyataan?”

“Tentu saja, sayang. Sungguh Allah Maha Mengetahui segala sesuatu…”. Namun Tetap saja Rima menolak jika aku membaca suratnya.

Galau aku beranjak dari kamarnya. Aku menemui suamiku, Rasyid untuk membacakan koran hari ini. Aku terus membaca. Namun hatiku masih kacau memikirkan putri kecilku. Rasyid dapat membaca hal itu. Bahkan ia menyangka, dirinya yang menjadi sebab kesedihanku. Ia berusaha menghiburku dan mengusulkan mencari seorang perawat, agar bisa lebih ringan mengurus dirinya. Oh Tuhan, aku tak pernah berpikir sampai ke sana. Segera kuraih kepada suamiku. Kupeluk dan kukecup keningnya. Kening yang selama ini mengucurkan peluh untuk diriku dan Rima… Ia mengira kesedihanku karena dirinya. Lalu aku jelaskan padanya sebab kegalauanku itu.


Sejak papanya sakit, aku yang mengantar Rima ke sekolah… Suatu hari, saat pulang, Rima kaget menyaksikan dokter berada di rumah kami. Ia segera berlari menengok ayahnya yang terserang stroke. Lalu duduk di sisinya, mengajaknya bercanda serta membisikkan kata-kata sayang padanya... Sebelum beranjak, sang dokter menuturkan padaku kondisi suamiku yang terus memburuk. Karena menganggap Rima masih kecil, tanpa perasaan aku sampaikan semua padanya. Bahwa dokter mengatakan, jantung ayahnya, tempat segala cinta dan kasih sayang, mulai lemah. Dan bahwasanya, ayah tidak mungkin dapat hidup lebih dari tiga minggu. Rima syok. Menangis keras sambil beseru: “Mengapa hal ini terjadi pada papa?, mengapa…??”.

“Berdoalah kepada Allah untuk kesembuhan papa sayang!. Engkau harus berani dan kuat. Jangan lupakan rahmat Allah. Sungguh Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau kan anak sulung dan sudah besar…”.

Mendengar jawaban itu, hati Rima mulai tenang. Berangsur kesedihannya mereda. Keberanian mulai tumbuh dalam hatinya. Tegar ia berseru: “Papa tak akan meninggal…!”.


Seperti biasa, setiap pagi Rima mengecup pipi papanya. Tapi, pagi itu ada sesuatu yang lain. Saat ia mengecup papanya, ia memandangnya dengan pandangan kasih seraya berbisik: “Seandainya hari ini ayah bisa mengantarku ke sekolah seperti teman-teman yang lain…”.

Suamiku, Rasyid nampak sedih. Sekuat tenaga ia berusaha menyembunyikan kesedihan itu. “InsyaAllah, suatu hari nanti aku akan mengantarkan engkau ke sekolah, sayang”.


Setiba di rumah setelah mengantar Rima ke sekolahnya, hatiku terusik penasaran ingin mengetahui surat-surat Rima yang ditulis untuk Allah. Aku mencari di atas mejanya, namun hasilnya nihil. Setelah lama mengacak, tetap saja hasilnya nihil, “Duhai, dimanakan surat-surat itu??” Apakah ia menyobeknya setelah ditulis??


Tiba-tiba pandanganku terbentur pada sebuah kotak. “Barangkali berada di dalam sana”, batinku. Sebab Rima sangat menyukai kotak ini. Berulang kali ia memintanya dariku, hingga terpaksa kukosongkan isinya dan memberikan padanya. Aku pun meraihnya. “Duhai Rabb, kotak ini penuh dengan surat. Seluruhnya ditujukan untuk Allah”.

Diantaranya: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, matikan anjing tetangga kami, Said, sebab ia membuatku takut”.

“Wahai Tuhanku, suburkan bunga-bunga di halaman kami, agar dapat kupetik setiap hari dan memberikan pada ibu guruku”. Dan masih banyak lagi surat-surat yang lainnya…


Aku merinding. Ya Allah, perasaan, seluruh permohonan Rima dalam surat-surat itu terkabulkan. Anjing tetangga kami telah mati beberapa minggu lalu. Kucing di rumah kami telah memiliki anak. Ahmad lulus dengan nilai tertinggi. Bunga-bunga di halaman telah besar, dan Rima memetiknya setiap hari untuk ibu gurunya…“Wahai Rabb, mengapa Rima tidak memohon untuk kesembuhan papanya?!!”, batinku.


Aku terus mencari. Barangkali ia pernah menulis dan memintanya. Sayangnya, upayaku terhenti oleh dering telepon. Pembantu kami segera menjawabnya.

“Nyonya, telepon dari sekolah…”.

“Sekolah..?!!, ada apa dengan Rima??, Apakah ia berbuat sesuatu??”. Teriak batinku.

Dari seberang sana, hati-hati sekali ia mengabarkan padaku, bahwa Rima terjatuh dari lantai empat. Saat itu Rima ingin ke rumah ibu gurunya yang sakit untuk memberikan sekuntum bunga...


Sungguh merupakan pukulah hebat bagi diriku dan suamiku. Lantaran syok luar biasa, tiba-tiba lidah suamiku tak dapat digerakkan lagi. Maka sejak hari itu juga ia tidak dapat lagi berkata-kata. Aku hanya menagisi hari-hari yang lewat tanpa Rima di sisiku. “Mengapa Rima harus mati?? Mengapa??, aku tidak dapat menguasai diriku lantaran kepergian anak tercintaku.


Bahkan, setiap hari aku terus membohongi diriku. Aku sengaja ke sekolah Rima seolah-olah aku mengantarnya. Aku juga mengerjakan segala sesuatu yang dicintai anakku itu. Duhai, setiap sudut-sudut rumah ini mengingatkanku padanya. Mengingatkanku pada tawa riangnya yang memenuhi rumah ini dengan kehidupan…

Tak terasa, peristiwa itu telah berlalu setahun. Sungguh, ia seakan hanya berjalan sehari saja.


Pagi itu, tepatnya hari jum’at, tiba-tiba pembantu kami datang tergesa-gesa. Nafasnya memburu. Ia mengabarkan, bahwa ia mendengar suara berasal dari kamar Rima… Ya Allah, apakah Rima kembali?? Ini adalah satu kegilaan…

“Engkau jangan terlalu banyak menghayal… Tidak ada yang pernah masuk di kamar itu sejak kepergian Rima”, sergahku.

Tapi suamiku tetap menyuruhku pergi dan melihat apa yang terjadi di dalam kamar itu.


Ragu aku memutar kunci pintu. Jantungku berdetak kencang. Saat pintu terkuak, aku tak sanggup menguasai diri…Aku jatuh duduk, dan hanya dapat menangis. Kenangan indah bersama Rima merasuki pikiranku. Saat kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur Rima, kaki-kakinya ranjang itu bergoyang dan mengelurkan suara deritan. Oh, aku ingat. Berkali-kali Rima mengabarkan padaku, bahwa kaki tempat tidurnya goyang dan mengeluarkan suara berderit. Dan aku lupa memanggil tukang untuk memperbaikinya… Namun sekarang, rasanya tak ada gunanya lagi. Aneh,, apa penyebab suara yang didengar pembantu kami itu…?



Ternyata, suara itu berasal dari kaligrafi Ayat Kursi yang jatuh. Ayat kursi berbingkai yang selalu di baca Rima setiap hari hingga ia menghapalnya… Saat aku mengangkat dan hendak menggantungkan kembali, pandangan mataku terantuk pada secarik kertas kecil yang tertempel di balik kaligrafi itu…

Gemetar aku meraih kertas tersebut. “Duhai Rabb, ia adalah salah satu dari surat Rima. Apa yang tertulis pada surat ini?? Mengapa Rima meletakkanya di balik kaligrafi Ayat Kursi ?? Sungguh, ia adalah surat Rima untuk Allah. Nanar aku membaca:

“Ya Rabb, Ya Rabb, biarlah aku mati, agar papa tetap hidup…!”.




Dari sebuah kisah nyata berbahasa Arab.
Sumber: http://majdah.maktoob.com/vb/majdah59590/
Penerjemah: Rappung Samuddin
Makassar, 19 November 2010.
author

Pendidikan Matematika Pada Anak

Rendahnya mutu pendidikan masih disandang bangsa Indonesia. Hal ini dapat diminimalkan dengan mengoptimalkan pendidikan pada anak sejak dini, terutama pendidikan matematika. Mengingat image masyarakat terhadap matematika yang menganggap pelajaran yang menakutkan. Padahal, matematika dapat diberikan kepada anak sejak usia 0+ tahun.

Anak pada usia 0-6 tahun perlu mendapat perhatian khusus karena pada usia inilah kesiapan mental dan emosional anak mulai dibentuk. Penelitian terhadap Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menunjukkan bahwa mutu pendidikan dan keberhasilan akademis secara signifikan dipengaruhi oleh kualitas masukan pendidikan yaitu kesiapan mental dan emosional anak memasuki sekolah dasar.

Anak mulai belajar dan beradaptasi dengan lingkungannya sejak bayi. Hal ini dikarenakan pertumbuhan otak bayi dibentuk pada usia 0-6 tahun. Oleh sebab itu asupan nutrisi yang cukup juga harus diperhatikan. Para ahli neurologi meyakini sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia terjadi pada usia 4 tahun, 80% terjadi ketika usia 8 tahun, dan 100% ketika anak mencapai usia 8 – 18 tahun.

Itulah sebabnya, mengapa masa anak-anak dinamakan masa keemasan. Sebab, setelah masa perkembangan ini lewat, berapapun kapabilitas kecerdasan yang dicapai oleh masing-masing individu, tidak akan meningkat lagi.

Bagi yang memiliki anak, tentu tidak ingin melewatkan masa keemasan ini. Berdasarkan kajian neurologi dan psikologi perkembangan, kualitas anak usia dini disamping dipengaruhi oleh faktor bawaan juga dipengaruhi faktor kesehatan, gizi dan psikososial yang diperoleh dari lingkungannya. Maka faktor lingkungan harus direkayasa dengan mengupayakan semaksimal mungkin agar kekurangan yang dipengaruhi faktor bawaan tersebut bisa diperbaiki.


