My Sweet Home
Saatnya Kita Berubah Teman
author

Saatnya Kita Berubah Teman



Saatnya Kita Berubah Teman


Usia yang semakin tua, bencana selalu melanda, ujian demi ujian sering menghampiri dari setiap manusia, maksiat merajalela, kebohongan menggerogoti lidah dan hati, kemiskinan semakin memuncak, persatuan pun sudah pecah─berbagai kelompok masyarakat Muslim saling menghujat dan menjatuhkan─, fitnah bertebaran di muka bumi, kemalasan selalu menghampiri, kesedihan selalu menghantui sehingga timbul berbagai macam penyakit baik fisik maupun hati, stress, rasa putus asa, pesimis, tidak percaya diri, kematian menjadi ditakuti (padahal Allah-lah yang pantas untuk kita takuti), hingga manusia itu sendiri kehilangan jati dirinya.

Peradaban yang semakin tinggi dengan dunia ilmu dan teknologi akan menjadi kerusakan bila tidak dilandasi dengan keadaban berakhlak karimah (akhlak mulia dan terpuji), iman pun akan semakin menurun sehingga nilai-nilai kebenaran dalam Islam semakin pudar dan manusia semakin mencintai dunia dan takut mati (Hubbu dunya wa karahiyyatul maut) sehingga melupakan akhirat tempat kita yang kekal untuk kita tuju. Kekaburan makna adab atau kehancuran adab tersebut juga akan mengakibatkan kezaliman (zulm), kebodohan (jahl), dan kegilaan (junun). Artinya karena kurang adab maka seseorang akan meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya (zalim), melakukan cara yang salah untuk mencapai hasil tujuan tertentu (jahl) dan berjuang berdasarkan kepada tujuan dan maksud yang salah (junun). [10]

Sahabatku yang dicintai Allah, kita ini sebenarnya adalah umat terbaik, khairu ummah; kita ini adalah pemimpin yang menjadi wakil Allah di muka bumi, khalifatullah fil ‘Ardh. Hal ini juga sesuai dengan agama kita Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin, pemberi rahmat bagi semesta alam. Sudah saatnya kita berubah teman. Sudah saatnya kita hijrah ke arah yang lebih baik dan berkualitas. Jangan sampai kita melewati sedikitpun waktu-waktu kita di masa muda tanpa melakukan suatu hal yang positif karena waktu itu tak akan kembali dan jangan sampai di masa kita tua─tidak bisa berjalan, tidak bisa makan sendiri, penglihatan dan ingatan semakin menurun, energi tubuh kita semakin berkurang hingga kita melebur bersama tanah─, barulah kita mau berubah dan bertaubat. Rugi sahabatku. Karena penyesalan di akhir itu tiada gunanya.

“Tapi kalau usia kami sudah tua atau orangtua kami yang manula, bagaimana Vi?”
Jangan jadikan itu sebuah alasan sahabatku. Evi pernah membaca sebuah kisah di mana para manula itu berkumpul untuk mendapatkan bimbingan. Merenung, merasakan, mengkaji Islam, dan melaksanakannya untuk mengejar ketinggalan. Mereka berusaha untuk menjemput husnul khatimah. Mereka mengejar kertinggalan di Pesantren Manula. Subhanallah. Bagaimana dengan kita sahabatku? Lebih baik sekarang kita mulai berubah, jangan menunda lagi karena waktu kita semakin hari itu semakin berkurang sembari dengan peningkatan usia. Bukankah kita ingin sama-sama berlomba-lomba dalam kebaikan? Bukankah kita ingin mewujudkan peradaban Islami yang menjadi rahmat bagi semuanya.

Beberapa hal dibawah ini dapat dijadikan motivasi bagi kita untuk menjadikan diri menjadi lebih baik dan membangkitkan kembali Peradaban Islam adalah :

1)Pembenahan ilmu pengetahuan
Karena ilmu pengetahuan berkaitan erat dengan pandangan hidup, maka perlu diperhatikan oleh lembaga pendidikan Islam adalah penanaman elemen-elemen pandangan hidup Islam ke dalam kurikulum pendidikan dan menjadikan universitas menjadi Islami dengan cara reflesi dari insan kamil dimana kita harus merefleksikan figur Nabi Muhammad dalam hal ilmu pengetahuan dan amal sholeh sehingga terbentuk laki-laki dan wanita yang beradab dan berkualitas sesuai dengan kemampuan dan potensi masing-masing.
Hal itu juga ditekankan oleh asy Sya’bi dalam ucapannya : “Ilmu ini hanya dapat diraih oleh orang yang memiliki dua sifat, yaitu al’aql (cerdas) dan an nusuk (taat beribadah)” [9]

2)Hidupkan Hati
Hati sangatlah penting dalam membangun peradaban Rabbani menjadi lebih baik. Hati yang selalu hidup dengan cahaya Ilahi adalah hati yang bersih, hati yang suci sehingga kita dapat mengendalikan hawa nafsu dan melepaskan keegoisan kita.
Hati yang bersih akan mendatangkan:
-pikiran yang bersih,
-do’anya mustajab,
-tumbuh kembang rahmat Allah,
-hati menjadi ikhlas, sabar dan syukur.
-menjadikan kita lebih berhati-hati (wara’),
-bicara penuh hikmah,
-zuhud
(mencari dunia untuk kepentingan akhirat. Sehingga, orang zuhud itu bukan orang yang tidak mau tahu menahu dengan urusan dunia, tapi orang yang menjadikan dunia ini semata-mata untuk mencari Ridha-Nya.)
-paham akan makna hidup dan jati diri kita
(menjadikan ridho Allah sebagai tujuan hidup; ibadah sebagai tugas hidup; diri dan harta sebagai alat hidup; khalifah sebagai fungsi hidup; wahyu Allah di dalam kitab suci sebagai pimpinan hidup; Nabi muhammad saw sebagai teladan hidup; orang mu’min sebagai kawan dalam hidup dan syaitan sebagai lawan hidup)
-sikap taubat untuk selalu kembali kepada fitrahnya yang sejati yaitu fitrah tauhid (fitrah tauhid yang memiliki kecenderungan pada keikhlasan, kesucian, kebenaran/kejujuran, kebaikan, kearifan, dan keadilan)

Kiat-kiat mencapai kesucian yaitu :
-mu’ahadah
yakni berjanji bersungguh-sungguh untuk taat. (mengingat perjanjian dengan Allah)
-muraqabah
yakni selalu merasa ditonton (ditatap) oleh Allah, bukan diintip sehingga selalu ingat akan Tuhan-nya
Tiada yang tersembunyi daripada-Nya seberat zarahpun (partikel terkecil) yang ada dilangit dan yang ada di bumi. Dan tiada pula yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)” (QS. Saba’[34]:3)
-musahabah
berteman dengan orang-orang baik, dengan orang saleh. Sehingga jika kita salah ada yang mengingatkan, hidup damai dan semakin bertakwa pada Allah.
-mu’aqabah
ialah kita menghukum diri sendiri (pemberian sanksi terhadap diri sendiri).
-muhasabah
yaitu sikap untuk mengontrol diri, menghitung (menghisab) diri sendiri, intropeksi diri. Sehingga tidak tertarik mencari kekurangan, apalagi aib orang lain.
-mujahadah
berhubungan dengan kemauan yang kuat (bersungguh hati melaksanakan ibadah dan teguh dalam beramal shaleh dengan apa yang diperintahkan oleh Allah). Jika niatnya seseorang sudah sungguh-sungguh maka seseorang itu akan terbimbing. [2]

3)Mencintai Al-Qur’an
yaitu dengan membacanya, mendengarkannya, mentadaburinya dan mengamalkannya
Adapun pengaruh Luar biasa mendengarkan Al-Qur’an antara lain:
- Peningkatan kekebalan tubuh
- Peningkatan kapasitas untuk berinovasi
- Peningkatan kemampuan untuk fokus
- Perubahan signifikan dalam perilaku
- Kondisi jiwa yang lebih stabil
- Mampu mengontrol emosi, marah dan tidak ceroboh
- Mampu membuat keputusan yang baik
- menghilangkan rasa khawatir, ragu-ragu atau cemas
- Kepribadian yang kuat
- Menyembuhkan penyakit yang umum diderita, seperti alergi,dingin,pilek dan sakit kepala.
- Meningkatkan kemampuan berbicara dan kecepatan bicara
- Mencegah penyakit ganas seperti kanker
- Merubah kebiasaan buruk
- Menghentikan kebiasaan buruk [8]

4)Sistem dan Tahapan Dakwah
a) Sistem dan metode tersebut adalah memberi perhatian lebih besar kepada aspek pertama syari’ah Islam, yaitu aspek ‘nilai’ daripada aspek kedua yaitu ‘hudud’ (hukum positif), dan mengaktualisasikan nilai tersebut dalam kehidupan nyata orang-orang yang menyerukannya sebelum menuntut oranglain agar mengamalkannya.
Allah swt. tidak akan menggariskan kesuksesan bagi para da’i (semua umat muslim) di dunia ini, melainkan jika mereka mau ‘menegakkan’ makna-makna shalat dalam praktik kehidupan nyata dan ‘mengaktualisasikan’ semangat zakat dalam seluruh hubungannya dengan pihak lain. Oleh sebab itu, ayat yang pertama yang di wahyukan oleh Allah mengajak untuk ‘membaca dan mendidik’ (al qira’ah wa at tarbiyah), sementara ayat yang terakhir diturunkan menyuruh agar berhenti melakukan praktik riba.
Bila kita melihat peristiwa sejarah dimasa lalu, mereka sama-sama menerapkan gaya hidup zuhud, rendah hati, menjaga diri dari gelimang kenikmatan dunia, namun di sisi lain mereka mengerahkan seluruh kemmapuannya untuk menegakkan agama, berusaha membangun kesatuan Islam, dan mempersiapkan diri untuk mengemban misi al amr bil ma’ruf wan nahy ‘an al munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran)

b) Sistem dan tahapan dakwah adalah mensinergikan aspek ritual keagamaan dengan aspek sosial dalam beribadah, tidak boleh memisahkan antara kedua aspek tersebut, begitu pula dengan aspek lainnya yaitu aspek alam semesta (kauniyyah)

c) Sistem dan tahapan dakwah adalah menjaga kesinambungan fase penggemblengan dan pendidikan nilai-nilai iman, sehingga prosentase orang-orang beriman dengan orang-orang yang tidak beriman mencapai kadar yang memungkinkan terjadinya ‘fermentasi sosial dan pembentukan loyalitas kolektif’.
(Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Anfal : 65)

d) Sistem dan tahapan dakwah adalah menyeleksi sumber daya manusia yang potensial untuk pendukung dakwah dan martir risalah.
Masyarakat akan menjadi kuat apabila seluruh unsur sistem dan tahapan dakwah diatas kekuatannya telah matang dan terpadu dalam sebuah siklus yang efektif dan kombinasi yang tepat (dengan mengkombinasikan unsur ikhlas dengan strategi yang tepat dalam mengoptimalkan setiap potensi dan sumber daya manusia sehingga usaha tidak menjadi sia-sia) [1]

5)Merencanakan Hidup Lebih Baik
Untuk dapat merencanakan hidup kita lebih baik dibutuhkan tips atau langkah-langkah SMART sebagai berikut :
-S = Spesific
yaitu kita mampu menggambarkan tujuan yang dicapai tersebut dengan spesifik dan jelas. Jika perlu tuangkan dalam bentuk tulisan apa yang terbesik dalam pikiran kita.
-M = Measurable
yaitu setiap tujuan yang sudah kita tetapkan itu bisa dicapai dengan memonitor langkah-langkah dalam proses pencapaian. Buat catatan perjalanan tersebut dalam mencapai tujuan.
-A = Attributable
yaitu saat kita sudah punya sikap dalam meraih setiap tujuan, fokuskan tujuan itu dengan meluangkan waktu untuk mencapainya
-R = Realistic
Pastikan tujuan-tujuan itu benar-benar realistic dan bukan mimpi belaka
-T = Time Limit
Tentukan batas waktu kapan kita ingin mencapai tujuan tersebut. [7]

6)Temukan energi diri

Menemukan energi dimulai dengan testimoni diri. Menuliskan prestasi sebagai modal. Prestasi membuat kita lebih percaya diri.
Menurut Imam Malik memperbaiki penampilan juga akan membuat lebih percaya diri.
-Mulailah dari kekuatan kita
-Mulailah dari yang kita punya
-Temukan keunikan diri
-Manfaatkan apa yang ada [3]

7)Menjadi Pribadi Yang Unggul (Personal Excellence)
dilakukan dengan cara:
-the best appearance, penampilan yang terbaik
(Satu hal yang penting bagaimana kita membuat satu penampilan pertama yang positif, sehingga orang mempunyai kesan yang baik kepada kita)
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dengan penampilan terbaik” (QS. At-Tiin ayat 4)
-the best attitude, sikap yang terbaik
(Sikap yang terbaik itu memiliki nilai-nilai yang positif seperti berpikir positif, Bagaimana kita memandang setiap peristiwa dalam kehidupan ini secara sudut pandang yang tepat; Berpikir proaktif adalah bagaimaana kita selalu menghadapi segala macam stimulasi atau rangsangan baik itu begatif maupun positif, dengan respok yang positif sehingga akan memiliki kepekaan sangat mendalam terhadao situasi yang ada disekelilingnya)
Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Ali Imran : 191)
-the best achievement, prestasi yang terbaik
(Prestasi yang terbaik dapat dicapai dengan 2 hal yaitu melakukan pekerjaan dengan outstanding result, bukan sekedar rata-rata tapi diatas rata-rata dan menjadi orang yang extra ordinary yaitu orang-orang yang di luar kebiasaan sekaligus orang yang luar biasa, bukan seekdar orang yang biasa-biasa saja)
Allah yang menjadikan mati dan hidup supaya Dia menguji kamu, siapa di antra kamu yang paling baik amalnya (ahsanu ‘amala)” (QS. Al-Mulk : 20) [4]

8)Tips sederhana yang bisa kita lakukan untuk memvisualisasikan mimpi-mimpi kita agar menjadi pemenang adalah TAJAM :
a.T (tekad yang Kuat dan Tujuan Jelas)
Bulatkan tekad kita sebagai pribadi yang sukses yang banyak zakatnya bukan sekedar kaya saja dan milikilah tujuan yang jelas. Kemana arah kita pergi. Tekad yang kuat memang oerku tapi tekad tanpa tujuan akan membawa hasil LELAH

b.A (Arahkan Pada Potensi Terbaik)
Saya yakin kita semua punya potensi terbaik yang merupakan kelebihan khas dari masing-masing pribadi manusia. Gali dan temukan potensi positif kita, karena ketika kita melakukan hal yang terbaik dari potensi kita maka kita akan mengalami pelejitan luar biasa.

c.J (Jauhkan Dari Prasangka Negatif)
Prasangka buruk, anggapan negatif, keluh kesah, sumpah serapah dan banyak istilah-istilah yang lain, tidak akan pernah mampu menghantarkan kita sebagai pribadi yang bermental tegar, kokoh dan kuat. hindari halusinasi negatif, kata-kata pesimis. Hilangkan kamus mengeluh dari otak kita sekarang maka sikap optimis akan selalu menghampiri kita, InsyaAllah. Jangan katakana “Saya tidak mampu melakukan itu.” Tapi katakan, “Bagaimana cara saya melakukan itu?”

d.A (Ambil Manfaat dari Setiap Kegagalan)
Ingat firman Allah : “Setiap kesulitan pasti ada kemudahan”. Rumus sukses adalah orang sukses lebih banyak gagalnya daripada orang gagal.

e.M (Mantapkan Motivasi Dengan Aksi Nyata)
Kuatkan motivasi kita dengan tekad yang tegas dan kuat. Buat lingkungan yang mendukung motivasi kita, dan segeralah hijrah ketika lingkungan yang ada tidak mendukung kondisi motivasi Anda. [5]


9)Kuatkan Tawakal Kepada Allah
Sahabat, janganlah kita menjadi pribadi yang ragu. Sebab ragu adalah aib yang sangat berbahaya. Ia akan menggerogoti keyakinan dan membuka celah bagi setan untuk mempermainkan dan merusak suara hati serta kejernihan pikiran kita. Jangan pernah juga kita tunduk kepada hawa nafsu kita atau rayuan setan.

