My Sweet Home
Efek dari bergadang
author

Efek dari bergadang



Begadang jangan begadang… ... ... [ kata bang haji...]


Sudah sepekan ini aku begadang hampir tiap malam, pekerjaan menyita banyak waktuku sepekan belakangan ini dan 6 bulan kedepan, dan ini telah aku jalani selama kurun waktu 6 tahun.

Tapi semua itu aku jalani dengan penuh semangat, seperti semangatnya sahabat-qu di sebrang sana yang hobby-nya juga BE- GHA - DANK...!!!


Kenapa sih kita klo bisa jangan begadang? Ternyata matahari dan seluruh Cakra Bumi mempengaruhi metabolisme badan kita. Berikut ini sekilas tentang kegiatan tubuh kita yang sebenarnya sudah punya system detoxifikasi otomatis :


Malam hari pk 21.00 – 23.00 :

Waktu untuk pembuangan zat-zat tidak berguna/beracun(de-toxin) pada bagian system antibody (kelenjar getah bening). Selama durasi waktu ini seharusnya dilalui dengan suasana tenang atau mendengarkan musik (lebih baik lagi bila sudah tidur) . Bila saat itu seorang ibu rumah tangga masih dalam kondisi yang tidak santai seperti misalnya mencuci piring atau mengawasi anak belajar, hal ini dapat berdampak negative untuk kesehatan.


Malam hari pk 23.00 – dini hari 01.00 :


Adalah saat proses de-toxin dibagian hati.

Harus berlangsung dalam kondisi tidur pulas.



Dini hari 01.00 – 03.00 :

Proses de-toxin dibagian empedu, juga berlangsung dalam kondisi tidur pulas.



Dini hari 03.00 – 05.00 :

De-toxin dibagian paru-paru, sebab itu akan terjadi batuk yang hebat bagi penderita batuk selama durasi waktu ini. Karena proses pembersihan (de-toxin) telah mencapai saluran pernapasan, maka tidak perlu minum obat batuk agar supaya tidak merintangi proses pembuangan kotoran.. Bagi perokok pembersihan berlangsung dengan tidak sempurna.


Pagi pk 05.00 – 07.00 :

De-toxin di bagian usus besar.

Harus buang air besar.



Pagi pk 07.00 – 09.00 :

Penyerapan gizi makanan bagi usus kecil, harus makan pagi.

Bagi orang yang sakit sebaiknya makan lebih pagi yaitu sebelum pk 06.30. Makan pagi sebelum pk 07..30 sangat baik bagi mereka yang ingin menjaga kesehatannya. Bagi mereka yang tidak makan pagi harap mengubah kebiasaannya ini, bahkan masih lebih baik terlambat makan pagi hingga pk 9-10 daripada tidak makan sama sekali.



Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang akan mengacaukan proses pembuangan zat-zat yang tidak berguna. Selain itu, dari tengah malam hingga pukul 04:00 dini hari adalah waktu di mana sumsum tulang belakang memproduksi darah. Sebab itulah, Tidurlah Nyenyak dan Jangan Begadang...!!!

Tapi.., jangan khawatir, ini dia ada beberapa tips singkat bagaimana cara menjaga tubuh agar tetap sehat walau Anda sudah begadang semalaman. Selamat menyimak..!

1. Banyaklah mengkonsumsi vitamin c. Vitamin C banyak ditemukan di buah Jeruk. Anda juga dapat meminum multivitamin atau minuman yang banyak mengandung vitamin C. Vitamin C akan sangat berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu vitamin C adalah vitamin yang terkenal dengan kemampuan anti-oksidan.

2. Banyak minum air putih. Jangan pernah lupa minum saat Anda sedang bermain game, atau bekerja. Sayangi ginjal Anda.

3. Jangan lupa makan. Semua manusia butuh energi di saat tubuhnya bekerja. Jangan pernah berpikir kalau badan Anda tidak membutuhkan energi di malam hari. Oleh karena itu, makan lah yang cukup untuk menunjang kebutuhan tubuh Anda di saat begadang.