Dalam tahun-tahun pertama kehidupan, otak anak berkembang sangat pesat dan menghasilkan bertrilyun-trilyun sambungan yang memuat berbagai kemampuan dan potensi. Nutrisi bagi perkembangan anak merupakan benang merah yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.


Setidaknya terdapat 6 aspek yang harus diperhatikan terkait dengan perkembangan anak antara lain:

pertama, perkembangan fisik: hal ini terkait dengan perkembangan motorik dan fisik anak seperti berjalan dan kemampuan mengontrol pergerakan tubuh.


Kedua, perkembangan sensorik: berkaitan dengan kemampuan anak menggunakan panca indra dalam mengumpulkan informasi.


Ketiga, perkembangan komunikasi dan bahasa: terkait dengan kemampuan menangkap rangsangan visual dan suara serta meresponnya, terutama berhubungan dengan kemampuan berbahasa dan mengekspresikan pikiran dan perasaan.


Keempat, perkembangan kognitif: berkaitan dengan bagaimana anak berpikir dan bertindak.


Kelima, perkembangan emosional: berkaitan dengan kemampuan mengontrol perasaan dalam situasi dan kondisi tertentu.


Keenam, perkembangan sosial: berkaitan dengan kemampuan memahami identitas pribadi, relasi dengan orang lain, dan status dalam lingkungan sosial.


Para orang tua juga dituntut untuk memahami fase-fase pertumbuhan anak.

Fase pertama, mulai pada usia 0-1 tahun. Pada permulaan hidupnya, anak diusia ini merupakan suatu mahkluk yang tertutup dan egosentris. Ia mempunyai dunia sendiri yang berpusat pada dirinya sendiri. Dalam fase ini, anak mengalami pertumbuhan pada semua bagian tubuhnya. Ia mulai terlatih mengenal dunia sekitarnya dengan berbagai macam gerakan. Anak mulai dapat memegang dan menjangkau benda-benda disekitarnya. Ini berarti sudah mulai ada hubungan antara dirinya dan dunia luar yang terjadi pada pertengahan tahun pertama (± 6 bulan). Pada akhir fase ini terdapat dua hal yang penting yaitu: anak belajar berjalan dan mulai belajar berbicara.


Fase kedua, terjadi pada usia 2-4 tahun. Anak semakin tertarik kepada dunia luar terutama dengan berbagai macam permainan dan bahasa. Dunia sekitarnya dipandang dan diberi corak menurut keadaan dan sifat-sifat dirinya. Disinilah mulai timbul kesadaran akan “Akunya”. Anak berubah menjadi pemberontak dan semua harus tunduk kepada keinginannya.


Fase ketiga, terjadi pada usia 5-8 tahun. Pada fase pertama dan kedua, anak masih bersifat sangat subjektif namun pada fase ketiga ini anak mulai dapat melihat sekelilingnya dengan lebih objektif. Semangat bermain berkembang menjadi semangat bekerja. Timbul kesadaran kerja dan rasa tanggung jawab terhadap kewajibannya. Rasa sosial juga mulai tumbuh. Ini berarti dalam hubungan sosialnya anak sudah dapat tunduk pada ketentuan-ketentuan disekitarnya. Mereka mengingini ketentuan-ketentuan yang logis dan konkrit. Pandangan dan keinginan akan realitas mulai timbul.



Pendidikan Matematika

Untuk pendidikan matematika dapat diberikan pada anak usia 0+ tahun sambil bermain, karena waktu bermain anak akan mendapat kesempatan bereksplorasi, bereksperimen dan dengan bebas mengekspresikan dirinya. Dengan bermain, tanpa sengaja anak akan memahami konsep-konsep matematika tertentu dan melihat adanya hubungan antara satu benda dan yang lainnya.


Anak juga sering menggunakan benda sebagai simbul yang akan membantunya dalam memahami konsep-konsep matematika yang lebih abstrak. Ketika bermain, anak lebih terstimulasi untuk kreatif dan gigih dalam mencari solusi jika dihadapkan atau menemukan masalah.


Pada pendidikan matematika dapat diberikan misalnya pada pengenalan bilangan, terlebih dahulu diperdengarkan angka dengan menyebutkan angka satu, dua, tiga dan seterusnya. Dan perlihatkan benda-benda berjumlah satu, dua, tiga dan seterusnya, bukan berarti materinya langsung mengenalkan lambang bilangan “dua” karena anak akan bingung. Dengan bertambahnya kecerdasan dan umur barulah diperkenalkan ke lambang bilangan.

Pengenalan geometri, anak diberikan berbagai macam bentuk bangun misalnya bola, kotak, persegi, lingkaran dan sebagainya. Dengan memerintahkan anak mengambil bangun yang disebutkan nama dan ciri-cirinya.

Pengenalan penjumlahan dan pengurangan, pakailah lima bola berdiameter sama yang dapat digenggam. Untuk pengurangan, sebanyak lima bola diambil satu, dua, …, dan lima. Sebaliknya penjumlahan dengan menambahkan satu, dua, …, sampai empat pada bola yang tergenggam. Mengingat ciri khas pada setiap jumlah bola yang sering dilihatnya, anak pun akan melihat kejanggalan ketika dikurangi atau ditambah. Peristiwa tersebut membuatnya semakin memahami hakikat “bertambah” dan “berkurang”, yang ditandai perubahan jumlah bola yang digenggamnya. Apalagi pada peragaan bola yang diameter dan warnanya beragam, pemahamannya tidak lagi terikat dengan ukuran, tetapi pada jumlah bola yang tampak.

Pengenalan hubungan atau pengasosiasian antara benda, misalnya berikan kotak dan dilanjutkan dengan memperlihatkan benda yang berbentuk kotak lain seperti kotak susu, bungkus sabun dan sebagainya. Dibenak anak dapat menghubungkan antar kotak yang satu dengan yang lainnya. Sehingga pendidikan matematika dapat diberikan kepada anak usia dini dimulai dari pendidikan keluarga, yang dilakukan oleh orang tua sebagai guru terdekat sang anak.



Orang Tua “Guru” Kreatif

Peran penting yang dapat dilakukan orang tua yaitu sebagai: Pertama, pengamat. Orang tua mengamati apa yang dilakukan oleh anak sehingga dapat mengikuti proses yang berlangsung. Ketika dibutuhkan, orang tua dapat memberikan dukungan dengan mengacungkan jempol, mengangguk tanda setuju, menyatakan rasa sukanya, bahkan ikut bermain. Kedua, manajer. Orang tua memperkaya ide anak dengan ikut mempersiapkan peralatan sampat tempat bermain. Ketiga, teman bermain. Orang tua ikut bermain dengan kedudukan sejajar dengan anak. Keempat, pemimpin (play leader). Dalam hal ini orang tua berperan menjadi teman bermain, sekaligus memberikan pengayaan dengan memperkenalkan cara serta tema baru dalam bermain.


Pengaruh orang tua sebagai “guru” pada anak memiliki porsi terbesar dilingkungannya, sehingga orang tua dalam mendidik dapat beracuan: pertama, berorientasi pada anak (pupil centered). Dalam mengajar anak tidak dengan komunikasi satu arah dengan kata lain orang tua dinyatakan orang yang paling tahu dan paling pandai.

Kedua, dinamis. Dalam mendidik anak bawalah mereka sambil bermain dan orang tua dapat memancing anak untuk memunculkan ide kreatif dan inovatifnya. Ketiga, demokratis. Ini berarti, memberikan kesempatan pada anak untuk menuangkan pikirannya dan bersikap tidak sok kuasa.

(Kiriman dari : sahabat FBku Indih Ariyanty)
author

Wahai Aqshaku

Wahai Aqshaku
by: Anbar Thea

Wahai Aqshaku ...
Kudengar namamu dalam paparan kisah
Kupelajari nasibmu dalam buku-buku sejarah
Kubaca bercak darah syuhadamu dalam dongeng menggugah
Namun, sungguh kini tak ada lagi dusta antara kita
Nasib pahitmu tak mampu menyayat jiwa
Getir hidupmu tak mampu mengoyak raga
Gelora juangmu tak mampu menggerakkan semangat
Keteguhanmu tak mampu menyatukan tekad

Kini entitasmu tlah hilang bak ditelan tsunami
Padahal kisah heroikmu menggemparkan seluruh bumi
Kini bekas-bekas keagunganmu tlah menjadi onggokan tahi Yahudi
Tak ada yang peduli, apalagi dicatat rekor MURI
Kau hanya dicatat indah dalam untaian bait puisi
Namun dihinakan oleh hampir seluruh pelosok negeri

Wahai Aqshaku ...
Kini kau hanya membisu dalam tuli
Bangsa Arab lebih mencintai Manchaster City
Daripada tanah suci wakaf para nabi
Adapun kami, muslim di negeri para TKI
Kami sibuk dengan urusan sendiri-sendiri

Wahai Aqshaku ...
Kau adalah matahari kebenaran
Dulu sinarmu begitu terang benderang
Namun kini pudar bahkan tlah padam
Kau adalah rembulan peradaban
Dulu sinarmu begitu indah menawan
Namun kini temaram dan hanya ada dalam slogan
setiap demo dan obrolan dusta perdamaian
terkubur dalam bualan politik dan semarak iklan
terpendam dalam deklarasi dan dagelan HAM

Wahai Aqshaku ...
Dulu kau adalah inspirasi perjuangan kemerdekaan
Kau menggelorakan semangat perlawanan
Namun kini, kau adalah komoditas dan jualan
Mahmud Abbas dan para diktator Arab yang kejam
Maka wajar, siapapun yang membelamu dipenjarakan
Dituduh teroris, Al-Qaida, atau ekstrimis mematikan
Padahal mereka adalah syuhada yang rela berkorban
dengan tetesan darah dan kucuran air mata kecemerlangan