Oleh sebab itu, jadilah orang yang berkarakter, penuh kepastian, dan pantang mundur. Jika kita ragu untuk melakukan suatu pekerjaan, lakukanlah shalat istikharah dan perbanyak musyawarah. Kendalikan hati agar tetap hidup dan berdenyut dengan memperbanyak doa karena Allah tidak menerima hati yang lalai lagi pelamun. Jika hasil istikharah telah bulat dan mantap, lakukan musyawarah dengan orang-orang berilmu dan memiliki kompetensi berkaitan dengan apa yang kita hadapi.

Sebagaimana Allah berfirman :
"Bertanyalah kepada ahli dzikir, jika kalian tidak mengetahui." (Al-Anbiya: 7)

Bersikaplah ridha terhadap apa yang Allah berikan untuk kita, walaupun secara lahiriah merugikan kita. Karena bisa jadi, persepsi kita lebih menonjol dalam menilai. Percayalah kepada Allah dan semua kebijakanNya. Niscaya Kita tidak akan pernah merugi dalam hal apapun. Allah berfirman:
"Jika engkau telah ber'azam, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh Allah sangat mencintai orang-orang yang bertawakal." (Ali Imran: 159) [6]

Setelah sahabat membaca tulisan uraian Evi diatas maka amalkan tengan tindakan nyata. Lakukan perubahan pada diri pribadi masing-masing. Mari kita bersama-sama hidupkan kembali peradaban Rabbani.

Perhatikan Allah maka Allah kan memperhatikanmu, cintai Allah maka Allah akan mencintaimu (QS. Al Ma’idah : 54). Penuhi permintaan Allah, maka Allah akan memenuhi permintaanmu (QS. Al-Baqarah : 186)
*********************************************************************

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt yang masih memberikan Evi kekuatan dan kesabaran untuk menuliskan catatan ini ─catatan yang selama ini Evi rindukan untuk menulisnya─ di balik kondisi tubuh belum stabil tapi semua karenaMu, Evi masih tetap semangat menulis selama akal, mata, tangan dan kaki masih bisa digunakan. Sampaikan walaupun hanya satu ayat. Sampai walaupun hanya 1 kalimat hikmah. Sampaikan walaupun kondisi tidak sehat. Karena inilah yang akan menjadi terapi secara batiniyah, ruhiyah ataupun fisik. Sahabatku, apabila evi banyak kesalahan dalam tulisan dan ucapan, Evi mohon maaf ya. Semoga catatan ini memberikan manfaat bagi kita semua yang membacanya dan segera mengamalkannya. Semoga bisa di share atau di copy dan dibagikan ke teman-teman yang lainnya. Selalu semangat, semangat, tersenyum menuju perubahan diri menjadi lebih baik.

Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
~Evi A.~
Medan, 30 Januari 2010


Referensi bacaan Evi:
1)Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib; “Refeleksi 50 Tahun Gerakan Dakwah Para Ulama untuk Membangkitkan Umat dan Merebut Palestina” , karya Dr. Majid Irsan Al-Kilani, penerjemah : Asep Sobari Lc & Amalauddin, Lc MA
2)Kiat-kiat Mendzikirkan Mata hati, karya Ust. Arifin Ilham
3)Eudaemonia “kenalilah dirimu”, karya Ust. B. Pakuwinata
4)Life Excellence, karya Reza M. Syarif
5)30 Hari mencari Jati Diri, karya Aris Ahmad Jaya
6)Hadits-hadits Cinta “70 kiat praktis menjadi pribadi paling di Cintai”, karya H.Nandang Burhanudin, Lc, M.Si
7)Muslim inspiratif, karya Casofa Fachmy
8)Majalah Tarbawi, 12 Agustus 2010
9)http://fajrulislam.wordpress.com/
10)http://www.hidayatullah.com/
author

Perlukah Membedah Karya Sastra?

Esay: Perlukah Membedah Karya Sastra?

Oleh: Ady Azzumar
Di muat di Koran Sriwijaya Post, Minggu 09 Mei 2010



Karya sastra tak selamanya itu sempurna, baik puisi, novel, roman dan cerpen. Karena tanpa kita sadari, setelah usai membaca karya-karya yang telah disuguhkan baik dalam bentuk buku atau dalam bentuk media cetak (rubrik budaya), maka akan ada bentuk komentar dalam pikiran kita.


Membedah karya sastra sama halnya sebuah ulasan; kupasan, tafsiran, ungkapan tentang keadaan atau beberapa patah kata yang merupakan bagian kalimat. Ragam kesusatraan atau bentuk bahasa, kadang-kadang tertulis, yang teksnya disusun dan diolah dengan tujuan memperoleh kepuasan estetis; ditandai oleh pemakaian kata dengan cara yang hati-hati, sering juga cermat dan mempergunakan alat-alat gramatrikal maupun stilistis tertentu; dalam ragam tak tertulis mempunyai kesamaan dengan ragam resmi dalam bahasa lisan.


Sebenarnya, bahwa kesanggupan memahami sesuatu karya satra itu amat bergantung kepada kebiasaan, inteligensi dan kepekaan dari seseorang pembaca itu pula. Tanpa itu akan sulit bagi kita buat memahami ataupun menikmati kesusastraan. Karya sastra yang terpenting bukanlah hanya amanatnya, isinya, pesan-pesan pengarangnya, sikap sastrawannya melainkan pula bagaimana semua itu disampaikan oleh pengarang dalam buah karyanya? Disinalah justru sering dijatukan penilaian itu, apakah karyanya tersebut mencapai, ataukah tidak mencapai mutu kesusastraan?


Apa saja yang perlu di bedah?


Pertama kandungan unsur bentuk redaksi; yaitu cara mengungkapkan sesuatu dengan kata, frase, atau kalimat sehingga membentuk wacana. Kedua kandungan unsur plagiat; yaitu pencurian karangan orang lain. Seperti yang pernah digembar-gemborkan sebuah karya: Buya Hamka “Tenggelamnya Kapal Van Derwick” adalah dikatakan sebuah plagiat dari penulis luar negri. Ketiga kandungan unsur narasi; yaitu suatu bentuk penuturan yang bertujuan menyampaikan rangkaian kejadian demi kejadian. Dengan kata lain, bentuk penuturan ini hendak memenuhi keingintahuan orang yang selalu bertanya-tanya, “Apa yang terjadi?”. Kempat kandungan unsur gaya bahasa; yaitu pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, dan keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis satra. Kelima kandungan unsur epigon; pengekor atau pembuntut. Yaitu pengarang yang membangun dan melanjutkan perkembangan hasil seni seniman-senian sebelumnya. Epigon selalu memuji-muji dan membangga-banggakan pengarang yang dianutnya. Keenam kandungan unsur diksi. Sebenarnya pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan pilihan kata, tetapi juga mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat juga diterima atu tidak meruasak suasana yang ada. Sebuah kata yang tepat untuk menyaatkan suatu maksud tertentu, belum tentu dapat diterima oleh para pembaca. Dan terakhir tipografi: yaitu bentuk pola sebuah karya itu sendiri.


Manfaat:

Banyak hal manfaat dari membedah sebuah karya sastra iru sendiri, diantaranya: Menganalisa karya sastra berdasarkan apa yang tidak dinyatakan secara tertulis, yang dapat ditangkap dengan perasaan dan pikiran pembaca atau penganalisa. Analisa yakni studi atau penyelidikan tentang berbagai unsur yang ada dalam suatu hasil karya sastra. Analisa sendiri dibagi menjadi dua unsur yaitu analisa unsur yang tersurat (cara bercerita, tokoh-tokoh, alur, panorama) dan analisa unsur yang tersurat (tema, alur peristiwa, nada dan suasana)

Kebebasan hak memiliki untuk mengkritiki sastra yaitu penilaian tentang isi dan bentuk karya sastra dari pandangan ilmu dan seni.


Bahan sebuah esai ulasan: yaitu esai yang membentangkan, menguraikan pendapat dan perasaan tentang sesuatu hal dalam bidang kebudayaan kesenian. Esai ini selain mengandung unsur mengajar dan memberi tahu, juga mengandung unsur penggerak hati, yaitu mempengaruhi pembaca supaya segagasan, sependapat, sepaham atau seperasaan dengan penulis.

Memberikan sebuah apresiasi yaitu memberikan penilaian tepat dan menghargai sastra berdasarkan pengertian tepat tentang nilainya. Dan tekahir menjadikan kita peka terhadap karya-karya sastra.

(dari : sahabat FB Ady Azzumar)
Waspadai Sepak Terjang Pengemis Cinta di FB
author

Waspadai Sepak Terjang Pengemis Cinta di FB


.........................................................
Kehadiran Facebook, membuat dunia semakin terlipat dalam genggaman
Ada bahayanya jika kita tak mampu menjaga hati, dan menjaga iman kita….

Salah satu yang kebabalasan dalam facebook itu adalah
Interaksi lelaki dan perempuan

Panah – panah setan mulai dilepaskan begitu pertama kali
Engkau menulis status atau notes atau tautan

Status, notes, tautan itu menjadi Pesona dihati-hati mereka yang kotor
Pada awalnya niat membuat itu semua karena Allah….

Tapi dijejak ini justru setan, mulai menampakkan kerja-kerjanya
Maka status-status itu menjadi pesona !!!!!!!!!
Maka dimulailah interaksi
Saling sapa….
Lewat konsultasi mungkin awalnya
Sekedar menanya masalah agama…..

Tapi jika di titik ini kita tak memiliki bekal iman yang kuat
Maka sadarlah
Maka ketahuilah, perangkap setan itu mulai ditiupkan dihatimu

Maka kita miris ketika ada akhwat yang jelas-jelas mengetahui bahwa seorang lelaki itu memiliki
Istri , dengan ringannya, tanpa malu, merasa begitu akrab dengan lelaki itu…..!!!
Seolah dia tak melihat, dan memandang bahwa lelaki itu memiliki istri

Astaqfirullah……!!

Tapi yang berbahaya juga adalah ketika si pemilik akun yang laki-laki ini
Mendiamkan, atau membiarkan itu semua
Pada saat itu setan meniupkan kenyamanan dihatimu….!!
Padahal itu adalah bara api yang akan membakar dirimu dan keluargamu dikemudian hari…!

(Kepekaan yang Hilang)

Kita harus bersyukur jika kita memiliki pasangan yang selalu mengingatkan kita
Atau saudara-saudara di jalan Allah yang menegur kita

Karena peringatan dan Teguran itu
Akibat kepekaanmu yang hilang…!!

Maka boleh jadi engkau tak akan pernah mampu mencium wanginya surga
Karena tak ada peka, yang menimbulkan cemburu, karena saat itu maksiat telah engkau lakukan….
Inilah Kepekaan yang hilang
Menganggap remeh semua, dan membuka pintu setan yang lebar

Maka hidupkan hatimu
Sadar diri….
Ada adab-adabnya kita berinteraksi antara ikhwan dan akhwat

(Mencegah si Pengemis Cinta)

Mereka terbentuk akibat korban rekayasa semu Facebook
Memandang seseorang bagai bintang yang bersinar
Maka timbulah idola baru
Berharap
Mendapatkan Cinta dari Idolanya itu

Ah Setan Memang Pandai membuat tipu daya
Mematikan hati
Dan melepaskan kemuliaan seorang Muslim

Pengemis Cinta ini tanpa malu-malu
Terus berharap, mendapatkan cinta
Padahal pemilik Cinta Yaitu Allah
Memandang dengan tatapan tidak Ridho……

Mereka telah mati hatinya
Dan mereka telah merusak citra dakwah……

Jika pengemis Cinta ini masuk dan menggoda orang-orang yang telah berumah tangga
Maka mereka lah penyebab bara di rumah tangga itu

Jika pengemis Cinta ini masuk kepada mereka yang belum menikah
Maka jika terjadi pernikahan karena fasilitasi oleh Facebook
Maka yang ada adalah Cinta yang dibangun diatas Rekayasa semu

Cinta seperti ini akan sulit bertahan lama
Karena mereka cenderung memanipulasi diri
Padahal hakikatnya di dunia nyata, tak sebaik yang tergambar di dunia maya

Lagi-lagi setan bertepuk tangan
Misi si Pengemis Cinta, telah berhasil menodai bangunan dakwah
Pada pilar kedua yaitu Pembentukkan Keluarga Muslim

( Inilah Solusinya….)

Suami Istri Satu akun Facebook

Ini adalah sebagian dari cara membentengi diri, menjaga hijab, dan selalu ada kejujuran
Facebook jika kita tak bijak menyikapinya, maka kemungkinan orang tergelincir selalu ada
Menjadi Korban si pengemis Cinta
Atau bahkan dirinya menjadi si Pengemis Cinta itu sendiri

Maka jika akun Facebook dioperatorkan bersama oleh suami Istri
Maka nilai-nilai kejujuran selalu ada
Dan ini adalah inti dari kepercayaan dalam biduk rumah tangga itu sendiri.
Jujur itu kata kuncinya

Maka antum semua yang sudah berumah tangga
Mungkin boleh mencoba untuk membuat akun Facebook, yang di operatorkan bersama
Oleh istri atau suami dalam satu akun yang sama.

Sedangkan bagi yang belum menikah
Menjaga pandangan dan mensucikan hati
Dengan cara hanya menerima pertemanan dari akhwat untuk akhwat
Dan dari ikhwan untuk ikhwan
Adalah salah satu cara itu.

Jangan sampai kita menjadi petualang di dunia Facebook
Petualang yang membuka tabir, kejelekan kita sebagai manusia dimata Allah

Petualang-petualang ini
Pengemis Cinta itu sejatinya

Beratkah semua itu …!

Tidak…..!
Jika Iman dan Ridho Allah yang kita cari

Kecuali bagi orang-orang yang selalu mempunyai dalil membela diri….!!!

Facebook bisa menjadi sarana dakwah
Bagi suami istri dalam satu akun yang sama….!!!

Insya Allah Pasti !!!

)I(Hamzah)I(

(dari : sahabatku Ida Dan Hamzah AlMubarok)
DEMOKRASI “PERMATA”ISLAM YANG HILANG
author

DEMOKRASI “PERMATA”ISLAM YANG HILANG


.....................................................
DEMOKRASI “PERMATA”ISLAM YANG HILANG

Perlu diketahui bahwa cikal bakal demokrasi bermula dari hasil pemikiran Plato dalam bukunya Republik pada tahun 427 – 347 SM atau kira-kira 900 tahun sebelum nabi Muhammad SAW lahir, adalah salah bila menilai demokrasi diciptakan untuk menghancurkan Islam, tetapi kalau Barat saat ini memanfaatkan demokrasi untuk menghancurkan Islam itu adalah benar, karena demokrasi sifatnya terbuka dan elastis seperti karet, terbuka artinya siapa saja bisa masuk, kafir, Kristen, komunis dan juga Islam, elastis artinya siapa saja bisa memberi bentuk dan definisi sesuai kemauannya, tidak aneh bila setiap pakar politik mempunyai definisi akademis tentang demokrasi yang berbeda-beda dan tidak aneh pula setiap politikus dan penguasa mempunyai bentuk tersendiri dalam melaksanakan demokrasi.