4. Tubuh Anda pasti butuh serat. Untuk menyiasatinya, makanlah buah-buahan dan sayur-sayuran.

5. Tidurlah sebelum begadang agar tubuh Anda terasa lebih sehat.

6. Olahraga secara rutin juga dapat menjaga daya tahan tubuh Anda agar tidak mudah terserang penyakit.


Saya tetap menganjurkan Anda untuk tidak begadang. Hal tersebut dapat merusak tubuh Anda pelan-pelan. Sebaiknya Anda untuk beristirahat sesuai jamnya dan jangan memaksa diri untuk melakukan aktivitas di luar jam kerja tubuh yang sesuai.


Anda punya cara tersendiri untuk menjaga tubuh di saat begadang? Share it with us..!


Kiriman dari sahabatku : "Kevin Aldrien"
author

Kematian Hati

Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat laiknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi.Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya.

Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa,tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri. Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu.Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.

Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.

Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa.Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.

Asshiddiq Abu Bakar Ra. Selalu gemetar saat dipuji orang. “Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidak tahuan mereka”, ucapnya lirih.

Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana,lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim malnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal,lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidak-sesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang.

Mereka telah menukar kerja dengan kata. Dimana kau letakkan dirimu?

Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut. Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.

Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma’siat menggodamu dan engkau meni’matinya? Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia?

Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. Ini potret negerimu: 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separohnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan.

Mungkin engkau mulai berfikir “Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh” Betapa jamaknya ‘dosa kecil’ itu dalam hatimu. Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat “TV Thaghut” menyiarkan segala “kesombongan jahiliyah dan maksiat?” Saat engkau muntah melihat laki-laki (banci)berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan.”

Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat?” Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang “Ini tidak islami” berarti ia paling islami, sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana?

Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justeru engkau akan dihadang tantangan: sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa. Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki.

Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter lagi? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu.


Siapa yang mau menghormati ummat yang “kiayi”nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan enteng mengatakan “Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku” dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah?


Siapa yang akan memandang ummat yang da’inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan “Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat daripada ayah kandung dan ayah mertua?”


Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai ‘alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama?


Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da’wahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini? Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka. Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada modernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food, semata-mata karena nuansa “westernnya”. Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan “lihatlah, betapa Amerikanya aku”. Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.

Oleh : Alm.Ust.Rahmat Abdullah
author

Siapakah mirza ghulam ahmad (pendiri ahmadiyyah)

SIAPAKAH MIRZA GHULAM AHMAD?

Oleh ; Muhammad Ashim


Beberapa waktu lalu, marak pemberitaan di media massa tentang Jemaat Ahmadiyah. Berbagai polemik muncul. Banyak media memberikan pembelaan terhadap Jemaat Ahmadiyah yang berpusat di London ini, meski ia lahir di India. Berbagai kalangan yang menisbatkan diri sebagai cendekiawan muslim, ikut menyuarakan argumen pembelaan. Jaringan Islam Liberal (JIL), yang di motori Ulil Abshar Abdalla, begandeng tangan dengan sejumlah aktivis HAM dan sejumlah tokoh gereja, bahkan bermaksud mengajukan gugatan kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) atas fatwa MUI yang menyatakan Jemaat Ahmadiyah Qadiyan sesat dan agar segera dibekukan. Dan fatwa ini ternyata bukan yang pertama bergulir. Sebelumnya sudah ada fatwa dengan substansi yang sama.


Pembelaan yang muncul, semua mengatas namakan HAM dan kebebasan beragama. Santernya sikap pro ini, sempat memojokkan MUI, yang katanya bukan sebagai otoritas yang berhak menghakimi kebenaran beragama. Sementara itu, nayris tidak satupun media massa yang melakukan balance dalam pemberitaan tersebut. Sungguh ironi.


Tulisan berikut, bukan bermaksud mengupas mengenai Jemaat Ahmadiyah yang tengah diperbincangkan tersebut. Banyak yang sudah membahas. Berikut kami sajikan sisi lain. Yaitu mengenal sosok pencetus Jemaat Ahmadiyah ini. Tidak lain, dia adalah Mirza Ghulam Ahmad. Siapakah dia sebenarnya? Apakah anda mengenalnya?

Tulisan ini kami angat dari Al-Qadiayaniah Dirasat Wa Tahlil, karya Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir, Idaratu Turjumani As-Sunnah, Lahore, Pakistan, tanpa tahun. Meski hanya satu refensi yang kami jadikan pegangan, namun buku yang dikarang oleh Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir ini merupakan buku yang istimewa. Beliau, yang berkebangsaan Pakistan, sangat menguasai dan memahami permasalahan tentang Ahmadiyah sebagaimana tertulis dengan bahasa aslinya, yaitu bahasa Urdu. Rujukan beliau banyak bertumpu pada karya-karya asli Jemaat Ahmadiyah, baik yang dikarang Mirza Ghulam Ahmad atau para penerusnya.