Wahai Aqshaku ...
Maafkan kami yang tak lagi peduli
Bahkan kami tak tahu siapa dirimu yang sejati
Semua berkat kelicikan bangsa-bangsa Yahudi
Juga kebodohan kami di sepanjang 5 generasi
Kini kisahmu tak lagi menarik diceritakan
pada anak-anak kami atau di setiap pengajian
palagi anak-anak muda yang lebih tertarik roman picisan
karena orang tua yang tak lagi layak jadi panutan
Maafkan kami ...
Kau merana dalam duka ... tapi kami merana dalam kubangan dosa
Kau menangis dalam sedih ... tapi kami menangis dalam rintihan dusta
Kau terkapar dalam lapar ... tapi kami terkapar dalam klaim-klaim sakral
Kau menderita karena gugurnya syuhada ... tapi kami menderita karena gugurnya iman di dada

Wahai Aqshaku ...
Kami tahu, kau tengah merindu matahari kebenaran
yang menghangatkan kembali tungku-tungku harapan
yang membakar kembali bara api perlawanan
dengan senjata dan kesetiakawanan
dengan tank-tank dan kekuatan iman
dengan peluru-peluru dan keteguhan keyakinan
Wahai Aqshaku
Kami tahu, kau tengah menunggu kunci Al-Faruq dan Al-Qassam
yang akan membuka keran-keran air mata
yang akan menyingkirkan duka
yang akan memutus mata rantai derita
Kami tahu, kau tengah merintih dalam tangis
Saat kami memekik dalam canda yang lirih
Kami tahu, kau tengah dirudung nestapa
Saat kami dirudung semunya gembira

Wahai Aqshaku ... kami sadar
tanpamu hidup kami tak bermakna
tanpamu bencana terus membahana
tanpamu amal shalih kami sia-sia
tanpamu jiwa kami merana
Maafkan kami ... kami sadar ...
Tanpamu keadilan tiada
tanpamu madu kejujuran tak berasa
tanpamu roti ketenteraman hanya kata-kata
tanpamu teh tarik ketenangan hambar belaka

Wahai Aqshaku ...
Kuberjanji pada Ilahi
tuk menjadi pelayan suci
tuk semua tanah-tanah suci
tempat lahir dan berjuangnya para nabi
Kuberjanji takkan menerlantarkanmu
dalam setiap helaan nafasku
dalam setiap gerak langkahku
dalam setiap cita dan doaku
Kuyakini, seribu Al-Ayyubi akan kembali
Membebaskanmu dari tangan-tangan jahil Yahudi
Al-Ayyubi yang lahir dari rahim para istri kami
Allahumma Fasyhad ... Ya ALlah Engkau menjadi saksi

*Semoga kita selalu mendoakan saudara2 kita di Palestina, Gaza, Afganistan, karena penderitaan mereka lebih parah daripada yang kita derita/alami*
Medan, 21 Nov 2010
~Evi A.~
author

Merindu-Mu

Merindu-Mu
by: ~Anbar Thea~





Ya Rabbi, Engkau Mahatahu

Lama sudah iman ini keras membatu

Bibir pun tak lagi mampu berasyik syahdu

Saat menyebut ragam asma-Mu

Hamba tak lagi sadar pada dentang sang waktu

Walau Engkau tlah mengirimkan rasul-rasulMu

Namun tetap saja, jiwa ini begitu kelu

bahkan rasa pun tlah tersayat pilu

atas kedhaifan hamba mengagungkan syi'arMu



Ya Rabbi, Engkau Mahatahu

Gejolak syahwat teramat membuncah

Bergemuruh riuh menebar resah

Kabut hati terus mewabah

Mengotori jiwa yang slalu rindu syahadah

Hamba tak lagi dapat berkelindan dalam nikmatnya tilawah

atau menikmati sujud pada ayat-ayat sajdah

Waktu berlalu tanpa terasa mendekati akhir sanah

Padahal amal shalih hamba belum sampai sebiji zarrah



Ya Rabbi, Engkau Mahatahu

Pada malam purnama di bulan Zulhijjah

Saat pesona rembulan merekah indah

Izinkan kutanam mawar 'izzah

di taman hati yang rindu istiqamah

di lembah cinta yang dibingkai mahabbah

agar esok hari tumbuh mekar menjadi thumuhah

laksana matahari yang tak pernah patah

menebarkan sinarnya yang merona indah



Ya Rabbi, Engkau Mahatahu

Janji setiaku padaMu kan terus kujaga

Rinduku padaMu kan slalu kupelihara

Agar gelora cinta terus membahana

Izinkan kubelai firmanMu dengan mesra

Kuatkanlah aku tuk mencumbu asmaMu tanpa jeda

Bimbing aku tuk tadabburi ayat-ayat cinta

agar aura jiwa kembali hadir mempesona

mengurai beban yang tlah lama jadi qadhaya



* semoga kerinduanku padanya, membimbing tuk merindukanMu
catatan: thumuhah (semangat, spirit), qadhaya: masalah, problem


NB: Puisi terindah bagiku, kan kusambut dengan penuh rasa syukur. Semoga semakin mendekatkan diri kepada Rabb. Semoga Allah selalu menjagamu, memberkahi setiap aktivitasmu, dan semangat berdakwah di jalanNya. Amin.

~Evi A~
Medan, 19 Nov 2010
Kutitip Asa pada Waktu
author

Kutitip Asa pada Waktu



Kutitip Asa pada Waktu


Duhai waktu, dengarkan curahan hatiku

Lama kuhidup dalam pilu

Cerahku terhijabi harimu

Auraku tertutupi detikmu



Duhai waktu, dengarkan tekadku

Kutak mau berlama dalam lara

Kutak rela berkubang dalam dosa

Kutak mampu bertahan dalam nestapa



Dulu, memang kutakpahami dirimu

Hingga kuturut larut dalam permainanmu

Kuterperosok dalam jebakan mautmu

Kuterpesona dengan kelihaian muslihatmu



Kini, kusadari sepenuh hati

Berpijak pada kalam suci Rabb Ilahi

Kutahu bahwa dirimu adalah pedang tajam

Menebas dan melibas siapapun dengan kejam



Kini Kusadari mengapa Tuhan bersumpah

atas namamu pada banyak ayat yang penuh hikmah

Sebab dirimu adalah inti kehidupan

Siapapun yang terlenakan dapat kerugian



Kini kuberjanji wahai sang waktu

Kubertekad tuk menjadi pribadi bermutu

Sebab tlah banyak asam garam kusesap

Kutak mau hidup dalam senyap



Wahai waktu biarkan mendungku berlalu

Berhembus seiring perjalanan detikmu

Menghilang ditelan egomu

Berganti cerahnya harapan yang tlah lama kutunggu



Wahai waktu, kutitipkan senja kelabu

Kan kugantikan dengan mentari yang membiru

Kan kudekap erat harapan penuh syahdu

Kan kuwujudkan dalam hidup nyataku



Wahai waktu, kutitip putus asa

kutak mau memutar rasa kecewa

Kutak mau hidupku sia-sia

Hanya mengejar pasti yang penuh dusta



Wahai waktu, kini kutlah bertekad

Tuk menjadikanmu sebagai saksiku di akhirat

Atas setiap polah tingkah yang kuperbuat

Atas setiap tetesan ilmu yang kudapat

Atas setiap detik waktu muda yang terlewat



~Evi A.~
Medan, 17 November 2010


¸.•*´¯`♥♥♥Terimakasih untukmu yang selalu memberikanku semangat dan inspirasi dalam kehidupan untuk semakin dekat kepada Allah swt. Semoga Allah selalu melindungimu, memberikan rezeki yang berkah dan memberkahi perjalanan dakwah serta aktivitasmu♥♥♥´¯`*•¸
Zikir Semesta
author

Zikir Semesta



Zikir Semesta
~Evi Andriani~

Awan-awan tersusun rapi di langit

Sinaran mentari menerangi semesta

Daun-daun melambai dengan sapaan mesra

Bibirku pun bertasbih semburat bahasa cinta

Ya Ilahi, mulutku kelu menyebut asmaMu

Hatiku pilu mengingat kebaikanMu

Bagaimana hidup bisa terangkat

Bila berlumur dosa dan maksiat

Hanya doa dan taubat

Wujud cintaku padaMu

******************************************

Alhamdulillah, judul+nama+puisi jumlah total 50 kata (Puisi ini dimasukkan dalam Lomba Puisi Tinta Dakwah).

Biodata Penulis :
Evi Andriani
Mahasiswi kelahiran Medan, alumni dari Teknik Elektro UI tahun 2010. Sekarang sedang menjalani kuliah Pascasarjana Fakultas Teknik Elektro Program Studi Teknik Sistem Komputer di USU Medan. Karya-karya pernah dipublikasikan di eramuslim/oaseiman, leutika.com, puisi "Dasyatnya Perjuangan di Palestina" dimuat di buku antologi Tribute to Palestine dan cerita kisah nyata terbaruku : "Warna-warni Kehidupan Mengalir dalam Fesbuk" dimuat di dalam buku antologi Berawal dari Facebook Baruku. Aktivitas menulis rutin di blog Ev

******************************************



Semoga puisi ini semakin menambah semangat kita untuk menjadi lebih baik dengan tekad yang kuat, tidak mengenal kata menyerah, tiada menjadi pribadi pesimis, tiada merasa putus asa tapi menjadikan setiap langkah kita positif, selalu optimis dan istiqomah yaitu konsisten, persisten, konsekuen, resisten. Jangan pernah mundur dari arena kehidupan. ). Ballighu anni walau ayat, sampaikan dariku walaupun cuma satu ayat. Tetap terus bermuhasabah diri dan berdzikir padaNya

Wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh

~Evi A.~

Medan, 14 Oktober 2010
Aku dan Kitab Suciku
author

Aku dan Kitab Suciku


Al-Qur'an yang sering Evi baca dan taddaburi di rumah.



Aku dan Kitab SUciku


Ya Rabbi ...

Keringat peluh saat Nabi menerima lima ayatMu

Tapi kami malah penat menerima Kitab suciMu

1000 tahun peradaban tercipta saat firmanMu diamalkan

200 tahun sudah kami termarjinalkan



Ya Rabbi ...