Yang kita lupa adalah, bahwa dalam diri Nabi Muhammad saw, juga menunjukan sikap dan nilai-nilai demokrasi, bahkan sejarah Khalifah setelah Ali Bin Abu Thalib menunjukkan hanya 4,5% saja Khalifah yang menjalan syariat Islam, dan itu terjadi karena nilai-nilai Demokrasi yang dicontohkan Nabi saw, tak ada pada masa mereka, karena sengaja dihilangkan
Distorsi Sejarah Islam, berhasil menikam Umat Islam dalam konflik berkepanjangan tentang Demokrasi ini, semoga notes dari berbagai literature ini, mampu membuka cakrawala kita bahwa demokrasi hakikatnya tak bertentangan dengan Islam, dan merupakan Permata yang hilang dalam kehidupan umat Islam saat ini, selamat mengkaji Jilid Ke tiga dari Notes Kami Bukan Laskar Pemimpi…salam Ukhuwah dari Bandung Hamzah & Keluarga

(Nabi Muhammad (Saw.) dan Sikap Demokratis.)

Buku-buku sejarah mencatat bahwa di luar otoritas keagamaan yang menjadi tugas utamanya, Nabi Muhammad (Saw.) merupakan tokoh yang demokratis dalam berbagai hal. Bahkan ketika terjadi kasus-kasus yang tidak mempunyai sandaran keagamaan (wahyu) beliau bersikap demokratis dengan mengadopsi pendapat para sahabatnya, hingga memperoleh arahan ketetapan dari Allah.

Sikap demokratis Nabi Muhammad (Saw.) ini barangkali merupakan sikap demokratis pertama di Semenanjung Arabia, di tengah-tengah masyarakat padang pasir yang paternalistik, masih menjunjung tinggi status-status sosial klan, dan non-egaliter.
Beberapa contoh yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad (Saw.) merupakan seorang demokrat adalah:

Ketika Nabi Muhammad (Saw.) diminta suku-suku Arab menjadi penguasa sipil (non-agama) di luar status beliau sebagai pemegang otoritas agama, beliau mengambil pernyataan setia orang-orang yang ingin tunduk dalam kekuasaan beliau sebagai tekhnik memperoleh legitimasi kekuasaan. Pernyataan setia ini dikenal dalam sejarah Islam sebagai "Bai'at Aqabah I & II". Dari titik ini para ulama Islam sejak dulu menegaskan bahwa kekuasaan pada asalnya di tangan rakyat, karena itu kekuasaan tidak boleh dipaksakan tanpa ada kerelaan dari hati rakyat. Pernyataan kerelaan itu dinyatakan dalam bentuk "pernyataan setia" atau bai'at.

Berdasarkan prinsip ini maka ajaran Islam menolak kudeta atau merebut kekuasaan secara inkonstitusional, karena kudeta merupakan bentuk pernyataan sepihak sebagai penguasa. Sedangkan legitimasi kekuasaan harus diperoleh dari rakyat secara sukarela tanpa ada paksaan apapun.

Setelah Nabi Muhammad (Saw.) bermigrasi ke Madinah, beliau mengangkat budak kulit hitam Ethiopia yang bernama Bilal menjadi pengumandang panggilan shalat (azan). Posisi ini merupakan sebuah kedudukan prestisius bagi seorang budak kulit hitam dalam belantara kabilah-kabilah Arab yang terhormat.

Ketika beliau membentuk negara pertama kali dalam Islam, yaitu negara Madinah yang multi agama. Beliau tidak menggunakan Al Quran sebagai konstitusi negara Madinah. Karena Al Quran hanya berlaku bagi orang-orang yang mempercayainya, yaitu kaum muslimin. Beliau menyusun "Piagam Madinah" berdasarkan kesepakatan dengan orang-orang Yahudi sebagai konstitusi negara Madinah. Pada masa negara Madinah ini pula beliau mengenalkan konsep "bangsa" (al ummah) sebagai satu kesatuan warga negara Madinah tanpa membedakan asal-usul suku.

Nabi Muhammad (Saw.) mendirikan negara Madinah ini berdasarkan kontrak sosial (al 'aqd al ijtima'i) antara kaum muslimin dengan kaum Yahudi, Kristen, dan kaum Arab pagan yang berdiam di Madinah. Piagam Madinah berisi prinsip-prinsip interaksi yang baik antarpemeluk agama; saling membantu menghadapi musuh yang menyerang negara Madinah, menegakkan keadilan dan membela orang yang teraniaya, saling menasehati, dan menghormati kebebasan beragama.

Sewaktu Perang Badar, perang pertama kali dalam sejarah Islam antara kaum muslimin dengan orang-orang Arab pagan, Nabi Muhammad (Saw.) menanggalkan pendapatnya dan mengambil pendapat sahabatnya dalam menyusun strategi perang yang jitu.

Perjalanan Demokrasi dalam Masyarakat Islam Pasca Nabi Muhammad (Saw.).

Sepeninggal Nabi Muhammad (Saw.) nilai-nilai demokratis yang beliau ajarkan mulai pudar. Hal ini terjadi akibat pertentangan dan persaingan kekuasaan yang menghebat.
Pada peralihan kekuasaan setelah wafatnya beliau ke tangan penggantinya Abu Bakar proses demokrasi dapat berjalan baik meski agak alot. Karena setiap kabilah Arab merasa berhak memegang tampuk kepemimpinan. Di balai pertemuan Bani Saadah di Madinah, Abu Bakar terpilih dengan dukungan mayoritas melalui bai'at atas kepemimpinannya.

Berdasarkan pengalaman peralihan kekuasaan pada masanya yang alot, maka Abu Bakar menunjuk penggantinya secara langsung sebelum ia wafat untuk memegang tampuk khalifah.

Abu Bakar digantikan Umar bin Khattab. Takut terjadi kericuhan dan kealotan dalam peralihan kekuasaan selanjutnya, Umar menunjuk enam orang untuk bermusyawarah menetapkan penggantinya. Pergantian kekuasaan setelah Umar berjalan lancar, dan terpilihlah Utsman bin Affan, meski ada rasa ketidakpuasan di antara orang-orang yang ditunjuk hingga menimbulkan friksi-friksi tajam.

Setelah Utsman terbunuh akibat ketidakpuasan daerah-daerah, peralihan kekuasaan menjadi semakin berdarah-darah. Pemilihan penggantinya Ali bin Abi Talib jauh dari tata cara yang sempurna.

Pada masa ini, sikap politik ummat Islam terbagi menjadi empat. Dua kekuatan besar menjadi mainstream yaitu: pendukung Ali dan pendukung khalifah terbunuh Utsman bin Affan yang diwakili oleh Muawiyah bin Abi Sufyan.

Pandangan politik pendukung Ali selanjutnya terlembaga menjadi sebuah ideologi dan sekte agama, yaitu Syi'ah.

Kelompok ketiga adalah orang-orang yang anti kelompok pertama dan kedua, kelompok ini menamakan diri Khawarij. Khawarij berusaha melakukan pembunuhan politik terhadap tokoh-tokoh kelompok pertama dan kedua, karena beranggapan bahwa mereka adalah biang keladi perpecahan ummat. Selanjutnya kelompok keempat adalah orang-orang yang tidak mengambil peran dalam konflik politik ini. Mereka menghindar sambil menyerahkan permasalahan ini kepada Allah untuk diselesaikan pada Hari Pembalasan, kelompok ini bernama Murji'ah.

Munculnya empat golongan ini terjadi pada akhir masa kekuasaan para sahabat dekat Nabi Muhammad (Saw.).

Dalam sejarah Islam pemerintahan empat sahabat dekat beliau merupakan rujukan kedua, sebagai bentuk pemerintahan ideal pasca pemerintahan Nabi Muhammad (Saw.).

Hilangnya Sikap Demokratis dari Masyarakat Islam.
Kebebasan dan sikap demokratis mulai hilang dalam Islam seiring dengan berakhirnya kekuasaan khalifah keempat, Ali bin Abi Talib.

Setelah Ali terbunuh, pengikutnya membai'at anaknya Al Hasan bin Ali sebagai khalifah. Al Hasan bukanlah seorang kuat disamping ia selalu menghindar dari konfrontasi politik. Dengan alasan demi persatuan ummat Islam, maka ia menyerahkan tampuk kekuasaan kepada Muawiyah bin Abi Sufyan, lawan politik Ali yang juga keluarga dekat Utsman.

Ketika Muawiyah berkuasa inilah kebebasan dan sikap demokratis yang diajarkan Nabi Muhammad (Saw.) mulai terpasung. Dengan menggunakan jargon-jargon agama yang totalistik (al jabariyah) dan ketajaman pedang, Muawiyah berusaha memperoleh legitimasi kekuasaan dari rakyat dan mempertahankannya. Muawiyah selalu mengatakan bahwa kekuasaannya merupakan kehendak Tuhan, karena itu tak ada seorang pun yang boleh mengambilnya.

Pada masa Muawiyah pula terjadi pewarisan kekuasaan pertama dalam sejarah Islam. Muawiyah telah mengubah sistem pemerintahan Islam dari demokrasi (pemerintahan yang dikelola bersama-sama dengan sistem syuro/musyawarah) menjadi monarkhi. Kekuasaan Muawiyah ini dikenal dengan "Dinasti Bani Umaiyah", dan ia memindahkan ibukota Islam dari Kufah di Irak ke Damaskus, Syiria.

Pada masa Muawiyah dan keturunannya penindasan kejam terhadap kelompok oposisi dimulai, khususnya terhadap para pendukung keluarga Ali. Tindakan represif Bani Umaiyah ini belum pernah terjadi dalam sejarah Islam sebelumnya.

Ketika Dinasti Umaiyah runtuh dan digantikan dengan Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad, balas dendam politik terhadap para pembantai keluarga Ali tak terelakkan. Begitulah seterusnya, setiap penguasa muslim menggunakan agama untuk mengekalkan kekuasaannya dan membuang jauh-jauh kehendak rakyat. Dan hampir setiap pergantian kekuasaan selalu disertai pertumpahan darah.

Penguasa Mamalik di Mesir bahkan menggunakan militer untuk memisahkan kekuasaan dengan rakyat, sehingga rakyat tidak dapat berhubungan langsung dengan penguasa. Politik Mamalik ini mirip dengan apa yang dilakukan Orde baru di Indonesia, menggunakan militer untuk melindungi kekuasaan dan menyekat kekuasaan dari rakyat. Begitu pula pada jaman Ottoman, institusi khilafah yang agung dan demokratis hanya berupa nama. Para khalifah Ottoman merupakan raja-raja yang tidak memperoleh legitimasi kekuasaan dari rakyat.

Semenjak jaman Muawiyah ummat Islam tidak pernah menikmati kebebasan dan demokrasi dalam kehidupan nyata. Kebebasan dan demokrasi hanya ada dalam teks-teks suci. Para penguasa muslim yang despotis berkuasa tanpa legitimasi rakyat dan selalu memerangi kehendak mereka.

Dalam suasana despotis dan penuh ketakutan semacam ini maka teori-teori politik tidak pernah berkembang baik dalam Islam, akibat kondisi yang tidak mendukung. Oleh sebab itu kita tidak banyak menjumpai literatur Islam yang membahas tentang politik dan tata negara (fikih as siyasah), dibanding dengan buku-buku yang berbicara tentang ibadat (fikih al ibadah), konsep pembersihan hati (tasawuf), ilmu tauhid (ilmu kalam).

Sebab-Sebab Hilangnya Demokrasi dari Masyarakat Islam.
Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab hilangnya kebebasan dan demokrasi dari masyarakat Islam.

Faktor pertama adalah kekejaman para penguasa muslim pada masa lalu. Sikap despotis ini telah membentuk sebuah masyarakat yang miskin tata negara. Karena para ilmuwan muslim tidak banyak menulis perihal sistem pemerintahan dan pembagian kekuasaan ideal, akibat kerasnya tekanan penguasa.

Faktor kedua adalah hilangnya sistem konstitusi sebagai tempat berpijak bagi kehidupan bernegara. Tradisi membangun konstitusi sebenarnya telah diajarkan oleh Nabi Muhammad (Saw.) tatkala membangun negara Madinah. Konstitusi negara Madinah bernama "Piagam Madinah" (Watsiqah Al Madinah) hingga kini masih dapat dijumpai dalam literatur Islam. Namun entah mengapa tradisi berkonstitusi pada praktek kenegaraan kaum muslimin selanjutnya hilang. Hilangnya tradisi konstitusi ini berdampak pada hilangnya demokrasi dan timbulnya pertumpahan darah yang runyam pada setiap kali peralihan kekuasaan.

Faktor ketiga adalah pengekangan kebebasan yang merupakan pilar utama demokrasi. Setiap penguasa Islam pada masa lalu (hingga saat ini) memilih mazhab atau aliran agama tertentu sebagai aliran resmi negara dengan menyingkirkan aliran-aliran lain. Sebagaimana pada beberapa kurun Dinasti Abbasiyah yang bermazhab Mu'tazilah (rasionalis). Pada masa Dinasti Fatimiyah di Mesir bermazhab Syi'ah. Begitu pula dengan kondisi negara-negara Islam moderen, seperti Kerajaan Arab Saudi dan Iran.

Pengekangan kebebasan ini pada satu sisi untuk memperoleh dukungan dan legimitasi dalam rangka memperkuat kekuasaan. Namun di sisi lain, keberpihakan ini merupakan pemberangusan kebebasan yang merupakan dasar demokrasi. Penerimaan ataupun penolakan sebuah aliran keagamaan dalam tradisi asli Islam bukanlah dengan menggunakan kekuasaan dan politik, melainkan melalui tradisi keilmuan dalam bentuk dialog, debat, dan retorika dengan dalil-dalil ilmiah yang meyakinkan.

Faktor terakhir adalah sikap beragama yang menyimpang di kalangan kaum muslimin. Sikap beragama yang menyimpang ini pada akhirnya menimbulkan ekstrimitas; ekstrim dalam berinteraksi dengan keduniaan dan esktrim tidak peduli dengan urusan keduniaan.

Sikap ekstrem pertama menumbuhkan despotisme jika berkuasa, dan sikap ekstrem kedua tidak peduli dunia. Kedua sikap ini kontraproduktif, karena Nabi Muhammad (Saw.) mengajarkan keseimbangan hidup antara urusan dunia dan akhirat

(Demokrasi Adalah Strategi Dakwah)

Sejak awal kita sudah menetapkan misi dakwah ini. Yang ingin kita raih adalah ridha Alloh swt. dengan beribadah kepada-Nya. Dan, ibadah itu berupa menetapkan dan menyemai seluruh kehendak-kehendak Alloh swt. yang Ia turunkan dalam bentuk syariat (agama) dalam kehidupan kita sebagai individu, masyarakat, dan negara. Maka, kerja kita dalam dakwah ini adalah membangun sebuah kehidupan berdasarkan disain Alloh swt.

Membangun sebuah kehidupan yang islami, dengan begitu, adalah cita-cita dakwah kita. Tentulah itu merupakan pekerjaan berat ynag sangat melelahkan, membutuhkan waktu panjang yang melampaui umur individu bahkan umur generasi. Ia juga memerlukan sumber daya manusia dalam semua lapisann masyarakat untuk semua sector kehidupan dengan semua jenis profesi dan keahlian. Selain itu, ia juga membutuhkan sumber daya fisik dan dukungan financial yang sangat besar. dan lebih dari itu semua, ia membutuhkan energy ruhiyah dan semangat jihad serta elan vital yang dahsyat; konsep, metode dan sistematika perjuangan yang jelas lg mantap; gagasan dan pemikiran brilian serta inovasi yang erkesinambungan; kepemimpinan yang kuat dengan organisasi yang solid.