KELUARGA GHULAM AHMAD


Dia menceritakan, namaku Ghulam Ahmad. Ayahku Atha Murthada. Bangsaku Mongol. (Kitab Al-Bariyyah, hal. 134, karya Ghulam Ahmad). Namun dalam kesempatan lain, ia mengatakan, keluargaku dari Mongol… tapi berdasarkan firman Allah, tampaknya keluargaku berasal dari Persia, dan aku yakin ini. Sebab tidak ada seorang pun yang mengetahui seluk-beluk keluargaku seperti pemberitaan yang datang dari Allah Ta’ala (Hasyiah Al-Arbain, no. 2 hal. 17, karya Ghulam Ahmad). Dia juga pernah berkata : “Aku membaca beberapa tulisan ayah dan kakek-kakekku, kalau mereka berasal dari suku Mongol, tetapi Allah mewahyukan kepadaku, bahwa keluargaku dari bangsa Persia” (Dhamimah Haqiqati Al-Wahyi, hal. 77, karya Ghulam Ahmad). Yang mengherankan, ia juga pernah mengaku sebagai keturunan Fathimah binti Muhammad [Tuhfah Kolart, hal. 29]


Begitulah, banyak versi tentang asal-usul Mirza Ghulam Ahmad yang berasal dari pengakuannya sendiri. Maha Benar Allah dengan firman-Nya.


Kalau sekiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka menjumpai pertentangan yang banyak di dalamnya” [An-Nisa : 82]


Setelah itu, ia menceritakan tentang ayahnya : “Ayahku mempunyai kedudukan di kantor pemerintahan. Dia termasuk orang yang dipercaya pemerintah Inggris. Dia pernah membantu pemerintah untuk memberontak penjajah Inggris dengan memberikan bantuan pasukan dan kuda. Namun sesudah itu, keluargaku mengalami krisis dan kemunduran, sehingga menjadi petani yang melarat” [1] [Tuhfah Qaishariyah, hal. 16, karya Ghulam Ahmad]


Dari keluarga yang tidak jelas garis keturunan lagi melarat, Ghulam dilahirkan. Dia berkisah ; “Aku dilahirkan pada tahun 1839M atau tahun 1840M di akhir masa Sikh di Punjab’ [Kitab Al-Bariyyah, hal. 134, karya Ghulam Ahmad]


MASA KECIL GHULAM AHMAD DAN PENDIDIKANNYA

Tatkala mencapai usia tamyiz, ia mulai belajar sharaf, nahwu dan beberapa kitab berbahasa Arab, bahasa Persia dan ilmu pengobatan.


Dia berkata : “Aku belajar Al-Qur’an dan kitab-kitab berbahasa Persia dengan ustadz Fadhl Ilahi. Sedangkan sharaf dan nahwu serta ilmu pengobatan, aku pelajari dari ustadz Fadhl Ahmad’. Hanya saja, sesuai dengan keterangan Mahmud Ahmad, salah seorang anaknya di Koran Al-Fadhl (5 Februari 1929), milik kelompok mereka, sebagian guru yang mengajar Ghulam Ahmad adalah pecandu opium dan ganja.


Selain itu, ia juga sempat mengenyam pembelajaran bahasa Inggris di sebuah madrasah khusus untuk pegawai pemerintah. Satu atau dua buku bahasa Inggris saja yang ia pelajari.


Pendidikan masa kecil yang dijalani Mirza Ghulam Ahmad dengan model ini (baca : yang sangat dangkal) menampakkan pengaruhnya dalam tulisan dan ucapan-ucapannya. Kesalahan-kesalahannya tidak hanya terjadi pada masalah-masalah yang pelik, tetapi juga terlihat pada perkara-perkara yang sederhana. Misalnya, ia pernah berkata : “Sesungguhnya saat Rasulullah dilahirkan, beberapa hari kemudian ayahnya meninggal” (Baigham Shulh, hal. 19, karya Ghulam Ahmad). Padahal ayah beliau meninggal dunia ketika beliau masih di dalam kandungan ibunya.