Kini kami hanya jadi umat pinggiran

Yang antri mengais uang recehan

Di tempat-tempat ibadah atau pinggir jalanan

Tanpa sadar, bahwa kami adalah umat pilihan



Ya Rabbi ...

Al-QuranMu tlah lama kami perlakukan

sebagai ajimat dan pelengkap hiasan

Al-QUranMu jauh dari hiruk pikuk kehidupan

Ia hanya ada pada pesta perkawinan atau kematian



Ya Rabbi ...

Kini ku teringat pada satu ayatMu yang kucoba renungkan

Bacalah kitab Allah, tartilkan bacaan

Pasti, Kebahagiaan hidup kan selalu disediakan

masalah pun kan slalu Allah selesaikan



Bacalah Quranmu dengan tartil di pagi dan menjelang malam

Malulah pada burung yang berkicau bersahutan

Bertasbih memuji tanpa henti pada Allah Pencipta alam

Bersyukur atas rahmat yang tak pernah berkurang



Ya Rabbi ...

Kuingat pada nasihat Nabimu yang teramat berkesan

Jadilah teman ahli Quran, niscaya akan ditunjukkan jalan

Didampingi malaikat yang berjumlah ribuan

Dibanggakan oleh ALlah di akhirat sebagai makhluk idaman



Aaamin



~Evi A.~
Medan, 16 November 2010
author

Rindu Purnama Yang Indah

Ilahi, entahlah,
berapa kali harus kuyakinkan diriku
dalam setiap sujud malamku
bahwa rasa sayangMu mengalahkan marahMu

Ilahi, mungkinkah, ...
seiring angin yang menderu
seiring malam yang membisu
tergelar irama cinta yang begitu merdu

Ilahi, Kau Mahatahu ...
betapa purnama kan kembali indah
seiring takdirMu pada setiap pertengahan bulan hijriah
saat itu purnama tlah begitu pasrah

Ilahi, sungguh ...
kulihat kilau senyum harapan itu di antara bintang
kudengar lirih cita di balik gesekan awan
namun tetap saja, takdirMu yang kunantikan


Ilahi, izinkanlah ...
kutitup harap pada kini dan nanti
agar tak menggunung dan membatu dalam sepi
terbawa hembusan angan-angan misteri

Ilahi, yakinkanlah ...
selama matahari terbit dari ufuk timur
kutakkan biarkan asaku terbentur
pada aral yang selalu mengukur
ketulusan dan kesungguhan cintaku sepanjang umur



Wahai Rabbi ... titip salam pada purnama
jangan larut dalam duka dan nestapa
sebab, Engkau kan slalu hadir sebagai asa
dan takkan membiarkan luka lama kembali menganga
author

Empat Hal Menyebabkan Su’ul Khatimah

Dalam kitab Ensiklopedia Kiamat (aslinya: al-Yaum al-Akhir:al-Qiyamah ash-Shughra wa ‘Alamat al-Qiyamah al-Kubra), Dr Umar Sulaiman al-Asyqar menulis pasal khusus berjudul “Hal-hal Yang Menyebabkan Su’ul Khatimah (akhir kehidupan yang buruk). Di dalamnya beliau menyebutkan ada empat perkara yang dapat menyebabkan seseorang mengakhiri hidupnya dalam keadaan buruk sehingga menghantarkannya ke Neraka di kehidupan abadi negeri akhirat kelak. Namun sebelum kita uraikan keempat hal tersebut alangkah baiknya kita perhatikan hadits di bawah ini yang memuat salah satu rukun iman yang fundamental, yaitu iman akan taqdir Allah, baik itu taqdir yang terasa menyenangkan maupun yang terasa pahit.

ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ
بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ فَوَالَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ
إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ
وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا
وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا
إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا

Dari Abu Abdirrohman, Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallohu’anhu, dia berkata: ”Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam telah bersabda kepada kami dan beliau adalah orang yang selalu benar dan dibenarkan: “…Kemudian diutuslah seorang malaikat kepadanya, lalu malaikat itu meniupkan ruh kepadanya dan ia diperintahkan menulis empat kalimat: Menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan nasib celakanya atau keberuntungannya. Maka demi Alloh yang tiada tuhan selain-Nya, sesungguhnya ada diantara kamu yang melakukan amalan penduduk surga dan amalan itu mendekatkannya ke surga sehingga jarak antara dia dan surga kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk neraka sehingga dia masuk ke dalamnya. Dan sesungguhnya ada seseorang diantara kamu yang melakukan amalan penduduk neraka dan amal itu mendekatkannya ke neraka sehingga jarak antara dia dan neraka hanya kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk surga sehingga dia masuk ke dalamnya.” (HR. Muslim)

Seorang yang beriman kepada taqdir yang ditetapkan oleh Allah pastilah sangat khawatir bilamana dirinya termasuk ke dalam golongan yang disabdakan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam di atas yaitu “… sesungguhnya ada diantara kamu yang melakukan amalan penduduk surga dan amalan itu mendekatkannya ke surga sehingga jarak antara dia dan surga kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk neraka sehingga dia masuk ke dalamnya.” Sungguh merugilah orang yang ditaqdirkan Allah seperti itu. Namun tentunya melalui pelajaran ini Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bermaksud untuk menjelaskan adanya orang yang amalan baiknya selama ini sekedar yang tampak pada manusia. Sedangkan bisa jadi pada hakikatnya tersimpan dalam hatinya kejahatan yang kemudian muncul secara lahir pada akhir hayatnya.

Sebaliknya golongan orang yang digambarkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sebagai ”dan sesungguhnya ada seseorang diantara kamu yang melakukan amalan penduduk neraka dan amal itu mendekatkannya ke neraka sehingga jarak antara dia dan neraka hanya kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk surga sehingga dia masuk ke dalamnya.” Tentunya ini adalah orang yang sangat beruntung dan disayang Allah ta’aala. Boleh jadi manusia memberi penilaian buruk karena perilakunya selama ini, namun sesungguhnya ia memiliki suatu kebaikan tertentu yang tersembunyi dari penglihatan orang lain sedangkan Allah memandang kebaikannya itu layak menjauhkan dirinya dari neraka dan menghantarkannya ke surga. Wallahu a’lam.

Yang pasti, beriman kepada taqdir akan menghasilkan rasa takut yang mendalam akan nasib akhir hidup dan menumbuhkan semangat yang tinggi untuk beramal dan istiqomah dalam ketaatan demi mengharap husnul khatimah. Beriman kepada taqdir bukanlah alasan untuk bermaksiat dan bermalas-malasan. Beriman kepada taqdir justru semakin membuat seseorang berusaha keras berbuat sebanyak mungkin ’amal sholeh dan ’amal ibadah sekaligus menjauhi segala bentuk kemungkaran dan kemaksiatan yang berpotensi menyebabkan terjadinya su’ul khatimah.

Shiddiq Hasan Khan mengatakan bahwa su’ul khatimah memiliki sebab-sebab yang harus diwaspadai oleh seorang mukmin.
Pertama, kerusakan dalam aqidah, walau disertai zuhud dan kesholehan. Jika ia memiliki kerusakan dalam aqidah dan ia meyakininya sambil tidak menganggap itu salah, terkadang kekeliruan aqidahnya itu tersingkap pada saat sakratul maut. Bila ia wafat dalam keadaan ini sebelum ia menyadari dan kembali ke iman yang benar, maka ia mendapatkan su’ul khatimah dan wafat dalam keadaan tidak beriman. Setiap orang yang beraqidah secara keliru berada dalam bahaya besar dan zuhud serta kesholehannya akan sia-sia. Yang berguna adalah aqidah yang benar yang bersumber dari Kitabullah dan Sunnah Rasul. Mereka terancam oleh ayat Allah berikut:

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ
فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS Al-Kahfi ayat 103-104)

Kedua, banyak melakukan maksiat. Orang yang sering bermaksiat akan didominasi oleh memori tersebut saat kematian menjelang. Sebaliknya bila seseorang seumur hidupnya banyak melakukan ketaatan, maka memori tersebutlah yang menemaninya saat sakratul maut. Orang yang banyak dosanya sehingga melebihi ketatannya maka ini sangat berbahaya baginya. Dominasi maksiat akan terpateri di dalam hatinya dan membuatnya cenderung dan terikat pada maksiat, dan pada gilirannya menyebabkan su’ul khatimah. Adz-Dzahabi dalam kitabnya al-Kaba’ir mengutip Mujahid: Tidaklah seseorang mati kecuali ditampilkan kepadanya orang-orang yang biasa ia gauli. Seorang lelaki yang suka main catur sekarat, lalu dikatakan kepadanya: ”Ucapkanlah La ilaha illa Allah.” Ia menjawab: ”Skak!” kemudian ia mati. Jadi, yang mendominasi lidahnya adalah kebiasaan permainan dalam hidupnya. Sebagai ganti kalimat Tauhid, ia mengatakan skak.

Ketiga, tidak istiqomah. Sungguh, seorang yang istiqomah pada awalnya, lalu berubah dan menyimpang dari awalnya bisa menjadi penyebab ia mendapat su’ul khatimah, seperti iblis yang pada mulanya merupakan pemimpin dan guru malaikat serta malaikat yang paling gigih beribadah, tapi kemudian tatakala ia diperintah untuk sujud kepada Adam, ia membangkang dan menyombongkan diri, sehingga ia masuk golongan kafir. Demikian pula dengan ulama Bani Israil Bal’am yang digambarkan dalam ayat berikut:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آَتَيْنَاهُ آَيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ
فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ
وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ
ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
سَاءَ مَثَلًا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَأَنْفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَ

Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.” (QS Al-A’raaf ayat 175-177)

Keempat, iman yang lemah. Hal ini dapat melemahkan cinta kepada Allah dan menguatkan cinta dunia dalam hatinya. Bahkan lemahnya iman dapat mendominasi dirinya sehingga tidak tersisa dalam hatinya tempat untuk cinta kepada Allah kecuali sedikit bisikan jiwa, sehingga pengaruhnya tidak tampak dalam melawan jiwa dan menahan maksiat serta menganjurkan berbuat baik. Akibatnya ia terperosok ke dalam lembah nafsu syahwat dan perbuatan maksiat, sehingga noda hitam dosa menumpukdi dalam hati dan akhirnya memadamkan cahaya iman yang lemah dalam hati. Dan ketika sakratul maut tiba, cinta Allah semakin melemah manakala ia melihat ia akan berpisah dengan dunia yang dicintainya. Kecintaannya pada dunia sangat kuat, sehingga ia tidak rela meninggalkannya dan tak kuasa berpisah dengannya. Pada saat yang sama timbul rasa khawatir dalam dirinya bahwa Allah murka dan tidak mencintainya. Cinta Allah yang sudah lemah itu berbalik menjadi benci. Akhirnya bila ia mati dalam kondisi iman seperti ini, maka ia mendapat su’ul khatimah dan sengsara selamanya.