Membangun kehidupan yang Islami adalah sebuah proyek peradaban raksasa. Proyek besar bertujuan merekonstruksi pemikiran dan kepribadiaan manusia muslim agar berpikir, merasa, dan bertindak sesuai dengan kehendak Alloh swt. atau dengan referensi Islam.

Kemudian membawa manusia muslim baru itu ke dalam kehidupan nyata, dengan kesadaran barunya, untuk menata ulang seluruh kehidupan sector masyarakatnya agar hidup dengan budaya, sistem, hukum, dan institusi yang seluruhnya jelmaan kehendak-kehendak Alloh swt. Kemudian umat muslim yang baru itu, yang telah menjadi model representative dari kehendak-kehendak Alloh swt, keluar dari dirinya sendiri melampaui wilayah kepentingan spesifiknya untuk menebar bunga hidayah dan rahmat kepada seluruh umat manusia, menciptakan taman kehidupan yang seimbang dimana setiap orang menemukan keamanan yang diciptakan oleh keadilan dan kenyamanan yang dilahirkan oleh kemakmuran, diman setiap orang merasakan kemudahan yang diciptakan oleh ilmu pengetahuan dan harapan serta optimism yang dilahirkan oleh agama.

Proyek peradaban ini bertujuan menciptakan taman kehidupan dimana bunga-bunga kebaikan, kebenaran, dan keindahan tumbuh bersemi. Dan taman itulah yang kelak menjadi saksi kemanusiaan dan sejarah.
“Dan demikianlah Kami jadikan kamu sebagai umat pertengahan, supaya kamu menjadi saksi atas manusia, dan supaya Rasul itu (Muhammad saw) menjadi saksi atas kamu sekalian.” (QS. Al-Baqarah: 143)

Mereka yang dipilih untuk dikader dan dibina haruslah orang-orang terbaik yang ada di masyarakat. Mereka memiliki bakat, intelegensi, dan kesiapan dasar untuk melakukan pekerjaan besar serta memikul amanah yang berat. Karenanya, kaderisasi atau tarbiyah menjadi mutlak, sebab inilah mesin pencetak pemimpin-pemimpin umat.

Kedua, membangun basis sosial yang luas dan merata sebagai kekuatan pendukung dakwah. Inilah yang disebut dengan mihwar sya’bi. Kalau basis organisasi bersifat elitis-eksklusif, maka basis sosial bersifat masif dan terbuka. Kalau basis organisasi berorientasi pada kualitas, basis sosial berorientasi kuantitas. Kalau organisasi meretas jalan, maka masyarakatlah yang akan melaluinya. Kalau para pemimpin melihat ke depan dengan pikiran-pikirannya yang jauh, masa menjangkau ke depan dengan tangan-tangannya yang banyak. Kalau pemimpin yang hebat mendapatkan dukungan publik yang luas, maka akan terbentuklah sebuah kekuatan dakwah yang dahsyat.

BEgitulah kita menciptakan sinergi antara pemimpin dan umatnya, antara kualitas dan kuantitas. Kedua-duanya mempunyai peranan yang sama strategisnya.

Kalau organisasi dibentuk melalui rekrutmen kader, masa dibentuk melalui opini publik. Kalau kader pemimpin dibentuk melalui tarbiyah dan pengkaderan, masa dibentuk melalui media masa dan tokoh publik. Kalau kader terpesona pada pikiran karena tingkat intelektualitasnya yang tinggi, masa terpesona pada tokoh karena kadar emosinya yang dominan.

Yang ingin kita capai di sini adalah terbentuknya opini publik yang Islami, struktur budaya dan adab-adab sosial yang Islami, dominasi figur dan tokoh Islam dalam masyarakat.

Ketiga, membangun berbagai institusi untuk mewadahi pekerjaan-pekerjaan dakwah di seluruh sektor kehidupan dan di seluruh segmen masyarakat. Ini yang disebut dengan mihwar muassasi. Di sini dakwah memasuki wilayah pekerjaan yang sangat luas dan rumit. Karena itu, perlu pengelompokan pekerjaan. Kita membutuhkan semua jenis institusi sosial untuk mewadahi semua aktivitas sosial; kita membutuhkan semua jenis institusi ekonomi untuk mewadahi semua aktivitas ekonomi; kita juga membutuhkan semua jenis institusi politik untuk mewadahi semua aktivitas politik. Selain institusi yang kita bentuk, kita juga perlu mengisi institusi-institusi sosial, ekonomi, politik, dan militer yang sudah ada, baik yang ada di masyarakat maupun yang ada di pemerintahan.

Kalau dalam tahap pembentukan basis sosial kita menyebar kader-kader dakwah ke dalam masyarakat, maka dalam tahap institusi kita menyebar kader ke seluruh institusi yang ada. Kalau dalam tahap pembentukan basis sosial kita melakukan mobilitas horizontal, maka dalam tahap institusi kita melakukan mobilitas vertikal. Kader-kader dakwah haruslah mampu mengisi struktur yang ada di lembaga tinggi negara: legislative, eksekutif, dan yudikatif. Kader-kader dakwah juga harus mampu mengisi struktur yang tersedia di lembaga-lembaga ilmiah, ekonomi, sosial, dan militer.

Dengan begitu terbentuklah jaringan kader di seluruh institusi stragtegis. Ini merupakan pranata yang dibutuhkan untuk menata kehidupan bernegara yang Islami.

Kalau basis masa bertujuan membentuk opini publik yang Islami, maka basis institusi bertujuan memberikan legalitas politik terhadap opini publik itu.

Keempat, akhirnya dakwah ini harus sampai pada tingkat institusi negara. Sebab, institusi negara dibutuhkan dakwah untuk merealisasikan secara legal dan kuat seluruh kehendak Allah swt. atas kehidupan masyarakat.

Inilah yang kita sebut mihwar daulah.

Negara adalah sarana bukan tujuan. Dan, negara merupakan institusi terkuat dan terbesar dalam masyarakat. Kebenaran harus punya negara karena –kata Ibnu Qoyyim– kebatilan pun punya negara.

Melalui institusi negara itulah kita berbicara kepada dunia seperti yang pernah Rasulullah saw. katakan pada Heraclius, “Masuklah ke dalam Islam supaya kamu selamat!” Atau, kita katakana kepada mereka seperti yang pernah diucapkan Nabi Sulaiman kepada Ratu Balqis, “Ini (surat) datang dari Sulaiman, dan sesungguhnya (ia datang) dengan nama Alah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Naml: 30)

Dan itu semua kita lalui melalui Demokrasi, sebagai salah satu jalan mencapai cita-cita dakwah kita.

)I(Hamzah)I(

Bersambung……
Nantikan Episode terakhir, Kami Bukan Laskar Pemimpi pada Jilid Ke Empat….Insya Allah

(dari : sahabatku Ida Dan Hamzah AlMubarok)
author

Agar Tetap Tersenyum di Kala Sakit

Manusia tidaklah selalu berada pada kondisi yang fit dan sehat. Hampir setiap manusia pernah mengalami keadaan yang namanya sakit. Karenanya, karunia berupa kesehatan selayaknya menjadikan manusia semakin bersyukur kepada-Nya bukan menjadikan takabur, apalagi menjadi kufur.
Sakit, hendakalah tidak dimaknai dengan berbagai macam penafsiran negatif. Sebab hal ini justru akan menggiring kepada perasaan su’udzan (buruk sangka) kepada Allah SWT, yang berakibat tidak saja memperlambat kesembuhan tapi juga mengundang kemurkaan-Nya.

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya aku menuruti persangkaan baik para hamba kepadaku. Hendaklah ia berprasangka sekehendaknya. Apabila ia berprasangka baik, maka akan baik, apabila ia berprasangka buruk maka akan buruk pula.” (HR.Thabrani). Jika berbaik sangka kepada-Nya, maka Insya Allah segala kesulitan akan menjadi mudah. Rasa sakit yang berat akan terasa lebih ringan.

Memang, adakalanya penyakit itu menjadi cobaan, musibah, ataupun adzab. Namun, sebaiknya manusia tidak terburu memandang secara negatif. Hal yang perlu diperhatikan adalah mengambil hikmah dari semua itu. Setiap penyakit, bisa diambil hikmah dan faedahnya untuk memperbaiki kualitas hidup.
Agar sakit tidak membuat stres tapi justru membahagiakan, maka kita harus melakukan beberapa langkah;

Pertama, Husnudzan (berprasangka baik) pada Allah. Jika kita berprasangka baik kepada-Nya, maka Allah SWT pun akan husnudzan kepada kita. Hal ini yang kelak membawa konskuesi positif bagi kesehatan dan di akhirat nanti rahmat-Nya dapat direngkuh. Husnudzan ini merupakan energi untuk memulihkan kondisi si sakit.
Sebaliknya, bila kita menuduh Allah dengan hal-hal negatif – Allah tidak kasihan, kejam dan tidak adil – maka rasa sakit itu bisa bertambah parah. Sebab, menurut psikolog, orang sakit yang terus-terusan dihantui perasaan negatif (negative thinking), akan memperkuat penyakitnya dan memperlambat kesembuhan.

Kedua, menghambil hikmah dan introspeksi diri. Terkadang, sakit mampu menyadarkan seorang hamba pada hakikat kehidupan. Mengubah manusia menjadi sosok yang kata Rasulullah SAW hamba al-Kayyis (cerdas). Sebagaimana yang perdah disabdakan oleh Rasulullah SAW, hamba yang cerdas adalah adalah hamba yang meletakkan ibadah untuk akhirat menjadi prioritas utama dalam hidupnya.

Tak jarang orang jahat atau ahli maksiat berubah menjadi lebih religius setelah ia didera penyakit. Kesadaran ini terbangun setelah ia bisa introspeksi diri. Musibah atau penyakit yang diderita hakikatnya teguran Allah agar seseorang itu kembali kepada Allah. Suatu musibah yang dapat menyadarkan itu jauh lebih baik dari pada kesehatan yang melalaikan.

Tentunya, hamba yang mampu menggali hikmah dibalik sakit ini hanyalah hamba yang sabar dalam menghadapi serangan penyakit ini. Tanpa sabar, seseorang tak akan mampu menyibak hikmah dan fadhilah (keutamaan) penyakit yang dideritanya. Ia pun bahkan tidak dapat memperoleh apa-apa. Pahala tidak, kesembuhan pun barangkali bakal lebih lama.

Tidaklah semua musibah yang kita pandang buruk, akan buruk pula di sisi Allah SWT. Keburukan di benak manusia belum tentu kejelekan di sisi Allah. “Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).

Mengambil Hikmah

Selain akan membantu penyembuhan – dari sisi kesehatan, positive thinking memiliki nilai tak terhingga dari pada sembuh itu sendiri. Sebagian manusia barangkali memandang sakit sebagai sesuatu yang buruk. Tapi bagi manusia beriman, sudut pandang negatif itu tidak mendapat tempat. Sakit, baginya justru merupakan karunia. Inilah yang menyebabkan dia harus tetap tersenyum bahagia, meski sedang sakit.

Bagi yang sedang sakit, janganlah bersedih, sebab terdapat pahala yang lumayan besar bagi orang yang tertimpa sakit. Pertama, Pahala dan Ridha Allah mengalir kepada orang yang sakit. Rasulullah SAW bersabda:
إن عظيم الجزاء مع عظم البلاء، وإن الله إذا أحب قوما ابتلاهم، فمن رضي فله الرضى ومن سخط فله السخط

“Sesungguhnya besar pahala itu seimbang dengan besarnya musibah. Apabila Allah mencintai suatu kaum, maka ia akan mengujinya. Barangsiap yang ridha maka dia mendapat keridhaan dan barangsiapa yang benci, maka baginya murka Allah.” (HR.Tirmidzi)
Menurut hadis di atas, sakit adalah sebuah karunia. Sebab, kondisi itu adalah sebagai bentuk rasa sayang Allah kepada hambanya. Selama sakit –jika sabar menerimanya –dosanya akan diampuni. Dalam hadis yang lain Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seorang hamba sakit atau sedang bepergian, maka pahalanya tetap ditulis seperti ketika ia dalam keadaan sehat atau mukim.” (HR. Bukhari). Kesalahan-kesalah yang pernah diperbuat Insya Allah juga akan dilebur oleh Allah SWT:
وما أصبكم من مصيبة فبما كسبت أيديــكم ويعفوا عن كثير
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu.” (QS. Asy-Syuraa:30).

Oleh karenyanya, orang sakit tidak perlu risau pahala ibadahnya berkurang. Seseorang shalat dengan berbaring – pada saat sakit – pahalanya sama besar dengan shalat orang normal. Allah SWT Maha Adil. Tidak akan membeda-bedakan pahala orang yang ibadahnya ‘tidak normal’.

Kedua, Sakit merupakan suatu kebaikan. Rasulullah SAW bersabda:
من يـــرد الله خيرا يصب منه

“Barang siapa yang dikehendaki Allah suatu kebaikan, maka Dia akan memberi orang itu cobaan.” (HR. Bukhari). Kebenaran sabda beliau sudah sering dibuktikan. Coba kita perhatikan betapa banyak orang yang fasiq, atau ahli maksiat, setelah tertimpa penyakit tertentu ia bertobat kembali ke jalan yang benar. Saat sakit mendera, ia bermuhasabah merenungi kehidupan dan menyadari segala kesalahan. Bahkan banyak pula kisah orang masuk Islam setelah ia sembuh dari penyakit. Ini merupakan kehendak Allah SWT kepada hambanya agar hambanya menjadi orang yang baik. Dalam hal ini sakit menjadi pintu hidayah Allah SWT. Maka seyogyanya, penderita sakit itu tidak stress dan depresi. Sebaliknya, patut disyukuri. Sebab, boleh jadi sakit itu membawanya ke pintu hidayah.

Ketiga, Meraih derajat yang tinggi. Dalam hadis dijelaskan bahwasanya cobaan itu dapat mengantar kepada derajat yang tinggi. “Ada seorang hamba yang meraih kedudukan mulia di sisi Allah bukan karena amalnya. Allah memberi cobaan dengan sesuatu yang ia tidak sukai hingga ia dapat meraih derajat mulia tersebut.” (HR. Abu Ya’la).

Tidak ada orang yang bebas penyakit. Sakit dan musibah adalah ketentuan Allah. Sakit bukan monopoli orang yang dianggap jelek. Semua manusia, para ulama dan Nabi pun mengalaminya.Bahkan para wali dan nabi paling berat cobaanya.
إن من أشد الناس بلاء الأنبـــياء، ثم الذين يلونهم، ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم

“Sesungguhnya manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi. Kemudian yang orang setelahnya, orang setelahnya (orang yang derajatnya dibawahnya).” (HR. Ahmad).

Semakin tinggi derajat seseorang, semakin berat cobaan yang diderita. Seorang mu’min yang ditimpa penyakit berat atau cobaan yang pedih tidaklah berarti menjadi pertanda bahwa ia tidak diridhai oleh Allah. Nabi Ayyub pun diberi cobaan yang paling berat. Tapi beliau orang yang tinggi di sisi-Nya.

Nabi Ayyub as adalah seorang Nabi yang patut dijadikan teladan bagi orang yang didera penyakit. Nabi Ayyub as adalah Nabi yang kaya raya serba kecupukan dan tubuh yang sehat. Tapi, suatu ketika Allah SWT mengujinya dengan memberi penyakit – sehingga kekuatannya hilang. Tidak hanya itu, hartanya pun lambat laun berkurang. Yang lebih menyakitkan lagi istri dan anak-anaknya meninggalkan beliau. Kenyataan ini beliau alamai selama kurang lebih delapan belas tahun.