Contoh kekeliruan lainnya dalam kitabnya, Ainul Ma’rifah, hal. 286, Mirza Ghulam Ahmad menjelaskan, bahwa Rasulullah mempunyai sebelas anak dan semuanya meninggal. Padahal yang benar berjumlah enam orang.


Pada waktu itu, keberanian merupakan ciri khas orang-orang yang mulia (bangsawan). Tetapi orang yang mengaku sebagai “Al-Masih” ini tidak pernah masuk dalam peperangan, tidak belajar ilmu-ilmu keperwiraan, yang dahulu dianggap oleh masyarakat sebagai sebuah kemuliaan dan sikap kesatria.


PENYAKIT-PENYAKIT YANG DIDERITANYA

Berbicara tentang penderitaan fisik (baca : penyakit) yang dialaminya sangat banyak. Tangan kanannya patah sehingga untuk mengangkat sebuah teko pun tidak mampu. (Sirah Al-Mahdi, 1/198). Dia pernah menderita penyakit TBC dan diobati selama kurang lebih enam bulan (Hayatu Ahmad, 1/79). Dia juga pernah mengakui ditimpa dua penyakit. Di bagian atas tubuh, yaitu kepala yang sering pusing dan dibagian bawah, yaitu kencing yang berlebihan. (Haqiqatul Wahyi, hal. 206, karya Ghulam Ahmad). Pusing kepalanya ini sering mengganggunya. Kadang menyebabkannya terjatuh sehingga pingsan. Oleh karena itu, ia sering tidak berpuasa pada bulan Ramadhan yang ia jumpai. [Sirah Al-Mahdi, 1/51 karya anaknya]


Dia juga mengalami gangguan syaraf, ingatan buruk tidak tergambarkan. Dua matanya sangat lemah. Anaknya menceritakan, bahwa Mirza Ghulam Ahmad pernah ingin berphoto bersam murid-muridnya. Pemotret memintanya untuk membuka matanya sedikit saja, agar gambar menjadi baik. Dia pun berusaha dengan susah payah, tetapi gagal.[Sirah Al-Mahdi, 2/77]


Sebagaimana pengakuannya sendiri di dalam harian Al-Hakam, 31 Oktober 1901M, otaknya juga mengalami kelemahan.


PERMULAAN KETENARAN DAN DAKWAHNYA

Permulaan ketenarannya dimulai dengan seolah-olah membela Islam. Setelah ia meninggalkan pekerjaan kantornya, ia mulai mempelajari buku-buku India Nasrani, sebab pertentangan dan perdebatan pemikiran begitu santer terjadi antara kaum Muslimin, para pemuka Nasrani dan Hindu. Kebanyakan kaum Muslimin sangat menghormati orang-orang yang menjadi wakil Islam dalam perdebatan tersebut. Segala fasilitas duniawi pun diberikan kepadanya. Ghulam Ahmad berfikir, bahwa pekerjaan itu sangat sederhana dan mudah, mampu mendatangkan materi lebih banyak dari pendapatannya saat bekerja di kantor.


Untuk mewujudkan gagasan yang terlintas dalam benaknya, maka pertama kali yang ia lakukan ialah menyebarkan sebuah pengumuman yang menentang agama Hindu. Berikutnya, ia menulis beberapa artikel di beberapa media massa untuk mematahkan agama Hindu dan Nasrani. Kaum Muslimin pun akhirnya memberikan perhatian kepadanya. Itu terjadi pada tahun 1877-1878M.


Pada gilirannya, ia mengumumkan telah memulai proyek penulisan buku sebanyak lima puluh jilid, berisi bantahan terhadap lontaran-lontaran syubhat yang dilontarkan oleh kaum kuffar terhadap Islam. Oleh karena itu, ia mengharapkan kaum Muslimin mendukung proyek ini secara material. Sebagian besar kaum Muslimin pun tertipu dengan pernyataannya yang palsu, bahwa ia akan mencetak kitab yang berjumlah lima puluh jilid.