Ya Allah, kami memohon kepadaMu husnul khatimah dan berlindung kepadaMu dari su’ul khatimah. Amin ya Rabb,-

(Kiriman dari sahabat FBku : Guntur Tsabat Andryan)
Kajian Akhlak: ENERGI KEJUJURAN
author

Kajian Akhlak: ENERGI KEJUJURAN



ENERGI KEJUJURAN

Suatu ketika, menginjak usia remaja, Syeikh Abdul Qadir al-Jilaniy berhasrat tinggi berkelana ke penjuru negeri untuk menuntut ilmu. Beliau meminta izin daripada ibunya untuk ke Baghdad bagi menuntut ilmu agama. Sebelum berangkat ibunya berpesan supaya beliau tidak bercakap bohong sedikitpun, “Ibundaku mengikat janji kepadaku untuk berkata jujur dan tidak mengkhianati perjanjiannya”, kata al-Jilani.

Dengan berbekal uang sebanyak 40 dirham dan diletakkan di dalam pakaian Syeikh Abdul Qadir. Berangkatlah beliau ke Baghdad bersama satu kafilah yang kebetulan hendak menuju ke Baghdad. “Pegang kuat-kuat pesanku, agar kau sukses. Berlaku benarlah baik dalam tutur kata mahupun dalam perbuatan supaya engkau beroleh selamat dan dilindungi oleh Allah” kata ibunya kepada al-Jilaniy. Karena kejujuran al-Jilaniy itulah, ketika dalam suatu perjalanan menuntut Ilmu di di Baghdad, beberapa perambok berhasil ia sadarkan dan bertobat di tangan beliau.

Pengalaman al-Jilaniy tersebut menancapkan hikmah tersendiri didalam hatinya. Makanya, setiap murid-murid beliau di Madrasah al-Qadiriyah Baghdad selalu dipesan untuk tidak berkata khianat selama menuntut Ilmu. Dalam nasihatnya, pelajar yang jujur akan memiliki kelebihan sendiri.

Kelebihan itu mungkin saja bisa kita sebut ‘energi’. Jika kita kaji, dalam kejujuran mengandung ‘energi’. Bentuknya bermacam-macam, ada karamah Allah, rizki tak terduga, ketenangan batin, kesuksesan atau kebahagiaan. Apa yang dialami oleh al-Jilaniy di atas merupakan kelebihan karena mampu menyadarkan sekian jumlah perampok dalam usianya yang masih remaja.

Oleh sebab itulah, dalam pandangan para ulama terdahulu, konsep kejujuran, tidak bisa dipisah dalam adab keseharian. Karena, konsep ini akan menjadi motor dan faktor yang mempengaruhi seseorang menyikapi setiap bentuk pemikiran dan persoalan.

Menurut seorang sesorang psikolog orang yang sering berkata tidak jujur (bohong) maka ia akan terbiasa bila tidak berbohong terasa ada keberatan dalam jiwanya. Maka terbiasalah ia berdusta, jika tidak berdusta mulutnya terasa gatal. Pertama kali seseorang berbuat dusta atau berbohong, ia akan merasa menyesal.

Ketika perbuatan bohong atau dusta itu sering dilakukan beberapa kali, ia akan merasa biasa saja, dan mulai pudar rasa penyesalannya.Konsekuensi itu tidak hanya sampai pada taraf ia akan dijauhi orang lain, akan tetapi perbuatan itu berimplikasi pada kadar keimanan. Imam Abu Sa’id al-Qarsyi mengatakan: "Orang jujur itu adalah orang yang mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Sehingga ia tidak pernah malu bila kelemahannya terbuka”.

Berarti, orang jujur memiliki dua perspektif positif dalam kehidupannya.
Pertama, dia adalah orang yang sempurna imannya. Karena sempurna, tidak sembarangan ia menjalani setiap detik nafas hidupnya, tidak main-main dengan langkah kakinya. Hal ini menguatkan pendapat al-Jilaniy, bahwa memang akhlak terpuji selalu tergantung dengan konsep keimannannya, sebagaimana ditegaskan oleh al-Wasithy, bahwa jujur itu adalah kebersihan tauhid. Sehingga dengan mengikuti nasihat Imam Abu Sa’id al-Qarsyi di atas, maka ia selalu ingat kematian, setiap aktifitasnya selalu dipertimbangkan, apakah membawa manfaat untuk bekal setelah nyawa ini dicabut atau tidak. Inilah yang disebut manusia cerdas.

Kedua, sifat jujur akan mengisi energy ke dalam pikiran intelektualitas sekaligus spiritualtias. Sifat ini mampu memberi energy positif untuk pengembangan keilmuan dan intelektualitas. Peneliti sejati bukanlah yang selalu menjiplak karya orang atau mengutip secara tidak jujur. Kebiasaan buruk ini justru menurunkan derajat intelektualitasnya. Seorang Professor kami pernah menasihati: “Menjadi peneliti yang baik, mesti mengakui kelemahannya, jika tidak, dia tidak menghasilkan karya yang baik”.

Pengakuan akan kelemahan inilah yang kadang kala tidak ringan dilakukan. Sebagaimana nasihat al-Qarsyi, seharusnya seorang ilmuan tidak malu jika kelemahannya dibuka. Sebab, dengan terbukanya kelemahan, berarti aka nada kesempatan untuk memperbaikinya. Sebaliknya jika dia tidak jujur mengakui kelemahan, namun tetap kukuh menutupi ke-jahilan-nnya, maka pintu untuk mengembangkan diri menjadi pintar tertutup. Tak ada kesempatan untuk tingkatkan derajat keilmuannya karena merasa sudah intelek. Jadilah ia seperti katak dalam tempurung. Ketidak jujuran menghasilkan keangkuhan. Keangkuhan berakibat satisnya tingkat keilmuannya.

Pengakuan jujur akan kelemahan itu juga mesti kita ungkap dalam diri kita dalam bidang ubudiyah dan kemaksiatan. Seorang yang jujur dengan hal ini akan selalu berkata dalam dirinya: “kamu masih nista, banyak dosa, bergeraklah menujur ridla Tuhanmu”!. Berat memang, tapi bagi orang yang angkuh. Orang jenis ini ini menipu dirinya. Ia Ingkar pada hati nurani. Pengakuan ini bisa kita mulai dengan mengkalkulasi dosa setiap harinya. Sediakan waktu sejenak untuk bermuhasabah. Berapa kali kita lakukan dosa hari ini? Kemudian bandingkan, seberapa banyak syukur kita pada Allah SAW?

Jika kita masih tetap saja kukuh membohongi diri, maka perlu dicatat mulut tak akan bisa berbohong di alam kubur kelak. Segalanya akan berlaku sebagaimana adanya kondisi seseorang. Lebiha baik jujur di dunia dengan dihina orang, daripada kita tutupi diri dan terkesan ‘hebat’ di dunia tapi di akhirat ‘digebuki’ malaikata. Walau sepintar apa kita di dunia, bila kita inkar pada-Nya, pertanyaan-pertanyaan malaikat kubur akan oleh mulut kita yang dulu pintar tidak bisa berbuat apa-apa kecuali sebagaimana adanya. Kita tak mungkin bermanipulasi pada waktu itu. Semua jasad kita akan menjadi saksi kebohongan-kebohongan. Jadi berbohong menjadi energy negative yang akan menghancurkan kehidupan kita. na’udzu billah mindzaalik.


(kiriman dari sahabatku :Kholili Hasib)
author

KELUARGA IBRAHIM DALAM KENANGAN

Peristiwa itu terjadi ribuan tahun silam. Tepatnya di sebuah lembah tandus tak berpenghuni. Saat itu, matahari begitu angkuh seakan ingin membakar seluruh isi mayapada. Angin gurun berlomba menghempaskan kerikil-kerikil padang pasir. Nun jauh di sana, nampak tiga sosok manusia berhenti. Suasana begitu senyap. Tak ada kata yang terucap. Seakan masing-masing sibuk dengan pikirannya.

Ketiga sosok itu bukan lain adalah Nabiullah Ibrahim as, istrinya tercinta Hajar serta bayi mereka, Ismail as. Di lembah yang sunyi itu mereka singgah. Ada sebuah perintah yang dititahkan Sang Khalik atas diri Ibrahim. Sungguh merupakan ujian yang hebat. Setelah berdiam sejenak, Ibrahim as bangkit dan berbalik hendak pergi. Merasa heran, sang istri menyusul di belakang. Serak ia berseru, “Hendak kemana engkau wahai suamiku?” Tanpa menoleh Ibrahim terus berjalan. Bahkan jalannya semakin cepat. Sang istri tak mau ketinggalan. Ia terus mengikuti dan berseru memanggil suaminya. Hingga akhirnya, lantaran tidak ada jawaban pasti, ia pun bertanya: “Apakah ini perintah Allah?” “Ya”, jawab Ibrahim singkat. Hajar pun diam dan tak bertanya lagi. Mantap ia berkata: Kalau demikian, sungguh Allah tidak akan menyia-nyiakan kami…”. Sebuah bentuk ketegaran iman dan keteguhan hati…

Padahal, jauh di dasar jiwanya, Ibrahim tidak tega meninggalkan keluarganya di padang gersang itu. Hatinya tak kuasa membayangkan apa yang bakal terjadi kemudian. Namun karena hal itu adalah perintah Allah, Ibrahim pun pasrah. Menyerahkan sepenuhnya pada ketentuan dan kasih sayang-Nya. Cintanya pada Allah jauh melampaui cintanya pada makhluk manapun. Olehnya, kendati Hajar memanggil dan memohon, Ibrahim tetap tegar melangkah. Walau dalam hatinya, beliau menangis.