Jadilah beliau seorang yang terhinakan. Namun, bukan maksud Allah SWT merendahkan Nabi-Nya. Derajat dan kedudukan di sisi-Nya bahkan meroket. Sebab beliau betul-betul menerima dengan kesabaran. Karena kesabarannya, Allah SWT mengembalikan semua yang hilang. Kekuatan, kesehatan, harta, istri, anak dan kerabat akhirnya kembali kepada beliau.

Belajar dari kisah tersebut, kita sepatutnya menyadari bahwa kasih sayang Allah SWT itu begitu besar. Kasih sayang tidak selalu diwujudkan dalam bentuk harta melimpah, kekuatan dan kesehatan yang prima. Namun, terkadang Allah SWT mewujudkan perhatiannya dalam bentuk sesuatu yang menurut manusia ‘hina’ yaitu penyakit. Bahkan seringkali Allah malah mengadzab hambanya dengan memberi kekayaan.

Dengan kekayaan itu, si hamba terjerumus dalam kubangan maksiat. Sebaliknya betapa banyak kisah seseorang menjadi lebih salih setelah sembuh dari penyakit. Ini menunjukkan kenikmatan itu bisa menjadi laknat, dan penyakit berubah menjadi rahmat.

Maka, hendaklah kita mengingat-ingat perbuatan ketika sehat dahulu. Agar bisa berintrospeksi diri untuk lebih mensyukuri nikmat kesehatan dan menambah semangat untuk bersabar dan sembuh.[Kholili Hasib]

http://fajrulislam.wordpress.com/ dan www.hidayatullah.com

(dari : sahabatku Kholili Hasib)
The True Story of Muhammad and Khadijah's Beloved Daughter -----FATHIMAH------
author

The True Story of Muhammad and Khadijah's Beloved Daughter -----FATHIMAH------



The True Story of Muhammad and Khadijah's Beloved Daughter -----FATHIMAH------

Karya Muhammad Amin ini memperkaya literatur Islam tentang perempuan utama yaitu putri Rasulullah. Keteladanannya sebagai seorang anak, istri dan pejuang yg dikisahkan dengan apik ini, patut menjadi bacaan sejarah yang penting bagi kita semua.

"Sesungguhnya Fathimah adalah bagian dariku. Siapa yang menyakitinya ia telah menyakitiku."(Hadits Riwayat Bukhari)


Siapa sebenarnya Fathimah?? Mengapa Sang Nabi melalui lisan sucinya, berkali-kali mengingatkan kita untuk memuliakan Fathimah?? Mengapa Allah SWT memberikan keturunan pada Rasulullah melalui anak perempuannya ini??

Fathimah binti Muhammad tentu bukanlah wanita biasa. Fathimah Az-Zahra, putri Rasulullah banyak menarik perhatian orang. sebelum kelahiran Fathimah, suatu hari, ketika Nabi suci Muhammad saw duduk di tepi sungai dengan sahabat-sahabatnya, tiba-tiba Malaikat Jibril datang dan berkata, "wahai Muhammad, Allah Yang Maha Tinggi mengucapkan salam untukmu dan Dia menyuruhmu untuk memisahkan diri dari istrimu Khadijah selama 40 hari."

Setelah Jibril pergi, Nabi berkata kepada muridnya, Amar bin Yasir, "wahai Amar katakanlah kepada Khadijah, istriku, bahwa atas perintah Allah yang maha mulia, aku memisahkan diri darinya selama 40 hari. katakan kepadanya, "jangan menyangka aku benci atau akan pindah. Sesungguhnya Allah ta'ala membanggakan dirinya dihadapan Malaikat setiap hari berkali-kali. Jika malam telah gelap, beritahukan kepadanya agar menutup pintu dan tidur di ranjangnya. aku akan berada di rumah Fathimah binti Asad.

Khadijah memahami betul pesan ini. Fathimah sangat memahami kejujuran suaminya, Muhammad saw, karena itu Khadijah dengan sabar menunggu, meski hatinya sedih karena harus berpisah dengan suami tercinta.

Setelah 40 hari berlalu masa puasa Nabi, Malaikat Jibril turun dan berkata, "wahai muhammad, Allah Yang Maha Tinggi mengucapkan salam padamu dan Dia memerintahkanmu untuk bersiap-siap menerima penghormatan-Nya dan Anugerah-Nya.

Sesaat kemudian datanglah Mikail dengan membawa sebuah mangkuk indah, ditutupi sehelai kain sutera. "Wahai Muhammad, tuhanmu menyuruhmu agar engkau berbuka dengan makanan dalam mangkuk ini pada malam ini." setelah selesai makan, Nabi bermaksud melakukan shalat. Namun tiba-tiba Jibril menghalangi Nabi dan berkata, "untuk shalat kali ini, Allah melarangmu sebelum engkau mendatangi Khadijah. Karena sesungguhnya pada malam ini Allah ta'ala menginginkan keturunan yang baik tercipta dari sulbi yang baik."

Setelah peristiwa itu, Khadijah merasakan dirinya sedang hamil. Hari demi hari, bulan demi bulan, kandungan Khadijah semakin membesar. Khadijah merasa terhibur apalagi janin yang ada dalam kandungannya sangat istimewa, karena janin itu sama sekali tidak membebani Khadijah.

Kelahiran sayidah Fathimah diisyaratkan dalam surat al-kautsar, "Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak (Al-kautsar). Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus (abtar)."

Bayi perempuan suci itu diberi nama Fathimah yang artinya terlindung dari kejahatan. Nabi dan Khadijah sangat menyayangi Fathimah. Nabi menunjukkan kecintaannya kepada Fathimah dihadapan para sahabat dan kaumnya Nabi. Nabi sering menggendong fathimah dan menciuminya seraya berkata, "Jika aku rindu dengan harumnya Surga maka aku akan mencium putriku Fathimah. Karena dia diciptakan dari makanan surga."

Fathimah juga dijuluki sebagai al-Muhaddatsah (wanita yang diajak bicara) lantaran para malaikat datang dari langit dan memanggilnya, sebagaimana malaikat memanggil Maryam binti Imran. Para Malaikat berkata, "Hai Fathimah, sesungguhnya Allah memilih, menyucikan, dan mengutamakanmu atas segala wanita di semesta alam. Hai Fathimah, patuhlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang sujud dan ruku'.

Nabi saw bersabda, Surga merindukan empat wanita, yaitu Maryam binti Imran, Asiyah binti Muzahim (istri Fir'aun), Khadijah binti Khuwalid dan Fathimah binti Muhammad."

Sejak ballita, Fathimahlah yang membantu dakwah ayahnya. Tangan kecil Fathimah-lah yang membersihkan kotoran yang dilemparkan kaum kafir Quraisy ke kepala suci ayahnya.

Ibadah Fathimah pun sangatlah luar biasa. Ketika menegakkan shalat, Fathimah selalu tersengal nafasnya karena takut kepada Allah. Membicarakan ibadahnya Fathimah, tiada akan ada habisnya, khususnya doanya kepada Allah ta'ala. Fathimah menyadari makna mendalam ibadah dan berdoa kepada Allah dan menikmati shalat di hadapan Sang Maha Perkasa. Hal ini tidaklah aneh, sebab untuk ayahnyalah al-Quran memaktubkan firman-Nya, "Kami tidak menurunkan al-Quran ini kepadamu untuk agar kamu menjadi susah." Karena Nabi shalat dengan lama, Allah ta'ala mewahyukan ayat ini baginya sebagai kelapangan dan kemudahan.

Hasan putra Fathimah berkata, "suatu kali, pada jumat malam, aku menyaksikan ibuku, Fathimah, salat sepanjang malam. Beliau terus-menerus rukuk dan sujud hingga fajar. kudengar beliau berdoa bagi para Mukmin dengan menyebut nama mereka. Namun tak kudengar beliau berdoa untuk dirinya sendiri. Karenanya aku bertanya, Ibunda, mengapa ibunda tak berdoa untuk dirinya sendiri sebagaiman ibunda berdoa untuk orang lain? Beliau menjawab, Putraku, Dahulukan tetanggamu dari dirimu sendiri."

Diriwatkan, seperti halnya Maryam (Ibunda Nabi Isa AS), Allah SWT kerap menurunkan hidangan dari langit ketika Fathimah beribadah di mihrabnya.

Sebagai seorang putri Nabi, Fathimah adalah pemilik kepribadian yang sempurna. Tidak ada yang meragukan ketaqwaannya kepada Allah SWT, demikian juga dengan kecerdasan, keberanian, dan kesigapannya. Fathimah memperoleh pengetahuan Ilahiyanya dari benderangnya kenabian dan menerima kecemerlangan kebenaran dari rumah wahyu. Hatinya berhias kebijakan risalah. Nalar cemerlangnya adalah wujud kecerdasannya. karenanya kebenaran setiap realitas hadir dalam wujud Fathimah Az-Zahra. Dialah guru pertama para perempuan yang datang kepadanya untuk bertanya tentang Islam yang diajarkan ayahnya.

Seorang perempuan menemui Fathimah dan bertany, "Aku mempunyai seorang ibu lemah. Dia menjadi bingung tentang sebuah masalah terkait dengan shalatnya. Dia mengirimku agar menanyakan kepada anda tentang hal itu."

Mendengar jawaban Fathimah, perempuan itu merasa terpuaskan. Setiap kali dia memilki masalah, setiap itu pula dia mendatangi Fathimah dan mendapatkan jawaban. Demikianlah hingga berulang-ulang. Dan Fathimah selalu dengan ramah menjawabnya. Hingga suatu hari, perempuan itu menanyakan pertanyaan lain dari ibunya dan dengan tidak enak hati dia berkata, "Aku tidak akan mengusikmu lagi, wahai putri Rasulullah".

Fathimah menjawab, Bertanyalah kepadaku tentang apa saja yang terlintas di benakmu. Karena ibarat seorang laki-laki yang telah disewa untuk mngangkut beban ke puncak sebuah gunung dengan bayaran seribu dinar, apakah hal itu akan memberatkannya??"

Fathimah melanjutkan, "Upahku untuk menjawab setiap pertanyaan lebih aripada mutiara yang memenuhi ruang antara bumi dan Arasy. Karena itulah aku harus lebih cekatan menjawab pertanyaan-pertanyaanmu."

Bahwa Rasulullah bersabda, "Ketika para ulama pengikut kita dikumpulkan (pada hari kebangkitan), mereka akan dianugerahi jubah-jubah kehormatan yang setar jumlahnya dengan pengetahuan dan perjuangan mereka untuk membimbing hamba-hamba Allah, sampai ke titik setiap orang dari mereka akan dihadiahi satu juta jubah cahay.

Lalu, penyeru Allah SWT akan berkata, "Wahai para wali anak-anak yatimnya Muhammad. Kalian yang mengilhami mereka ketika mereka dipisahkan dari ayah-ayah mereka, yang menjadi imam-imam mereka, inilah murid dan para yatim yang kalian lindungi dan ilhami. karena itu anugerahilah mereka dengan jubah-jubah pengetahuan tentang kehidupan. Maka mereka akan menganugerahi satu juta jubah. Selanjutnya para yatim menganugerahi orang-orang yang belajar dari mereka.

Diantara ajaran-ajaran Islam yang mendapat perhatian khusu adalah melindungi kehormatan perempuan, kecantikan perempuan ketika dia mentaati aturan berbusana muslimah. Sebagai contoh, Fathimah melakukan tindakan terpuji sebagai wujud nyata identitas sseorang muslimah. Dikisahkan bahwa suatu hari Nabi bertanya pada para sahabat. "Apakah yang terbaik bagi kaum perempuan?" Para sahabat tidak tau bagaiman menjawab pertanyaan Nabi itu. Lalu Ali mengabarkan hal itu pada Fathimah, FAthimah menjawab "Yang terbaik bagi mereka adalah tidak melihat laki-laki (selain suaminya) dan tidak mengizinkan laki-laki (selain suaminya) melihat mereka. Kemudian Ali kembali kepada Rasulullah dan membawakan jawaban FAthimah. Ketika beliau mendengar jawban itu, Nabi berkata "Sungguh dia telah mengucapkan kebenaran, karen dia bagian ari diriku."

Fathimah juga gadis yang pemberani. Bersama saudara-saudara perempuannya, beliau berada dibarisan belakang pertempuran pasukan ayahnya, merawat pasukan Islam yang terluka.

Jika kaum Muslimin bisa mencontoh Rasulullah, maka kaum muslimah dengan segala aspeknya yang berbeda dengan pria, mempunyai Fathimah sebagai teladan nan sempurna.

Begitu sering nama Fathimah kita dengar, namun begitu banyak sisi kemuliannya yang mungkin belum kita ketahui. Inilah sebuah kisah wanita telada termulia; seorang putri tercinta dari Sang Musthafa dan Khadijah Al Kubra.
Kisah Klasik Bersama Sahabat SMP-ku
author

Kisah Klasik Bersama Sahabat SMP-ku


Kisah Klasik Bersama Sahabat SMP-ku


Fitrah manusia adalah menyukai keindahan. Persahabatan yang terbingkai indah karena ketulusan iman dan cinta. Menebar kasih hingga benih-benih kerinduan selalu hadir menyapa kita.

Persahabatan adalah anugerah terindah bagi hidupku
Dibangun bukan karena materi
Dibangun bukan karena status sosial
Tapi, dibangun karena kecantikan akhlak
Dipupuk ukhuwah yang erat
Dibumbui kecintaan dan kasih sayang
Dibaluti rasa empati sesama insan

(Evi, Juli 2010)



Masih kuingat kisah kita bersama sembilan tahun yang lalu, kisah yang unik diracik dengan bumbu yang manis, asam, asin dan bahkan kepedasan pun ikut tercampur di dalamnya. Adanya rasa saling berbagi dalam suka dan duka.

***

Sebelum kita bertemu, bersatu menjadi sahabat sejati, kita tidak pernah saling mengenal. Kita berada pada kelas yang berbeda-beda. Hingga pada waktu yang indah, kita dipersatukan dalam sebuah kelas yang cukup membanggakan saat itu ‘Kelas Unggulan’ ─kelas yang memuat siswa-siswi berprestasi─. Eliza, Safitri, Lidya Syartika, Vivin, Dila dan Ruli adalah sahabat terbaikku semasa aku duduk di bangku SMP. Karena kesukaan kita pada dunia musik, lalu kita membentuk sebuah ‘Geng’ dengan nama East Live (merupakan kepanjangan dari nama-nama kami walaupun agak dipaksa-paksa dikit merangkainya). Aku pun di amanahkan sebagai koordinator tim nasyid waktu TPA. Mereka juga selalu membantuku dalam berbagai hal sehingga meringankan segala bebanku.


Hingga pada suatu hari, aku ditunjuk sebagai Ketua Keindahan Kelas, jabatan yang menurutku sangatlah berat karena kondisi kita semua yang beranjak menjadi remaja ─anak muda yang masih labil, dinamis, penuh emosi dan sangat meluap-luap─ Aku ingin menolak jabatan itu, tapi kalian selalu bilang, “Kami akan membantumu, Vie. Tenang saja dan terima amanah tersebut”. Semangat itu menjadi acuanku untuk bangkit dan melangkah ke depan.