Sejak itu pula, ia menceritakan beberapa karomah (hal-hal luar biasa) dan kusyufat tipuan yang ia alami. Sehingga orang-orang awam menilainya sebagai wali Allah, tidak hanya sebagai orang yang berilmu saja. Orang-orang pun bersegera mengirimkan uang-uang mereka yang begitu besar kepadanya guna mencetak kitab yang dimaksud. [Majmu’ah I’lanat Ghulam Al-Qadiyani, 1/25]


Volume pertama buku yang ia janjikan terbit tahun 1880M, dengan judul Barahin Ahmadiyah. Buku ini sarat dengan propaganda dan penonjolan karakter penulisnya. Cerita tentang alam ghaib yang berhasil ia ketahui, juga berisi karomah dan kusyufatnya.


Kitab-kitab volume berikutnya pun bermunculan. Namun, tatkala sampai kepada masyarakat, mereka keheranan, karena mendapat isi buku tersebut tidak seperti yang dikatakan penulis pertama kali, yaitu bantahan terhadap agama Hindu dan Nasrani, tetapi justru dipenuhi dengan cerita-cerita tentang karamah dan sanjungan terhadap kolonialis Iggris.


Dari sini, masyarakat kemudian mengetahui, ternyata lelaki ini hanyalah seorang pendusta dan pencuri harta manusia. Buku yang telah diterbitkan hanya untuk mendapatkan popularitas dan memanfaatkan kaum Muslimin, menguras harta mereka, bukan untuk membela Islam. Apalagi setelah kaum Muslimin menemukan hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam dalam buku yang ia terbitkan tersebut.


Banyak para ulama yang mendapat informasi, bahwa lelaki itu, sebenarnya tidak mempunyai keinginan, kecuali untuk membuat sebuah toko semata. Andai ada orang lain yang mampu membayarnya dengan jumlah yang lebih besar, maka ia akan mendukungnya, meskipun dengan melakukan pelanggaran terhadap Islam. Dan memang seperti itulah yang dikatakan oleh para ulama. Sebab, pada waktu itu, penjajah Inggris membutuhkan orang yang dapat memporak-porandakan kekuatan kaum Muslimin. Sehingga sang penjajah ini mencari orang dari kalangan kaum Muslimin untuk diperalat. Tatkala sudah mendapatkannya, kolonial ini akan memanfaatkan semaksimal mungkin. Demikian yang terjadi dengan Mirza Ghulam Ahmad. Oleh karena itu, ia penuhi kitab volume ketiganya dengan pujian-pujian kepada kolonialis Inggris.


Perhatikan pengakuannya dalam volume tersebut, tatkala ia menghadapi penentangan dari kaum Muslimin


Dia menyatakan, ada sebagian orang dari kalangan kaum Muslimin yang menulis kepadaku, mengapa engkau memuji penjajah Inggris dalam volume ketiga? Mengapa engkau berterima kasih kepada pemerintah Inggris? Sebagian kaum muslimin mencaci-maki dan mecelaku karena sanjungan ini. Hendaknya setiap orang mengetahui, bahwa aku tidak memuji pemerintah Inggris, kecuali berdasarkan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. [Barahin Ahmadiyah, vol.4]


Ringkasnya, penjajah telah memanfaatkannya dengan memberikan segala yang berharga untuknya karena pengkhianatannya kepada agama dan umat Islam. Persis seperti ayahnya yang dahulu juga berkhianat, tetapi kepada negeri India dan penduduknya.


Pada tahun 1885M, ia memproklamirkan diri sebagai mujaddid dengan mendapat bantuan dan dukungan penuh dari penjajah. Enam tahun berikutnya, tahun 1891M, ia mengklaim diri sebagai Imam Mahdi. Pada tahun itu juga, ia mengaku sebagai Al-Masih. Dan klimaksnya pada tahun 1901M, ia mendeklarasikan statusnya sebagai nabi yang mandiri, dan lebih mulia dari seluruh pada nabi dan rasul.