Tinggallah Hajar seorang diri bersama anaknya. Tak ada bekal sedikit pun yang ditinggalkan Ibrahim. Maka ia berlari dan terus berlari melewati bukit-bukit tuk mencari. Mungkin saja ada mata air atau kafilah dagang yang kebetulan lewat. Hingga tatkala upaya dan tawakkal beliau mencapai puncak, Allah Ta’ala memancarkan air dari bawah kaki sang bayi, Ismail. Disamping itu, usaha Hajar ini pun diabadikan dalam salah satu ritual ibadah haji, yakni berlari-lari kecil antara Shafa’ dan Marwah.

Belum cukup sampai di situ ujian bagi Nabi Ibrahim. Saat mengunjungi gurun tandus tempat ia meninggalkan keluarganya di sana, ia menyaksikan bukti kebesaran Allah. Ternyata anak dan istrinya dalam keadaan sehat dan bahagia. Negeri yang sebelumnya tandus, menjelma menjadi sebuah perkampungan. Penduduknya sangat bergantung pada sumur berkah yang tak pernah kering, Zamzam. Kehidupan keduanya pun jauh berubah. Mereka bahkan ditahbis sebagai pemuka bagi kaum yang tinggal di sekitar sumur Zamzam itu. Sungguh kenyataan yang mengharukan. Terutama kala menyaksikan bayi mungil yang dulu ditinggalkannya, kini tumbuh menjadi seorang anak yang sholeh dan cerdas.

Kesholehan dan kecerdasan Ismail sanggup merebut segenap cinta dalam hati Ibrahim. Seakan kasih sayang beliau tumpah untuk anak semata wayangnya itu. Hari-harinya diisi oleh kebahagiaan dan kebanggaan menyaksikan sang anak tumbuh… Hingga tibalah ujian Allah yang kedua atas dirinya. Allah Ta’ala memerintahkan untuk menyembelih sang permata hati itu. Sebagai manusia, tentu saja beliau terhimpit perasaan gundah, sedih, dan ketakutan mendalam. Mulanya Ibrahim menyangka perintah itu sebagai bunga tidur saja. Namun tatkala perintah itu datang berulang kali, maka ia pun meyakinkan dirinya bahwa itu adalah perintah Allah Ta’ala padanya.

Esoknya, lembut ia utarakan perintah penyembelihan itu pada anak semata wayangnya. Di luar dugaan, sang anak memberikan jawaban jauh dari nalar biasa. Sebuah jawaban yang sanggup mendobrak dinding karang keraguan. Padahal, usianya saat itu belum lebih sepuluh tahun. Namun karena Tarbiyah Nubuwah yang dikecap langsung dari sang ibu, jawaban sang anak pun diabadikan oleh Allah: “Lakukanlah wahai ayahanda, insya Allah engkau akan mendapatkan aku dari golongan orang yang bersabar”. Tangis Ibrahim pecah. Dipeluknya tubuh sang anak erat-erat. Tak mampu ia berucap. Bahkan memandang wajahnya pun ia tak kuasa.

Sebelum segala sesuatunya terjadi, sang anak berpesan: “Wahai Ayahanda, lepaslah pakaian ayah, agar darahku tidak memercik mengenai pakaian ayah. Aku tidak ingin ibu bertanya darah siapa yang ada di pakaian itu. Lalu ia dirundung sedih dan terus mengenangku. Wahai ayah, jangan pandangi wajahku saat mengayunkan pedang itu. Aku khawatir ayah tidak tega, lalu muncul keraguan dalam diri ayah!”. Nabi Ibrahim diam. Ia tak sanggup mengeja sepenggal kata pun. Dan saat keduanya telah menggapai puncak kepasrahan tertinggi, Allah Ta’ala menggantikan Ismail dengan seekor domba yang gemuk.

Duhai, mengenang kisah keluarga Ibrahim ini, sebenarnya kita diingatkan akan hakikat kepasrahan dan ketundukan pada Sang Khalik. Demikian pula cinta kepadaNya di atas segalanya. Dan rasanya kita begitu kecil ketimbang mereka. Cinta kita pada Sang Khalik masih berkisar sebatas kalkulasi untung rugi secara matematika. Kita tidak tahu, bagaimana keadaan diri kita jika ditakdirkan mendapat perintah seperti itu. Bahkan yang jauh lebih rendah dari ujian Nabi Ibrahim tersebut pun kita masih ragu terhadap keyakinan dan kepasrahan kita.

Makanya, untuk mengenang itu semua, Allah Ta’ala abadikan dalam syari’at kurban di hari Idul Adha. Alhamdulillah, Allah Ta’ala tidak menyuruh menyembelih anak kita. Namun Dia hanya memerintahkan menyembelih seekor kambing, sapi atau unta, sebagai simbol keikhlasan dan ketundukan kita. Sebab daging dan darah itu tidak sampai padaNya. Yang sampai adalah keikhlasan yang bersemayam dalam dada. Dan ini, pada hakikatnya masih belum ada apa-apanya dibanding perintah Allah kepada Nabiullah Ibrahim alaihis salam…Nah, adakah kita telah siap berkurban tahun ini??


(Kiriman dari sahabat FBku : Rappung Samuddin, Makassar)
Semangat Untuk Bertahan Hidup
author

Semangat Untuk Bertahan Hidup



Berbagai peristiwa dan bencana alam saat ini sering terjadi di Indonesia. Hal ini membuatku ingat suatu peristiwa pada diri sendiri ketika seorang dokter spesialis penyakit darah memvonisku agar terus minum obat minimal sepuluh tahun kalau ingin kembali normal sehingga tidak terjadi pendarahan. Kejadian ini berlangsung tepatnya 1 tahun lalu di bulan September/Oktober 2009. Berikut kisah nyataku semoga menjadi inspirasi bagi kita semua.

***

Sebelumnya aku termasuk mahasiswi yang cukup dikenal di kampus dengan kerajinan dan kecerdasan yang aku miliki. Aku juga senang membantu orang-orang yang sedang kesusahan dan menebar kebaikan serta senyuman kepada khayalak ramai. Hingga suatu saat, aku terserang penyakit DBD dan berlanjut ke penyakit ITP. Mulailah berbagai pendarahan terjadi di hidung, gusi, bintik-bintik merah di tubuh dan haid yang tiada berhenti. Dokter dan suster pada panik melihat diriku karena trombositku semakin menurun hingga jumlah mencapai 2.000 - 3.000 dan jumlah itu adalah jumlah kritis bagi seorang manusia untuk bertahan hidup. Tapi ntah mengapa aku tidak memperlihatkan wajah sedih ataupun kekhawatiran sedikitpun. Malah wajahku terpancar aura bahagia, senyum yang indah dan rajin menyapa semua orang yang ada di Rumah Sakit. Dokter bilang bahwa beberapa pasien ITP ada yang seumur hidup meminum obat tanpa harus transfusi darah, tapi ada juga yang hanya sepuluh tahun ia konsumsi obat maka dia udah kembali sehat. Ketika aku berobat jalan alias rawat di rumah, aku berusaha tawakkal pada Allah, mungkin Allah sedang mengujiku atau Allah telah menghukumku atas kelalaian yang mungkin saja aku telah lakukan tanpa aku sadari bahwa apa yang aku lakukan adalah salah. Sungguh ini adalah nikmat terindah bagiku. Alhamdulillah, karena berkat do’a dariku dan semua sahabatku serta wujud kepasrahan pada-Nya aku mulai menghentikan pemakaian obat selama 4-5 bulan tanpa mengalami pendarahan.

***


Banyak orang yang tidak percaya melihatku bahwa aku telah bisa berhenti dari konsumsi obat. Begitu juga dengan teman-temanku di komunitas ITP saling mendukung dan memberi ilmu. Bagiku hidup ini harus dinikmati. Karena Allah yang telah menciptakan kita tidak akan membebani makhluk-Nya melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Kuncinya hanyalah bersabar jika kita diberi ujian dan bersyukur bila kita dikaruniai kesenangan, Berdo’a dan terus bergerak untuk mencapai impian. Apalagi jika kita menderita sakit yang sangat parah dan mengancam jiwa kita. Jika iman tidak kuat dan timbul sikap kepasrahan dalam jiwa yang berujung putus asa maka yang ada hanya tangisan dan tangisan. Mengurung diri di dalam kamar sembari menerima begitu saja penyakit itu hingga Yang Maha Kuasa menjemput ajalnya. Penyakit itu pun semakin parah, karena tiada usaha yang kita lakukan untuk menyembuhkannya atau kita sudah berusaha semaksimal mungkin tapi tidak ketemu jalan pengobatannya. Apakah kita akan berhenti berusaha sampai di sini saja?


Ada yang bertanya kepadaku, “apakah aku tidak pernah mengalami kesedihan atau menangis atas cobaan hidup yang kualami itu?” Ya, aku pernah mengalami kesedihan dan kekesalan mengapa aku bisa mengalami sakit yang berujung pendarahan. Hal itu menunjukkan, bukannya aku tidak mengalami kesedihan, justru aku salah satu orang yang sangat sedih dengan keadaanku sendiri. Pernah aku berdialog kepada Sang Pencipta, “salah aku di mana hingga cobaan begitu berat ini menimpa diriku ini? Apakah dosaku sudah menumpuk ya Rabb?.” Setelah aku intropeksi diri, ini adalah sebuah ujian dari-Nya. Dia akan menguji iman kita, apakah iman kita kuat atau mudah goyah ketika diberi suatu cobaan hidup. Dia juga akan menguji sampai di mana batas keikhlasan kita akan qadha (ketetapan) yang telah diatur-Nya. Mampu tidak kita mengambil hikmah terhadap berbagai kejadian yang kita alami. Karena bila kita mampu janji Allah selalu benar adanya sesuai iman di hati, Dia akan beri hadiah pada kita dari arah yang tidak kita sangka-sangka, Dia akan menaikkan derajat kita dan penduduk langit serta bumi akan menyayangi kita. Inilah langkah awal kita untuk melakukan perbaikan diri menjadi lebih baik, tidak mensia-siakan waktu dan nafas kita. Begitulah kekuatan iman yang menjadi sumber dari segala kekuatan yang ada untuk memotivasi diri kita agar tetap bertahan dan semangat dalam menajalani lika-liku dunia fatamorgana. Karena hidup ini selalu berputar, kadang di atas, di bawah, miskin, kaya, beruntung, susah, senang, dll. Sesungguhnya keimananlah yang mendatangkan keajaiban tersebut.