Setiap ada perlombaan ‘Keindahan Kelas’ pada Peringatan Kemerdekaaan Indonesia tanggal 17 Agustus, kelas kita selalu mendapat juara 1. Sungguh sangat membanggakan bagiku, tentunya semua ini tidak akan tercapai tanpa ukhuwah yang erat antara semua teman-teman di kelas dan juga tak kalah penting karena ada kalian yang selalu menemaniku. Bagiku kalian memiliki sifat yang serba unik. Dila adalah siswa yang selalu rajin memasak; Tika adalah siswa yang pintar dalam berbicara dan berdandan; Eliza adalah anak yang tomboy, cekatan dan lincah; Safitri adalah siswa yang lembut, kreatif dan selalu tenang; Vivin adalah siswa yang manja dan cerdas; Ruli adalah siswa yang pendiam tapi pintar dalam pelajaran bahasa Inggris. Aku sendiri sering kalian anggap sebagai ibu atau kakak yang senantiasa memberikan nasehat-nasehat bahkan juga kritikan pedas untuk membangkitkan semangat belajar. *wah cerewet juga ya diriku :D*. Alhamdulillah kita semua selalu masuk dalam peringkat sepuluh besar. Kompetisi yang membanggakan di kelas, penuh dengan jiwa-jiwa yang cerdas, inovatif, kreatif dan berusaha menjadi yang terbaik tapi kadang-kadang masih mau berbuat ‘usil’.

***

Hari itu tanggal 5 Oktober, aku begitu sedih. Biasanya ada ucapan Selamat Ulang Tahun serta do’a-do’a dari kalian tepat jam 12 malam.


Sedih, sendiri, menyepi; Menghantui perasaan dan pikiranku; Kemana para sahabat-sahabatku; Apakah jalinan persahabatan yang erat kini telah pudar, ataukah sifat lupa manusia kembali terulang; Begitu mudahkah kemesraan yang kita bangun menjadi runtuh.


Di sepertiga malam kuberdo’a untukmu sahabat-sahabatku agar kita selalu diberi rahmat dan hidayah-Nya, diberi kesehatan dan keselamatan, diberi kemudahan dari setiap kesulitan, dibina jalinan persahabatan kita sesama insan kekal hingga ke akhirat diampuni segala dosa-dosa kita baik sengaja maupun tidak sengaja dan kegembiraan menyelimuti kehidupan kita.


Ketika matahari mulai menyinari bumi ini, aku pun berangkat ke sekolah. Masih kurasakan sepi itu walaupun kalian menyapaku dengan senyuman di wajah. Keakraban kurasakan sangat hambar. Hingga pelajaran sudah selesai dan waktunya pulang, tiba-tiba ....


“Plok ... plak ... plok ...” suara ceplokan telur yang kalian lempar padaku mulai dari tiap sudut kelas sampai tempat duduknya berdekatan denganku.


Bukan hanya telur yang kalian lemparkan, bahkan bubuk kopi, tepung juga ikut ambil bagian. Baju dan tubuhku menjadi kotor dan bau.


“Ha ... Ha ... Ha ...” pekikan suara kalian yang mentertawakanku hingga air mataku keluar. Mengapa kalian berbuat begini padaku. Salah aku apa pada kalian (bisikku dalam hati).


“Hiks ... Hiks ... Hiks ...” rintihan tangisanku mengalir. Kemudian satu persatu dari kalian menghampiriku dan mengucapkan, “Selamat Ulang Tahun Evi. Semoga panjang umur, sehat selalu, makin pintar, makin cantik, dimudahkan segala urusan dan dikabulkan cita-citanya.” Senyum pun terukir di wajahku. Sebagian yang lain menyanyikan lagu Happy Birthday. Benar banget lirik sebuah nasyid,

“Semua karena cinta.
Yang pahit manis di rasa
Menghibur nestapa, merawat luka, damai di jiwa
Padamkan api, benci permusuhan
Terjalinlah kasih sayang
Begitulah Cinta yang diidamkan

(Mestica, Karena Cinta)


Setelah itu, aku ke toilet tuk membersihkan tubuhku yang bau dan kotor. Saat menuju toilet, aku ketemu Guru Agama. Disitu aku habis kena nasehat pedas atas tindakan buruk yang kalian buat karena seharusnya aku menjadi contoh teladan yang baik, ini malah kebalikannya. Akan tetapi semuanya menjadi kebahagiaan. Ketika kalian membersihkan ruangan kelas yang kotor menjadi bersih kembali. Aku terharu. Semua kalian lakukan karena cinta dan kasih sayang dalam balutan persahabatan yang erat.
Lalu kita bersama-sama menyanyikan lagu:
Kemesraan ini janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini ingin kukenang selalu
Hatiku damai, Jiwaku tentram disampingmu
Hatiku damai, Jiwaku tentram bersamamu



Selanjutnya, aku beserta kalian berlima pulang ke rumahku dan masih ada juga hadiah yang kalian siapkan untukku yaitu sekotak Ice Cream. Makanan yang kuinginkan saat itu dan berharap bisa mencicipinya. Subhanallah, indah banget peristiwa itu dan selalu menjadi memoar yang menghiburku dikala kurindu perjumpaan dengan kalian. Lalu kalian minta ditraktir olehku, salah satunya adalah menonton bioskop.


Kalian mengajariku bagaimana menjadi wanita yang gaul karena sebelumnya aku hanya mengajak kalian ke Perpustakaan Daerah saja. Mungkin kalian jenuh dengan tindakanku dan terlalu lugu atau tidak ikut trend anak muda masa kini. Akhirnya, aku penuhi keinginan kalian untuk menonton film di bioskop. Untuk pertama kalinya aku merasakan duduk di bangku bioskop bersama sahabat-sahabat karibku. Duh nikmat juga. Kadang-kadang kita makan Pizza Hut atau makan bersama di rumahku.

*******************************************************

Kisah cerita pendek (cerpen) ini aku tulis untuk meramaikan dunia tulis menulis bersama Grup Untuk Sahabat (UNSA).

Semoga Cerpen ini bisa memberi hikmah bagi kita semuanya dan menjadi kenangan yang tak akan kulupakan.

Bagi yang mau ikut, silahkan simak persayaratan di bawah ini ya:

- Peserta adalah Unsawan/Unsawati ( anggota group UNTUK SAHABAT )

- Tema Cerpen : kejutan di hari ulang tahun ( sahabat )

- Jenis Cerpen : Fiksi

- Nama tokoh dalam cerita adalah benar-benar nama sahabat dan nama penulis itu sendiri.

- Lampirkan foto sahabat yang menjadi tokoh dalam cerita tersebut (jika ada) atau foto ilustrasi yang bertema persahabatan.

- Panjang cerpen maksimal 4 halaman A4.

- Tulis cerpen di catatan di fb, posting, lalu tag fb Itok Kurniawan ( sbg juri ) link fb itok kurniawan : http://www.facebook.com/note.php?saved&¬e_id=492085647882#!/ito.kurniawan1,- copas link catatan cerita yang sudah diposting di wall group UNTUK SAHABAT. link UNSA : http://www.facebook.com/note.php?saved&¬e_id=492085647882#!/group.php?gid=274194420818

~Evi A.~
Medan, 25 januari 2010
AGAR CINTA TETAP BERSEMI....
author

AGAR CINTA TETAP BERSEMI....



AGAR CINTA TETAP BERSEMI....


Sahabat,

Tak salah jika kita berdoa memohon pasangan yang sempurna,
Tetapi pada saat yang sama kita juga harus melapangkan dada untuk menerima kekurangan.
Kita boleh memancangkan harapan, tapi kita juga perlu bertanya apa yang sudah kita persiapkan agar layak mendampingi pasangan idaman.


Sahabat,
Ini bukan berarti kita tidak boleh mempunyai keinginan untuk memperbaiki kehidupan kita, rumah tangga kita, serta pasangan kita.
Akan tetapi, semakin besar harapan kita dalam pernikahan semakin sulit kita mencapai kebahagiaan dan kemesraan.
Sebaliknya, semakin tinggi komitmen pernikahan kita akan semakin lebar jalan yang terbentang untuk memperoleh kebahagian dan kepuasan.


Sahabat,
Apa bedanya harapan dan komitmen?
Apa pula pengaruhnya terhadap keutuhan rumah tangga kita?


Harapan terhadap perkawinan menunjukkan apa yang ingin kita dapatkan dalam perkawinan. Bila kita memiliki harapan perkawinan yang sangat besar, sulit bagi kita untuk menerima pasangan apa adanya. Kita akan selalu melihat dia penuh kekurangan. Jika kita menikah karena terpesona oleh penampilan fisiknya, maka kita akan segera kehilangan kemesraan sehingga tidak bisa berlemah lembut begitu pasangan kita sudah tidak memikat lagi.

Sementara itu, komitmen perkawinan lebih menunjukkan rumah tangga seperti apa yang ingin kita bangun. Kerelaan untuk menerima kekurangan, termasuk mengikhlaskan hati menerima kekurangannya membuat kita lebih mudah mensyukuri perkawinan.


==

Sahabat,
Jika kita melapangkan hati untuk menerima perbedaan, maka kita akan menemukan banyak persamaan.
Dengan menerima perbedaan, maka akan lebih mudah bagi kita untuk melihat kebaikan-kebaikannya.

Sahabat,
mari kita memberi perhatian yang hangat pada pasangan kita,
menerima pasangan kita tanpa syarat,
dan,
ungkapkanlah semua itu dengan kata-kata yang indah


Sahabat,
terimalah ia apa adanya
terimalah kekurangannya dengan keikhlasan hati
maka akan kita temukan cinta yang bersemi indah
Setelah itu, mari kita berupaya memperbaiki dan bukan menuntut untuk sempurna.
Bukankah kita sendiri mempunyai kekurangan, mengapa kita sibuk menuntut pasangan untuk sempurna?


===

Sahabat, mari kita simak sebuah puisi di bawah ini;

suami yang menikahi kamu tidaklah semulia Rasulullah
tidaklah setakwa Ibrahim as
tidak pula setabah Ayub as,
segagah Musa as
apalagi setampan Yusuf as

justru suamimu hanyalah pria akhir zaman yang punya cita-cita membangun keturunan yang sholeh,

suami yang ingin menjadi pelindung, kamu penghuninya,
suami adalah nahkoda, kamu adalah navigatornya
suami bagaikan balita yang nakal, kamu adalah penuntun kenakalannya
saat suami menjadi raja, kamu nikmati anggur singgasananya
ketika suami menjadi bisa, kamulah penawar obatnya
seandainya suami masinis yang lancang, sabarlah memperingatkannya
pernikahan mengajar kita perlunya iman dan takwa,
untuk belajar meniti sabar dan ridho Allah karena memiliki suami yang tak segagah mana justru kamu akan tersentak,
karena kamu bukanlah Khadijah yang begitu sempurna
bukanlah Hajar yang begitu setia dalam sengsara
kamu hanyalah wanita akhir zaman yang berusaha menjadi sholehah……



Sahabat,
Ada amanat yang harus kita emban ketika kita menikah.
Ada ruang untuk saling berbagi.
Ada ruang untuk saling memperbaiki.
Dan bukan saling mengeluhkan, atau menyebut-nyebut kekurangan.
Pahamilah kekhilafannya agar ia merasa ringan dalam memperbaiki, meski bukan berarti kita lantas membiarkan kesalahan.
Berikanlah dukungan dan kehangatan kepadanya sehingga ia berbesar hati menghadapi tantangan-tantangan yang ada di depan.
Tunjukkanlah bahwa kita memang sangat menghargainya, menerimanya dengan tulus, mau mengerti dan bersemangat mendampinginya.
Terimalah ia apa adanya.
Terimalah kekurangannya dengan keikhlasan hati maka akan kita temukan cinta yang bersemi indah.

Sahabat,
Cukup banyak hal sepele yang tampaknya kita anggap telah kita berikan tetapi ternyata hal itu jauh meleset dari dugaan.
Kita bukan mendengar pasangan tetapi mendengar diri sendiri,
kita bukan memberi solusi tapi malah menambah materi.
Kita bukan memberi jalan keluar alih-alih menghakimi.
Kita bukan memberikan jawaban, tetapi malah memberikan pertanyaan.
Kita bukan meringankan tetapi malah memberatkan.

Benarkah?

===



Sahabat,
kekayaan itu ada di jiwa
dan keping kekayaan itu dimulai dari ketulusan menerima.
dengan kekayaan jiwa kita akan lebih mudah memberikan empati,
lebih mudah untuk memahami,
lebih mudah untuk berbagi
dan
lebih mudah mendengar dengan sepenuh hati.


Sahabat,

Hari ini, ketika kita bermimpi tentang sebuah pernikahan yang romantis sementara ikatan batin di antara kita dan pasangan begitu rapuh,
sudahkah kita berterima kasih kepadanya?
Sudahkah kita meminta maaf atas kesalahan kesalahan kita?
Jika belum, mulailah dengan meminta maaf atas kesalahan-kesalahan kita dan ungkapkan sebuah panggilan sayang untuknya.

Mulailah dari yang paling mudah,
hatta yang paling remeh atau kecil sekalipun.
Agar cinta bersemi dalam keluarga kita, agar cinta senantiasa berbunga dalam kehidupan kita.


Semoga Allah melindungi kita dari mempersoalkan perbedaan tanpa memahaminya.
Semoga Allah menjauhkan kita dari kesibukan yang membinasakan.
Semoga Allah pula kelak mengukuhkan ikatan perasaan di antara kita dengan kasih sayang, ketulusan, dan kerelaan menerima perbedaan.


millis..

)I( bunda suci umi adam )I(

(Kiriman dari : sahabatku vitha)
[True Story] Sakit Yudi, Potret Derita Orang Miskin
author

[True Story] Sakit Yudi, Potret Derita Orang Miskin



Sakit Yudi, Potret Derita Orang Miskin

“Sakit ..., kepalaku seperti dibenturkan ke tembok,” rintih Yudi kepada ayahnya. Ini bukan yang pertama. Radang otak telah merenggut kebahagiaannya.
Sebagai supir taksi, penghasilan ayah Yudi hanya cukup untuk pengobatan seadanya. Bahkan, melihat keadaan Yudi seakan tak mendapat perawatan. Begitu saja hutangnya menumpuk. Setiap menyaksikan penderitaan Yudi, ia hanya bisa mengelus dada diiringi guyuran air mata penyesalan.
Tubuh Yudi sangat kurus.
Tapi, tidak seperti biasa. Rintihannya kali ini begitu pelan. Bahkan hampir tak terdengar. Tubuhnya pucat. Bibirnya memutih. Tatapannya kosong. Jangan-jangan ….! Jantung sang ayah berdetak kencang.
Tiba-tiba ...
Mata Yudi tertutup pelan. Bibirnya merapat. Dan ... Innalillahi Wainna Ilaihi Raji’in. Yudi telah pergi selamanya.

▄▀▄▀▄.▄▀▄▀▄.▄▀▄▀▄▄▀▄▀▄.▄▀▄▀▄.▄▀▄▀▄▄▀▄▀▄.▄▀▄▀▄.▄▀▄▀▄

Kisah di atas Evi tulis berdasarkan kisah nyata. Beberapa minggu yang lalu, saat Evi dalam perjalanan menuju RSCM untuk memeriksa kesehatan tubuh (check-up). Bapak tersebut bertanya, “Kamu sakit apa, Dek?” Dengan wajah ceria dan senyum ramah, saya ceritakan apa yang saya derita. Setelah itu, beliau menceritakan kisah hidupnya ─seperti yang saya tuliskan di atas─ .

Saat kisah itu diputar
Ada rasa pilu di hati
Ada rasa perih di jiwa
Ada rasa malu bergelora

Ingin rasanya menangis, melihat nasib rakyat kecil penuh derita. Karena bagaimanapun juga mereka adalah saudara kita, saudara setanah air, saudara seakidah juga.