Aku tidak hanya berdiam diri saja. Tanpa obat sebenarnya tubuhku lemas. Pernah diriku hampir pingsan karena tubuh yang lemas dan sedikit mengalami pendarahan. Jikalau orang yang melihatku bahwa setiap sebulan sekali diambil darahku untuk di periksa, mereka selalu sedih dan berkata, “mengapa orang sebaik diri Evi harus menerima cobaan seberat ini, meminum obat yang keras secara rutin dan harus mengalami muka yang moonface akibat efek samping dari obat yang dikonsumsi”. Airmataku kadang mengalir jika ada yang kasihan melihatku. Aku sendiri sebenarnya tak sanggup melihat kondisi diri ini. Mata yang semakin rabun, berair, muka semakin bulat, dan kadang-kadang mengalami pendarahan di kulit.


Akan tetapi aku berikhtiar dan mencari cara sesuatu yang membuatku kembali bangkit dari kelemahan fisik ini menjadi kuat untuk beraktivitas seperti orang normal karena aku tak ingin orang lain bersedih melihat apa yang terjadi padaku. Aku ingin orang-orang yang berada di dekatku tersenyum bahagia, semangat dan merasa nyaman.

Beberapa cara yang kulakukan agar tubuhku sehat tidak mengalami pendarahan tanpa obat yaitu :

1. Mengindari yang namanya susu

2. Menghindari makan yang asam-asam karena bisa memicu bagi yang asam lambung tinggi.

3. Makan buah sebelum makan. Biasanya saya makan melon atau pepaya. Juga bisa buah bit.

4. Banyak makan sayuran, juga tempe dan tahu.

5. Membiasakan diri membuat pernafasan secara teratur setiap bangun atau pada saat kita mau tidur. Dua kali dalam sehari kita lakukan selama 10 kali dalam setiap kali kita melakukan pernafasan. Dengan metode 5, 20, 10. Kita tarik nafas, hisap 5 detik kemudian kita tahan 20 detik lalu kita keluarkan 10 detik melalui mulut diantara sela-sela gigi. Jadi kita menghisap, memasukkan udara melalui hidung, lalu kita tahan, kemudian kita keluarkan secara perlahan-lahan dalam 10 hitungan. Lakukan secara rutin 10 kali sehari setiap hari, bangun tidur atau mau tidur. Maka kita akan mendapat fisik yang segar.

6. Berpikir positif dan optimis. Open your heard, your mind and be stewardness.

7. Sabar dan ikhlas atas ujian yag kita terima.

8. Berdo’a, berusaha, tawakkal dan rajin beribadah pada Yang Maha Kuasa.

“Jika kesembuhan itu yang terbaik bagi Allah, aku bersyukur. Namun, apabila Allah tidak memberikan kesembuhan padaku hanya agar aku tidak melangkah ke tempat-tempat maksiat aku pun bersyukur. Allah Maha Tahu yang terbaik untukku.”

9. Sering membaca Al-Qur’an baik melalui mushaf ataupun murrotal qur’an serta berusaha mentadaburri ayatNya dan mengamalkannya.

10. Berolahraga, *tapi yang satu ini di lihat kondisi tubuh juga, ga boleh terlalu letih*.

11. Tersenyum dan selalu semangat dalam beraktivitas

12. Banyak minum air putih, sesuaikan dengan berat tubuh. Terutama ketika baru bangun tidur, karena ada enzim luar biasa yang bagus untuk metabolisme tubuh kita.

13. Minum madu/habbatasauda


Banyak teman-teman ITP yang menanyakan padaku bagaimana untuk berhenti konsumsi obat. Hal tersebut bukan membuat mereka menyerah begitu saja. Aku dan teman-teman yang lain sama-sama saling memberikan motivasi agar bisa bangkit kembali menjadi menjadi manusia yang penuh semangat dalam menjalani setiap aktivitasnya di kehidupan sehari-hari.


Bagiku, dokter hanyalah manusia sedangkan yang berhak mengatur mati dan hidupnya diri kita hanyalah Allah yang telah menciptakan kita ke dunia yang fatamorgana ini. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, ditangan-Nyalah segala kerajaan. Oleh sebab itu, mari kita jadikan sakit, cobaan, ujian, kesulitan dan kesedihan yang kita alami sebagai motivasi dalam diri kita, untuk terus bergerak aktif, untuk menguatkan keimanan pada diri kita dan juga sebagai sarana instropeksi diri agar lebih mendekatkan diri dalam beribadah dan mengingat-Nya sehingga ketaqwaan kita kepada Sang Pencipta semakin meningkat. Bencana dan musibah dapat terjadi menimpa kita, kapan saja, di mana saja dan pada saat kita sedang melakukan apa. Hanya saja yang bisa kita lakukan adalah bertahanlah untuk hidup dengan tidak mensia-siakan waktu yang yang ada, optimalkan waktu yang ada untuk beramal, berbuat kebaikan dan diisi dengan aktivitas yang bermanfaat sehingga kita menjadi manusia yang berkualitas. Ingatlah kita selalu bahwa hari-hari yang kita jalani kelak akan diminta pertanggungjawabannya di hari akhir kelak dan menjadi saksi dari setiap amalan yang dilakukan. Jadikan rasa takut yang sedang kita hadapi untuk memperoleh energi ekstra yaitu energi positif menemukan jawaban untuk bergerak maju dan mengatasi setiap tantangan sehingga menjadi pribadi bercahaya, berkualitas dan semangat dalam menjalani setiap episode kehidupan.


Catatan ini Evi tulis mengingat kejadian yang menimpa diri ini 1 tahun yang lalu. Semoga dapat bermanfaat dan menginspirasi kita semua.


Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
~Evi A.~
Medan, 14 November 2010

http://www.eramuslim.com/oase-iman/evi-andriani-semangat-untuk-bertahan-hidup.htm
author

PAHLWAN itu bernama MIQDAD bin Amir

Ia dikenal sebagai pelopor barisan berkuda dan ahli filsafat. Ketika membicarakan dirinya, para sahabat dan teman sejawatnya berkata, "Orang yang pertama memacu kudanya dalam perang sabil adallah Miqdad ibnul Aswad."


Dan Miqdad ibnul Aswad yang mereka maksudkan itu adalah tokoh kita Miqdad bin 'Amr ini. Di masa jahiliyah ia menyetujui dan membuat perjanjian untuk diambil oleh Al-Aswad 'Abdi Yaghuts sebagai anak sehingga namanya berubah menjadi Miqdad ibnul Aswad. Tetapi setelah turunnya ayat mulia yang merangkaikan nama anak angkat dengan nama ayah angkatnya dan mengharuskan merangkaikannya dengan nama ayah kandungnya, maka namanya kembali dihubungkan dengan nama ayahnya yaitu 'Amr bin Sa'ad.


Miqdad termasuk dalam rombongan orang-orang yang pertama masuk Islam, dan orang ketujuh yang menyatakan keislamannya secara terbuka dengan terus terang, dan menanggungkan penderitaan dari amarah murka dan kekejaman Quraisy yang dihadapinya dengan kejantanan para ksatria dan keperwiraan kaum Hawari!


Perjuangannya di medan Perang Badar tetap akan jadi tugu peringatan yang selalu semarak takkan pudar. Perjuangan yang mengantarkannya kepada suatu kedudukan puncak, yang dicita dan diangan-angankan oleh seseorang untuk menjadi miliknya.


Berkatalah Abdullah bin Masy'ud yakni seorang sahabat Rasulullah SAW, "Saya telah menyaksikan perjuangan Miqdad, sehingga saya lebih suka menjadi sahabatnya daripada segala isi bumi ini...."


Pada hari yang bermula dengan kesuraman itu, yakni ketika Quraisy datang dengan kekuatannya yang dahsyat, dengan semangat dan tekad yang bergelora, dengan kesombongan dan keangkuhan mereka, pada hari itu kaum Muslimin masih sedikit yang sebelumnya tak pernah mengalami peperangan untuk mempertahankan Islam, dan inilah peperangan pertama yang mereka terjuni.


Sementara Rasulullah menguji keimanan para pengikutnya dan meneliti persiapan mereka untuk menghadapi tentara musuh yang datang menyerang, baik pasukan pejalan kaki maupun angkatan berkudanya. Para sahabat dibawanya bermusyawarah; dan mereka mengetahui bahwa jika beliau meminta buah pikiran dan pendapat mereka, maka hal itu dimaksudnya secara bersungguh-sungguh. Artinya dari setiap mereka dimintanya pendirian dan pendapat yang sebenarnya, hingga bila ada di antara mereka yang berpendapat lain yang berbeda dengan pendapat umum, maka ia tak usah takut atau akan mendapat penyesalan.


Miqdad khawatir kalau ada di antara Kaum Muslimin yang terlalu berhati-hati terhadap perang. Dari itu sebelum ada yang angkat bicara, Miqdad ingin mendahului mereka, agar dengan kalimat-kalimat yang tegas dapat menyalakan perjuangan dan turut mengambil bagian dalam membentuk pendapat umum.


Tetapi sebelum ia menggerakan kedua bibirnya, Abu Bakar Shiddiq r.a. telah mulai bicara, dan baik sekali buah pembicaraannya itu, hingga hati Miqdad menjadi tenteram karenanya. Setelah itu Umar bin Khatthab r.a. menyusul bicara, dan buah pembicaraannya juga baik.