Sahabatku, pernahkan kita merenung, bersedih dan menangis ketika kita memiliki uang yang berlimpah ataupun sedikit. Tapi kita masih berpikir, bahwa uangku nanti habis, untuk makan keluarga saja tidak cukup apalagi untuk disedekahkan bagi orang lain, dan masih banyak lagi alasan lain di mana kita masih takut akan pailit. Bukankah di balik rezeki yang kita miliki ada hak-hak mereka yang membutuhkan?

Infak, sedekah, dan zakat adalah obat bagi jiwa kita untuk dapat menyingkirkan penyakit bakhil dan pelit, membangkitkan kepercayaan kepada ALlah dan menjauhkan diri dari janji-janji setan yang penuh tipu daya. Kadang sebagian orang ingin memiliki harta banyak harus pergi ke dukun dan berteman dengan para setan, sehingga rusaklah iman tersebut dan tidak pernah mensyukuri apa yang diperolehnya.

Allah berfirman,
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya” (Ali Imran : 92)

... Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya lagi maha Terpuji. Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 267-268)

Sahabatku yang dicintai Allah, mari kita hujamkan dalam jiwa semangat kuat dalam memberikan sebagian harta kita untuk mereka yang membutuhkan demi mengharapkan keridhaan Allah. Jangan pernah tersirat suatu pikiran bahwa kita akan kehabisan rezeki karena rezeki Allah tidak akan pernah habis Tidaklah satu hari berlalu, melainkan dua malaikat turun dan berdoa.
“Ya Allah, berilah ganti orang-orang yang senantiasa berinfak.” Sementara itu, yang lain berkata, “Ya Allah, berilah orang yang pelit kebinasaan.”
Semakin kita rajin berinfak, semakin banyak pula orang yang mencintai kita. Derajat kita akan semakin terhormat. Kita jug terhindar dari penyakit kejiwaan dan penyakit fisik sekaligus.
Rasul bersabda, “Obatilah penyakit-penyakit yang diderita oleh kalian dengan sedekah.”
Sahabatku yang dicintai Allah, mari kita perhatikan apa yang dilakukan Rasul saat beliau bersabda kepada seseorang, “Lihatlah bukit ini!”
Si pria melirik dan ternyata di bawah banyak sekali binatang ternak. Rasul bersabda, “Semuanya untukmu!”
Seseorang yang diberi sedekah akan mengabarkan kebaikan berlimpah yang di terimanya. ia akan berkata kepada kaumnya, “Aku baru saja kembali dari manusia terbaik, manusia yang tidak takut fakir.”
***
Semoga kita semua dapat mencontoh segala teladan yang dilakukan Rasulullah, sehingga kehidupan kita termasuk pada golongan orang-orang yang berbahagia.

Sahabatku, inilah rumus cinta suci segitiga dalam Islam; cinta proporsional (equilibrium love) antara cinta kepada Allah yang tidak menelantarkan cinta kepada makhluk, dan cinta kepada makhluk yang tidak melalaikan bahkan senantiasa dalam cinta kepada Allah Sang Khalik.

“Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari hilangnya nikmatMu, bergesernya kesejahteraanMu, mendadaknya cobaanMu dan segala macam murkaMu. Ya Allah ampunilah dosa-dosa kami, lapangkanlah jiwa kami dan berkahilah rezeki kami serta terimalah amalan kami”. Amin

Semoga catatan Evi ini dapat memberikan hikmah bagi sahabat semua di mana pun berada. Apabila Evi ada salah dalam penyampaian kata-kata, tulisan maupun ucapan, Evi mohon maaf ya. Segela kesempurnaan hanya milik Allah.

Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
~Evi A.~
Medan, 20 Januari 2011
Ketika Buih Menjadi Ombak dan Tsunami
author

Ketika Buih Menjadi Ombak dan Tsunami



.........................................................
Kami Bukan Laskar Pemimpi Jilid 2

SIDE A : MENGANALISA MENGAPA KITA MENJADI BUIH

( “Dua Hal yang menjadi penyebab Robohnya Dakwah ditangan Da’I : KADERISASI DAN SYAHWAT PRIBADI )

Kita harus memahami, mengaca pada sejarah bahwa begitu banyak sebuah Jamaah Dakwah, justru hancur ditangan para kadernya sendiri bukan akibat factor eksternal.

Jamal Abdul Nashir adalah contoh salah satu itu, dia merupakan Kader Inti Gerakan Ikhwan, teman satu Usrahnya Sayyid Quthb.
Tapi di tangan dialah Sayyid Quthb, syahid di tiang Gantungan.

Jamal Abdul Nashir yang lenyap dari jalan da’wah, lantaran syahwat kekuasaannya. Bahkan ia berbalik memusuhi da’wah dengan serangan yang melebihi perbuatan orang kafir.

Dalam scoup komunitas, kita memiliki contoh yang tidak jauh dari perjalanan sejarah bangsa ini, Masyumi. Berakhirnya kisah Masyumi, bukan hanya karena dibubarkan oleh Soekarno. Tetapi, ada sebab rasional lainnya yang menunjukkan bahwa sunatullah tetap berlaku bagi siapa saja, walau ia gerakan da’wah.

Masyumi telah melupakan nukbawiyah (pengkaderan) dengan arti sesungguhnya. Kader yang mampu melanjutkan perjuangan pendahulu dan ideolognya. Walau orang-orangnya ada, namun ia telah hampa. Bahkan ketika Masyumi dibubarkan, tokoh besarnya yakni Muhammad Natsir Allahu Yarham masih hidup hingga beberapa dekade pasca pembubaran Masyumi. Selain itu Masyumi juga gagal dalam meredam konflik internal, antara kaum tradisionalis dan modernis. Hingga akhirnya Nahdhatul Ulama memutuskan keluar dari Masyumi, yang diakui cukup melemahkan langkah perjuangan mereka.

Saat ini, kebesaran Masyumi mirip kegagahan Dinosaurus yang punah, yang kerap kita kisahkan ke anak-anak kita. Mereka penasaran dengan Dinosaurus, ingin melihat dekat, tetapi yang ada hanya fosilnya saja, itu pun tidak utuh, atau di museum. Ada pula kelompok umat Islam yang ingin mengembalikan romantisme kejayaan Masyumi, tapi mereka sudah gagal sebelum berjalan. Masing-masing kelompok mengaku pewaris sah Masyumi. Akhirnya, kita benar-benar melihat bahwa Masyumi telah menjadi fi’il madhi yang tidak mungkin menjadi fi’il mudhari.


(“ Inilah Penyebab kita Menjadi Buih !!!!!!!! di tengah Peradaban Manusia, dimulai dari Hancurnya Jamaah Dakwah” )


1. Timbulnya Perselisihan dan Perpecahan Pada Jajaran Pimpinan

Inilah sebab pertama dan paling membahayakan. Potensi berselisih dan bahaya laten berpecah pasti ada pada setiap perkumpulan manusia. Sebab, mereka adalah kumpulan dari berbagai suku, latar belakang hidup, budaya, pemikiran, keinginan, bahkan motivasi, ditambah lagi emosi dan hawa nafsu. Tak ada satu pun yang selamat dari bahaya laten ini, dan sejarah umat ini telah berkali-kali melewatinya, begitu pula dalam perjalanan dan pasang surut gerakan Islam. Padahal mereka tahu, persaudaraan adalah saudara bagi keimanan, dan perpecahan adalah saudara bagi kekufuran.

Bahaya lebih besar, jika yang mengalami perpecahan adalah jajaran pimpinannya. Pasca wafatnya H.O.S Cokro Aminoto, SDI (Syarikat Dagang Islam) yang pada masa beliau dua kali ganti nama menjadi SI (Syarikat Islam) dan PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia) tak ada lagi tokoh bisa menyatukan PSII. Tak ada yang mampu meredam konflik, tak ada yang se-berwibawa H.O.S Cokro Aminoto, karena tak ada kaderisasi. Akhirnya, terpecahlah menjadi SI putih dan SI merah, yang belakangan menjadi bibit lahirnya PKI (Partai Komunis Indonesia ).

Sungguh, tidak sama dahsyatnya goncangan perpecahan tingkat elit, dibanding perpecahan tingkat akar umput. Maka, hendaknya kita menghilangkan rasa dengki, dendam, iri, hasad, cari muka dan menjilat, dan sifat buruk lainnya yang biasa menjadi penyakit yang menyerang sebagian pimpinan organisasi apapun.

Imam Hasan al Banna Rahimahullah berkata: Ukhuwah adalah saudara keimanan, dan perpecahan adalah saudara kekufuran; kekuatan yang pertama adalah kekuatan persatuan, tak ada persatuan tanpa rasa cinta, dan sekecil-kecilnya cinta adalah lapang dada, dan yang paling tinggi adalah itsar (mendahulukan kepentingan saudara).

Barangsiapa yang menjaga serta memelihara dirinya daripada dipengaruhi oleh tabiat bakhilnya, maka merekalah orang-orang yang berjaya. (QS. Al Hasyr: 9)

Al Akh yang benar akan melihat saudara-saudaranya yang lain lebih utama dari dirinya sendiri, karena ia jika tidak bersama mereka, tidak akan dapat bersama yang lain. Sementara mereka jika tidak bersama dirinya, akan bisa bersama orang lain. Dan sesungguhnya srigala hanya akan memangsa kambing yang sendirian. Seorang muslim dengan muslim lainnya laksana satu bangunan, saling menguatkan satu sama lain. Dan orang-orang beriman baik laki-laki dan perempuan, satu sama lain saling tolong menolong diantara mereka . Begitulah seharus kita. (Al Imam Asy Syahid Hasan al Banna, Majmu’ah  ar Rasail , hal. 313. Al Maktabah At Taufiqiyah )

Bagaimana mungkin pemimpin mendapatkan rasa cinta dan ketaatan dari prajuritnya, jika sesama mereka sendiri tidak saling mencintai dan melanggar aturan jamaah. Ketiadaan rasa cinta dan taat dari jundiyah terhadap qiyadahnya, merupakan min asyratis sa’ah (di antara tanda-tanda kebinasaan) bagi gerakan tersebut Seharusnya kita mengingat: Aku mencintaimu, jangan kau tanya mengapa Aku mencintaimu, itu adalah iman dan agama.

2. Gerakan Pengacau Jamaah

Ini penyebab selanjutnya yang tidak kalah bahayanya. Gerakan ini bisa saja terlahir dari permasalahan kecil, yakni tidak terakomodasinya sebuah ide, pendapat, atau pemikiran. Sayangnya sang shahibul fikrah, tidak menerima kenyataan itu dan dia pun fanatik dengan pendapatnya. Dia merasa diremehkan dan tidak dihargai, lalu dia telan sendiri perasaan itu, tanpa melakukan komunikasi dengan ikhwah lain. Di tambah lagi, adanya kran komunikasi yang mampet diatasnya, Sehingga ia tidak memiliki saluran, maka meledaklah menjadi sebuah kekesalan dan pembangkangan, baik terselubung atau terang-terangan. Kemungkinan paling buruk adalah ia keluar dari jamaah dan menciptakan komunitas sendiri yang menjadi rival. Contoh seperti ini tidak sedikit.

Ketahuilah dan sadarilah, gerakan pengacau tidak selalu dalam bentuk oposan, bisa jadi justru wal ’iyadzubillah - mereka berada di dalam lingkaran jajaran para pimpinan dan pemegang ke bijakan. Ini lebih bahaya, sebab biasanya akan menjadi untouchable man dan kuat pengaruhnya terhadap arah angin kebijakan. Ada di antara mereka yang menggunakan kepintarannya untuk memanfatkan keluguan kawan-kawannya dan atasannya sendiri. Ditambah lagi, mereka benar-benar menikmati doktrin ”tha’ah wa tsiqah bil qiyadah” dari para kadernya, sementara al fahmu, al ikhlas, al amal, al jihad, al tadh-hiyah yang seharusnya didahulukan, tidak mendapatkan porsi yang adil. Sungguh tsiqah bil qiyadah adalah wajib, namun dengan ilmu, sebab Allah Ta’ala berfirman:

”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al Isra : 36)

Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah. (QS Muhammad: 19)

Allah Ta’ala memerintahkan faham terlebih dahulu, fa’lam (maka ketahuilah), sebelum Dia memerintahkan keimanan kepadaNya, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah selain Allah. Inilah yang menyebabkan Imamuna, Syahidul Islam Hasan al Banna Rahimahullah menjadikan al fahmu (pemahaman) sebagai rukun pertama dari arkanul bai’ah . Namun anehnya banyak di antara kita yang mendengarkan dengan setia, mengikuti mereka (pengacau jamaah), bahkan terkagum-kagum dengan permainan kata mereka. Lalu menganggap mereka di atas kita dalam hal al fahmu. Sungguh, kita seperti seorang anak SD yang memandang mahasiswa setinggi langit, padahal seorang Profesor akan memandang mahasiswa sebagai anak SD.

Kelompok ini mirip dengan apa yang Allah Ta’ala firmankan tentang gerakan pengacau dalam Perang Tabuk: ”Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim.” (QS. At Taubah: 47)

Mereka hakikatnya pengacau dan perusak barisan jamaah, tetapi di antara kita ada yang menjadi pendengar setia mereka, menjadi muqallidin dan muta’ashibin. Karena mereka ”pengacau” ini- adalah saudara, kawan, dan guru kita sendiri Allahul Musta’an Allah Ta’ala memberikan peringatan: ”Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga.” (QS. An Nur: 11)

Dan janganlah Engkau mematuhi orang Yang Kami ketahui hatinya lalai daripada mengingati dan mematuhi pengajaran Kami di Dalam Al-Quran, serta ia menurut hawa nafsunya, dan tingkah-lakunya pula adalah melampaui kebenaran. (QS. Al Kahfi: 28)

Semoga Allah Ta’ala melindungi da’wah ini dari tiga golongan manusia, pertama, ifrath –nya kaum oposan internal (kader) yang mengkritik karena kebencian (skeptis) dan apriori, di dalam mengkritik, di luar membongkar aib jamaah. Persis pengamat sepak bola. Kedua, semoga Allah juga melindungi da’wah ini dari tipu daya para oportunis dan petualang politik yang tidak manhaji.. ketiga, semoga Allah Ta’ala juga menjaganya dari orang-orang yang diam dan apatis.

Berkata Ali ad Daqaq, Sakit anil haq, syaithanul akhras (Diam saja tidak menyampaikan kebenaran, adalah setan bisu. Sungguh jundiyah muthi’ah (prajurit yang taat) hanya akan lahir di tangan qiyadah muhklishah (pemimpin yang ikhlas).

3. Ambisi Pribadi Atau Kelompok Terselubung dan Kuat

Komitmen da’wahnya bukan karena Allah Ta’ala tetapi ar ri’asah wa syuhrah (Kedudukan dan ketenaran). Ia semangat da’wah karena itu. Manusia bisa saja, dikelabuhinya, kita tertipu dari segala sepak terjangnya selama ini.Tetapi Allah Ta’ala tidak pernah tertipu, cepat atau lambat ambisinya ini akan terbongkar di hadapan manusia, seiring dengan perilakunya yang semakin menjadi-jadi. ”Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya." (QS. Al Kahfi: 110)
Ada pula yang memiliki ambisi secara vulgar, ia lebih gentle , masih bisa di antisipasi dan di ’ilaj . Tetapi yang terselubung, mereka lebih sulit diraba sebab kita tidak tahu isi dada manusia. Da’wah ini tidak butuh manusia yang ambisinya dunia, baik terselubung atau terang-terangan.
Dari Abu Musa al Asy’ari Radhiallahu ’Anhu, dia berkata: Aku bersama anak pamanku mendatangi Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam. Salah seorang berkata: ”Wahai Rasulullah, angkatlah aku sebagai pemimpin atas sebagian tanggung jawab yang telah Allah berikan kepada Anda, dan yang lain juga minta demikian. Lalu Rasulullah bersabda: Demi Allah seseunguhnya kami tidak akan menyerahkan kepemimpinan kepada orang yang meminta dan berambisi untuk mendapatkannya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Hasan al Banna berkata, Begitulah yang pernah terjadi ketika sekelompok orang enggan berbai’at kepada Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam , kecuali jika mereka nanti mendapatkan kekuasaan dari beliau jika kelak Islam menang. Pada waktu itu Rasulullah hanya menyatakan bahwa bumi ini adalah milik Allah yang diwariskan kepada siapa saja yang dikehendaki dari hamba-hambaNya. Sesungguhnya kemenangan akhir selalu menjadi milik orang-orang bertaqwa. ( Al Imam Asy Syahid Hasan al Banna, Majmu’ah ar Rasail , hal. 13. Risalah Da’watuna. Al Maktabah at Taufiqiyah )

Ya, selalu ada manusia di setiap masa, yang bergabung dengan barisan da’wah dengan tujuan dunia, karena ghanimah, popularitas, dan lainnya, tetapi jika tidak ada tawaran dunia, mereka akan mengundurkan diri dengan berbagai alasan yang dibuat-buat bahkan sampai bersumpah-sumpah. Mirip dengan yang Allah Ta’ala gambarkan dalam Al Quran : ”Kalau apa yang engkau serukan kepada mereka (Wahai Muhammad) sesuatu yang berfaedah yang mudah didapati, dan satu perjalanan yang sederhana (tidak begitu jauh), niscaya mereka (yang munafik itu) akan mengikutmu; tetapi tempat yang hendak dituju itu jauh dan berat bagi mereka. dan mereka akan bersumpah Dengan nama Allah Dengan berkata: "Kalau Kami sanggup, tentulah Kami akan perg bersama kamu". (dengan sumpah dusta itu) mereka membinasakan diri mereka sendiri, sedang Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka itu orang-orang yang berdusta (tentang tidak sanggupnya mengikutmu).” (QS. At Taubah: 42)

4. Hilangnya Budaya Munashahah (Saling Menasihati)

Orang yang matang kepribadiannya tidak bergembira karena pujian Dan tidak goncang karena nasihat-nasihat. Nasihat adalah obat, umumnya obat adalah pahit. Tak ada manusia yang menyukainya, namun ia berfungsi menyembuhkan penyakit, jika tepat sasaran dan takarannya. Pujian adalah manis bagaikan sirup. Manusia sangat menyukai yang manis-manis, tetapi beragam penyakit dikemudian hari tengah menanti: sariawan, kencing manis, dan lain-lain, jika berlebihan mengkonsumsinya. Maka, jadilah pertengahan. Pilihlah yang pertengahan, pilihlah yang pertengahan, kalian akan berhasil dalam menyampaikan. (HR. Bukhari no. 6316)

Nasihat yang baik yang dilakukan dengan cara baik, akan mampu menyadarkan yang bingung, mengingatkan yang lupa, dan membangunkan yang tertidur. Tetapi, terlalu banyak nasihat, ia akan menyangka dirinya ”tertuduh”, sesak nafas, dan sempit hati. Walau ia menyadari bahwa nasihat ada karena perilakunya sendiri. (celakanya, jika ada yang tidak merasa bersalah). Akhirnya, ia melakukan pembelaan dan serangan balik, bahkan sangat sengit. Baginya nasihat adalah serangan, hinaan, dan pembunuhan karakter. Apalagi, ia manusia bertipe banyak bicara. Oleh karena itu, perlu kiranya nasihat diberikan sesuai kebutuhan, kadar, dan cara yang bijak dan hujjah yang mendalam. Selain juga memperhatikan posisinya dalam sebuah komunitas. Jika ini tidak diperhatikan, maka ia menjadi bukan apa-apa.

Tidaklah engkau perhatikan pedang akan turun derajatnya Jika dikatakan ia berasal dari kayu. Pujian yang pas, yang layak kepada penerimanya, akan mampu memotivasi untuk beramal, memompa semangat untuk bekerja, dan itu merupakan balasan kebaikan yang Allah Ta’ala segerakan untuknya didunia. Tetapi kebanyakan pujian, akan membuatnya terlena, terpedaya, dan sombong, seakan tak ada cela dalam dirinya, sebab hanya pujian dan sanjungan yang selalu ia dapatkan. Selain itu, ia menjadi pribadi yang tidak siap dikritik (nasihat), dan tidak sensitif terhadap kesalahan yang dibuatnya.

Bukan karena ia tidak punya salah, melainkan tak ada manusia berani ”menyentuh” wilayah kesalahannya, di tambah lagi ia adalah tokoh dan punya banyak pendukung fanatiknya. Rasulullah pernah mendengar seseorang memuji langsung di depan orang yang dipuji tersebut. Maka beliau bersabda, ”Celakalah engkau, karena engkau sama dengan menebas pundak sahabatmu. (HR. Bukhari no. 2610, 5922. Muslim no. 7450, 7451)

Wal hasil, manusia membutuhkan nasihat dan pujian. Keduanya mampu mematangkan dan mendewasakan perilaku. Manusia tidak selamanya sehat, sehingga ia butuh obat. Manusia juga tidak selamanya sakit, sehingga ia layak menikmati yang enak-enak. Maka, jika datang nasihat untuk kita, pandanglah itu sebagai obat, walaupun pahit, mungkin dia mengetahui penyakit dalam diri kita, yang kita tidak ketahui. Jangan tergesa-gesa kita menganggapnya musuh, atau anggapan dia sudah berubah, tidak lagi bersama jamaah, belum paham kejamaahan, tidak tsiqah dan taat dengan qiyadah, dan istilah lainnya yang menunjukkan ketidakmampuan kita sendiri dalam menunjukkan kebenaran. Memang, ini agak sulit untuk menerimanya, apalagi bagi kita yang terbiasa mendapat pujian. Jika datang pujian, maka katakanlah hadza min fadhlli rabbi (ini adalah karunia dari Tuhanku), lalu berdoalah, Allahummaj ’alni khairan mimma ya’lamun, wa ’afini mimma la ya’lamun. (Ya Allah, jadikanlah aku lebih baik dari apa-apa yang mereka ketahui, dan maafkanlah aku dari apa-apa yang mereka tidak ketahui tentang diriku).

Kau mengharapkan pendidik yang tidak memiliki cela sedikit pun Padahal tidak ada bakhur (bakaran) yang semerbak wanginya, melainkan ia juga berasap Kita tidak pungkiri, bahwa manusia umumnya tidak menyukai nasihat, namun menyukai sanjungan. Barang kali itu sudah dari ”sononya” Namun, yang pasti, bagi yang berpikir positif, nasihat dari siapapun kepada kita adalah baik. Jangan mengira ”musuh” bagi orang yang menasihati kita. Justru saudara yang baik adalah yang mau meluruskan kita, manakala salah.

Bisa jadi, musuh tersembunyi kita adalah orang yang menjerumuskan kita dengan segala macam pujiannya, sehingga membuat kita lupa. Sampai-sampai, kesalahan kita yang fatal pun, tetap dipujinya, minimal dia mendiamkannya. Janganlah kita seperti pepatah Arab jahiliyah, ” Bela-lah saudaramu, yang benar atau yang salah.” Lalu, oleh Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam dirubah menjadi ”Tolonglah saudaramu, baik yang menzalimi atau yang dizalimi. Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Adz Dzariyat (51): 55)
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka, (QS.AlGhasyiah(88):21-22)

Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus ad Dary Radhiallahu ’Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda: ’Agama adalah nasihat’, Kami berkata: Untuk Siapa ya Rasulullah? Beliau bersabda: ”Untuk Allah, untuk KitabNya, untuk RasulNya, untuk para imam kaum muslimin, dan orang-orang umum dari mereka.” (HR. Muslim. Lihat Imam an Nawawi, Riyadhus Shalihin , Bab Fi An Nashihah , hal. 72, hadits no. 181. Maktabatul Iman, Manshurah, Tanpa tahun. Lihat Juga Arbain an Nawawiyah , hadits no. 7, Lihat juga Imam Ibnu Hajar al Asqalany, Bulughul Maram, Bab At targhib fi Makarimil Akhlaq, hal. 287, hadits. No. 1339. Darul Kutub al Islamiyah.1425H/2004M)

Semoga Allah Ta’ala merahmati Sayyidina Umar Radhiallahu ‘Anhu ketika ia berkata, Semoga Allah merahmati orang yang mau menunjuki aibku kepadaku. Imam Abu Hanifah pernah menegur seorang anak kecil yang sedang bermain-main di jalan yang tergenang air, “Wahai ghulam, hati-hati terjatuh, nanti pakaianmu kotor,” Anak kecil itu balas menegur Imam Abu Hanifah, “Wahai Imam, Anda juga hati-hati, jangan sampai terjatuh. Sebab jatuhnya seorang ulama, maka jatuhlah langit dunia.” Mendengar itu Imam Abu Hanifah jatuh pingsan.

Budaya saling menasihati ( munashahah ) pada masa sahabat dan para Imam, begitu hidup. Satu sama lain bisa saling menjaga jika ada yang lalai, dan saling mengingatkan jika ada yang lupa. Sehingga kehidupan berjamaah mereka sangat dinamis dan hidup. Tak ada satu pun yang tidak butuh nasihat. Bagi mereka, munashahah merupakan sarana kontrol yang efektif setelah muraqabatullah. Namun ketika budaya ini telah hilang, nasihat dianggap ancaman, tidak tsiqah, tidak taat, dan bentuk kecurigaan lainnya, maka hilanglah rahmat pada komunitas tersebut.

Budaya munashahah menjadi hilang lantaran dua jenis manusia, yakni manusia keras kepala yang selalu merasa benar, dan manusia apatis yang tidak peduli terhadap saudaranya (sikap elu-elu, gue-gue). Jenis manusia pertama ibarat cermin yang ditimpa air, tak ada bekas sama sekali nasihat yang ia peroleh. Bahkan, ia telah memiliki jawaban jika ada orang yang hendak menasihatinya. Baginya nasihat adalah ancaman dan celaan.

Sedangkan jenis manusia kedua, ibarat patung yang sama sekali tidak merasa terganggu dengan keadaan dan kerusakan sekitarnya, betapa pun besarbahaya yang mengancam dirinya. Ia tetap diam! Nah, ketika nasihat tidak hidup, maka kezaliman, penyelewengan, pelanggaran, maksiat, akan bebas bergerak dan terus melaju tanpa ada yang membendungnya. Halal haram tidak dipedulikan. Bahkan bisa menjadi budaya baru yang kelak dianggap benar, karena tak ada satu pun yang berani menyentuhnya, apalagi menegurnya. Ketika ini sudah terjadi dalam sebuah pergerakan Islam, gerakan apa pun, maka hakikatnya ia telah mati, ia telah mati sebelum ajal biologisnya tiba.

Sebab, akal sebagai sarana berfikir dan nurani sebagai sumber al furqan tidak lagi mereka miliki, atau minimal -tidak digunakan. Akhirnya, komunitas tersebut tetap ada nama dan anggotanya, tetapi tidak ada pengaruh baiknya, tidak ada dampak keshalihan bagi pengikutnya “apalagi masyarakatnya?. Sebab, ia memiliki masalah besar lantaran perilakunya sendiri, kekalutan internal yang tidak mampu diredam. Hingga, perlahan namun pasti, masyarakat mencibir dan melupakan eksistensi mereka. Lalu menghapus mereka dari ingatan dan perjalanan sejarah kehidupan bangsa mereka mungkin masih ada, tetapi dalam buku kisah kaum-kaum terdahulu yang telah Allah Ta’ala lenyapkan

Dan Akhirnya kita akan selalu menjadi Buih…..!!!!!!!


SIDE B : KETIKA BUIH MENJADI OMBAK DAN TSUNAMI (Sebuah Gerakan Kebangkitan)

(“Masa Depan itu di Tangan Pemuda”)

Bukan kebanggan Wasilah Dakwah yang kita usung sebagai isu, tapi keragaman berbagai macam fitur Kebhinekaan yang harus kita gerakan sebagai perekat dan bahan Bakar Kebangkitan !!!

Kita harus sadar bahwa PKS sejatinya adalah bagian dari komponen bangsa dan umat ini, kita tak akan pernah mampu bergerak sendiri. Apalagi Meninggikan Kalimat Allah dengan fanatisme sempit, masih banyak orang-orang sholeh di harakah dakwah lain dan masih banyak orang-orang cerdas di kendaraan kebangkitan yang lain.

Diantara komponen-komponen yang beragam itu, kita harus menarik benang merahnya PEMUDA !!!!!
Maka harus ada dialog, dialog yang mempertemukan cita-cita bersama, bukan dialog yang mengadu konsep Manhaj Dakwah !!!!

Dialog itu harus disusun oleh para pemuda-pemuda ini, mereka harus membentuk kesepakatan tentang isu-isu besar yang akan diusung untuk tema kebangkitan ini, pemuda harus bicara idea-idea, bicara narasi. Mereka tidak bicara janji-janji, tetapi mereka bicara kinerja(amal). Mereka tidak bicara defrensiasi, mereka bicara tentang pengorbanan. Mereka bekerja dalam satu team, dan tidak bekerja untuk kejayaan peribadinya atau kelompoknya.

Pemuda-pemuda pada lintas Harakah dakwah ini yang harus kita bangun dan kita seru jiwa dan nuraninya, bahwa di depan Mata ada Musuh Dakwah yang jelas dan terang-terangan menghancurkan eksistensi Umat Islam.

Pemuda-pemuda ini harus kita tiupkan ruh kebangkitan, dan ruh ini akan terasa, jika ada semangat Ukhuwah yang membingkai persatuan para Pemuda itu.

Belajar Menghargai pendapat, dan berlapang dada akan perbedaan pendapat adalah latihan jiwa….

Budaya saling menasehati, budaya saling memberikan teguran dan kritik yang membagun, adalah latihan kepemimpinan.

Pemuda dari kader Tarbiyah, terus bergerak dalam dakwah siyasi…!
Pemuda dari Syabab HT , terus bergerak mensosialisasikan Khilafah…!!
Pemuda dari Kader Salafi, terus bergerak mengisi ruang kajian-kajian Hadis !!
Pemuda dari Kader Muhammadiyah, terus bergerak dilapangan sosial dan Pendidikan !!
Pemuda dari Kader Nadhalatul Ulama, terus mengisi ruang public dan ranah pesantren…!!!

Maka yang ada adalah tenaga, yang ada adalah kebangkitan

Buih-buih yang terombang ambing akibat pemahaman sempit dalam sekat kelompok tidak ada lagi !!!!!

Maka yang ada adalah buih-buih itu akan berkumpul menjadi Satu
semakin lama buih yang berkumpul itu semakin banyak….!!!

Maka kita akan Melihat Ombak !!!!
Maka kita akan Melihat Tsunami !!!

Ombak dan Tsunami ini akan meluluhlantahkan Peradaban usang ini

Maka disinilah Khilafah akan Tegak !!
Disaat Parlemen kita memiliki kekuatan Politik yang Mayoritas
Ketika masyrakat sudah paham akan pentingnya Syariat Islam dan hidup dalam naungan Khilafah…!

Maka Pemuda harus menjadi sebab
Akan hadirnya Ombak dan Tsunami itu
Bukan menjadi sebab selalu menjadi buih yang tak bertenaga…!!!!

Bangkit Pemuda Islam !!!!!
Songsong Kebangkitan Ini !!!!
Janji Allah itu Pasti !!!!!

Allahu Akbar !!!!

)I(Hamzah )I(

(Kiriman dari : sahabatku Ida Dan Hamzah AlMubarok)