Maka tampillah Miqdad, katanya, "Ya Rasulullah, teruskanlah laksanakan apa yang dititahkan Allah, dan kami akan bersama anda....! Demi Allah kami tidak akan berkata seperti yang dikatakan Bani Israil kepada Musa,'Pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah, sedang kami akan duduk menunggu di sini. Tetapi kami akan mengatakan kepada anda, 'Pergilah anda bersama Tuhan anda dan berperanglah, sementara kami ikut berjuang di sampig anda....!' Demi yang telah mengutus anda membawa kebenaran!Seandainya anda membawa kami melalui lautan lumpur, kami akan berjuang bersama anda dengan tabah hingga mencapai tujuan, dan kami akan bertempur di sebelah kanan dan di sebelah kiri anda, di bagian depan dan di bagian belakang anda, sampai Allah memberi anda kemenangan....!"


Kata-katanya itu mengalir tak ubahnya bagai anak panah yang lepas dari busurnya. Dan wajah Rasulullah yang berseri-seri karenanya, sementara mulutnya komat-kamit mengucapkan do'a yang baik untuk Miqdad. Serta dari kata-kata tegas yang dilepasnya itu mengalirlah semangat kepahlawanan dalam kumpulan yang baik dari orang-orang beriman, bahkan dengan kekuatan dan ketegasannya, kata-kata itu pun menjadi contoh teladan bagi siapa yang ingin bicara, menjadi semboyan dalam perjuangan....!


Sungguh, kalimat-kalimat yang diucapkan Miqdad bin 'Amr itu mencapai sasarannya di hati orang-orang Mu'min, hingga Sa'ad dan Mu'adz pemimpin kaum Anshar bangkit berdiri, katanya:


"Wahai Rasulullah, sungguh, kami telah beriman kepada anda dan membenarkan anda, dan kami saksikan bahwa apa yang anda bawa itu adalah benar...., serta untuk itu kami telah ikatkan janji dan padukan kesetiaan kami! Maka majulah wahai Rasulullah laksanakan apa yang anda kehendaki, dan kami akan selalu bersama anda....! Dan demi yang mengutus anda membawa kebenaran, sekiranya anda membawa kami menerjuni dan mengarungi lautan ini, akan kami terjuni dan arungi, tidak seorang pun di antara kami yang akan mundur untuk menghadapi musuh....! Sungguh, kami akan tabah dalam peperangan, teguh dalam menghadapi musuh, dan moga-moga Allah akan memperlihatkan kepada anda perbuatan kami yang berkenan di hati anda....! Nah, kerahkanlah kami dengan berkat dari Allah....!"


Maka hati Rasulullah pun penuhlah dengan kegembiraan, lalu sabdanya kepada sahabat-sahabatnya: "Berangkatlah dan besarkanlah hati kalian....!"


Dan kedua pasukan pun berhadapanlah.... Anggota pasukan Kaum Muslimin yang berkuda ketika itu jumlahnya tidak lebih dari tiga orang, yaitu Miqdad bin 'Amr, Martsad bin Abi Martsad dan Zubair bin Awwam; sementara pejuang-pejuang lainnya terdiri atas pasukan pejalan kaki atau pengendara-pengendara unta.


Ucapan Miqdad yang kita kemukakan tadi, tidak saja menggambarkan keperwiraannya semata, tetapi juga melukiskan logikanya yang tepat dan pemikiran yang dalam... Demikianlah sifat miqdad....


Ia adalah seoarang filosof dan ahli pikir. Hikmat dan filsafatnya tidak saja terkesan pada ucapan semata, tapi terutama pada prinsip-prinsip hidup yang kukuh dan perjalanan hidup yang teguh tulus dan lurus, sementara pengalaman-pengalamannya menjadi sumber bagi pemikiran dan menunjang bagi filsafat itu.


Pada suatu hari ia diangkat oleh Rasulullah SAW sebagai amir disuatu daerah. Tatakla ia kemabli dari tugasnya, Nabi bertanya,"Bagaimanakah pendapatmu menjadi amir?" maka denagan penuh kejujuran dijawabnya: "Anda telah menjadikan daku menganggap diri diatas semua manusia sedang mereka semua di bawahku... Demi yang telah mengutus anda membawa kebenaran, semenjak saat ini saya tak berkeinginan menjadi pemimpin sekalipun untuk dua orang untuk selama-lamanya.....!"


Seorang laki-laki yang tak hendak tertipu oleh dirinya, tak hendak terperdaya oleh kelemahannya....!


Dipegangnya jabatan sebagai amir, hingga dirinya diliputi oleh kemegahan dan puji-pujian. Kelemahan ini disadarinya hingga ia bersumpah akan menghindarinya dan meolak untuk menjadi amir lagi setelah pengalaman pahit itu. Kemudian ternyata bahwa ia menepati janji dan sumpahnya itu, hingga semenjak itu ia tak pernah menerima jabatan amir...!


Miqdad selalu mendendangkan hadits yang didenganrnya dari Rasulullah SAW: yakni, "Orang yang berbahagia, ialah orang yang dijauhkan dari fitnah.....!"


Oleh karena jabatan sebagai amir itu dianggapnya suatu kemegahan yang menimbulkan atau hampir menimbulkan fitnah bagi dirinya, maka syarat untuk mencapai kebahagiaan baginya, ialah menajuhinya.


Diantara madhar atau manifestasi filsafatnya ialah tidak tergesa-gesa dan sangat hati-hati menjatuhkan putusan atas seseorang. Dan ini juga dipelajarinya dari Rasulullah SAW yang telah menyampaikan kepada ummatnya: "Bahwa hati manusia lebih cepat isi periuk dikala menggelegak..."


Miqdad sering menangguhkan penilaian terakhir terhadap seseorang sampai dekat saat kemtian mereka. Tujuannya ialah agar orang yang akan dinilainya tidak beroleh atau mengalami hal yang baru lagi......perubahan atau hal baru apkah lagi setelah maut...?


Dalam percakapan yang disampaikan kepada kita oleh salah seorang sahabat dan teman sejawatnya seperti dibawah ini, filsafatnya itu menonjol sebagai suatu renungan yang amat dalam, katanya: "Pada suatu hari kami pergi duduk-duduk ke dekat miqdad. Tiba-tiba lewatlah seorang laki-laki, dan katanya keapda Miqdad: "Sungguh berbahagialah kedua mata ini yang telah melihat Rasulullah SAW! Demi Allah, andainya kami dapat melihat apa yang engkau lihat, dan menyksikan apa yang anda saksikan...!"

Miqdad pergi menghampirinya, katanya, "Apa yang mendoorng kalian unutk ingin menyaksikan peristiwa yang disembunyikan Allah dari penglihatan kalian, padahal kalian tidak tahu apa akibatanya bila sempat menyaksikannya?


Demi Allah, bukankah dimasa Rasulullah SAW banyak orang yang ditelungkupkan Allah mukanya keneraka jahanam...!


Kenapa kalian tidak mengucapkan puji keapda Allah yang menghindarkan kalian dari malapetaka seperti yang menimpa mereka itu, dan menjadikan kalian orang-orang yang beriman kepada Allah dan Nabi kalian!"


Suatu hikmah...! Dan hikmah yang bagaimana lagi...? Tidak seoarangpun yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya yang anda temuai, kecuali ia menginginkan dapat hidup dimasa Rasulullah dan beroleh kesemaptan untuk melihatnya!


Tetapi penglihatan Miqdad yang tajam dan dalam, dapat menembus barang ghaib yang tidak terjangkau dibalik cita-cita dan keinginan itu. Bukankah tidak mustahil orang yang menginginkan hidup pada masa-masa tersebut akan menjadi salah seorang penduduk neraka? Bukankah tidak mustahil ia akan jatuh kafir bersama orang-orang kafir lainnya...? Maka tidakkah ia lebih baik memuji Allah yang telah menghidupkannya dimasa-masa yang telah tercapainya kemantapan bagi Islam, hingga ia dapat menganutnya secara mudah dan bersih....?


Demikianlah pandangan Miqdad, memancarkan hikmah dan filsafat... dan seperti demikian pula pada setiap tindakan, pengalaman dan ucapannya, ia adalah seorang filosof dan pemikir ulung.


Pada suatu ketika ia keluar bersama rombongan tentara yang sewaktu-waktu dapat dikepung oleh musuh. Komandan mengeluarkan perintah agar tidak seorang pun mengembalakan hewan tunggangannya.


Tetapi salah seorang anggota pasukan tidak mengetahui larangan tersebut hingga melanggarnya; dan akibatnya ia menerima hukuman yang rupanya lebih besar daripada yang seharusnya, atau mungkin tidak usah sama sekali.


Miqdad lewat di depan hukuman tersebut yang sedang menangis berteriak-teriak. Ketika ditanyainya ia mengisahkan apa yang telah terjadi. Miqdad meraih tangan orang itu, dibawanya kehadapan amir atau komandan, lalu dibicarakan dengannya keadaan bawahannya itu, hingga akhirnya terungkaplah kesalahan dan kekeliruan amir itu. Maka kata Miqdad kepadanya, "Sekarang suruhlah ia membalas keterlanjuran anda dan berilah ia kesempatan untuk melakukan qishash!"


Sang amir tunduk dan bersedia..., hanya si terhukum berlapang dada dan memberinya maaf. Penciuman Miqdad mengenai gentingnya suasana, dan geagungan agama yang telah memberikan kepada mereka kebesaran ini, hingga katanya seakan-akan berdendang: "Biar saya mati, asal Islam tetap jaya...!


Hingga layaklah ia memperoleh kehormatan dari Rasulullah SAW menerima ucapan berikut, "Sungguh, Allah telah menyuruhku untuk mencintaimu, dan menyampaikan pesan-Nya padaku bahwa Ia mencintaimu."


Ya Allah bangkitkanlah dari antara kami dan anak-anak cucu kami Miqdad-Miqdad pahlawan, pejuang dan pembela agama-Mu, amin.


Sumber: Karakteristik Perihidup Enam Puluh Shahabat Rasulullah, Khalid Muh. Khalid 

(kiriman dari sahabatku, Ahmad Mujahid)