Sebagian ulama dapat mendeteksi keinginannya sebelum ia mengaku sebagai nabi (palsu). Tetapi dengan segera ia mencoba menepisnya dengan berkata : “Aku juga beraqidah Ahlus Sunnah. Aku berkeyakinan Muhammad adalah penutup para nabi. Barangsiapa mengaku sebagai nabi, maka ia kafir, pendusta. Karena aku beriman bahwa risalah itu bermula dari Adam dan berakhir dengan kedatangan Rasulullah Muhammad” [Pernyataan Ghulam Ahmad pada 12 Oktober 1891 yang terdapat dalam kitab Tabligh Risalah, 2/2]


Kemudian dengan bisikan dari penjajah ia mengatakan untuk mengecoh : “Aku bukan nabi, tetapi Allah menjadikannku orang yang diajak bicara (kalim), untuk memperbaharui agama Al-Musthafa (Muhammad)” [Mir-atu Kamalati Al-Islam, hal. 383]


Keterangan lain darinya ; “Aku bukan nabi yang menyerupai Muhamamd atau datang dengan ajaran yang baru. Justru yang ada dalam risalahku, aku adalah nabi yang mengikutinya (nabiyyun muttabi)” [Tatimmah Haqiqati Al-Wahyi, hal. 68, karya Ghulam Ahmad]


Dia juga mengatakan ;” Demi Allah yang ruh-ku berada di genggaman-Nya, Dialah yang mengutusku dan menyebutku sebagai nabi…. Aku akan memperlihatkan kebenaran pengakuanku dengan mukjizat-mukjizat yang jumlahnya tidak kurang dari tiga ratus ribu mukjizat” [Tatimmah Haqiqati Al-Wahyi, hal. 68, karya Ghulam Ahmad]


Coba perhatikan pernyataan-pernyataannya. Dia betul-betul berusaha mengecoh kaum Muslimin. Padahal sebelumnya, ia mengatakan :”Siapa saja yang mengklaim diri sebagai nabi setelah Muhammad, berarti ia saudara Musailamah Al-Kadzdzab, kafir lagi busuk” (Anjam Atsim, hal. 28, karya Ghulam Ahmad). Dia juga mengatakan : “Kami melaknat orang-orang yang mengaku sebagai nabi setelah Muhammad” [Tabligh Risalah, 26/2]


Perlu juga disebutkan, kitab yang ia janjikan berjumlah lima puluh jilid, tidak ia selesaikan kecuali lima jilid saja. Sehingga ketika ditanya oleh para donatur, ia menjawab : “Tidak ada bedanya antara angka lima dan lima puluh, kecuali pada nolnya saja” [Muqaddimah Barahin Ahmadiyah, 5/7, karya Ghulam Ahmad]


CACIAN-CACIAN MIRZA GHULAM AHMAD KEPADA SETERUNYA

Dia pernah mengatakan, melalui “wahyu” yang konon diterimanya, bahwa salah seorang seterunya akan mati pada waktu tertentu. Tetapi ternyata, seteru yang ia sebutkan tidak mati. Maka para ulama pun menyanggahnya dengan mengatakan : “Engkau katanya nabi, tidak berbicara kecuali dengan wahyu. Bagaimana mungkin janji Allah tidak tepat?”


Menanggapi bantahan dari para ulama ini, Mirza Ghulam Ahmad bukannya memberi jawaban dengan bukti dan dalil, tetapi justru melontarkan cacian : “Orang-orang yang menentangku, mereka lebih najis dari babi” [Najam Atsim, hal. 21, karya Ghulam Ahmad]


Cacian-cacian lain yang keluar dari Mirza Ghulam Ahmad ini sudah sangat keterlaluan. Sebab orang-orang umum saja tidak akan sanggup mengatakannya.


Sang anak, Mahmud Ahmad bin Ghulam pernah mendengar ada orang yang mencaci orang lain dengan sebutan “hai anak haram”, maka ia (Mahmud Ahmad) mengatakan : “Orang seperti ini, pada masa Umar dihukum pidana pukul karena melakukan qadzaf (tuduhan zina). Tetapi sekarang, dapat di dengar seseorang mencela orang lain dengan celaan itu, namun mereka tidak bereaksi. Seolah-olah celaan ini tida ada artinya di mata mereka” [Khutbah Al-Jum’ah, Mahmud Ahmad bin Ghulam, Koran Al-Fadhl, 13 Februari 1922M]


Tetapi ironisnya, ayahnya justru pernah mencela seorang ulama dengan ucapan “hai anak pelacur”. (Najim Atsim, hal. 228, karya Ghulam Ahmad). Mengacu kepada pernyataan Mahmud Ahmad, bukankah berarti Mirza Ghulam ini pantas untuk dihukum pukul? Dan ucapan itu tidak hanya terjadi sekali atau dua kali, tetapi sangat sering dilontarkan ayahnya “sang mujaddid akhlak”.


Contoh lainnya, di dalam khutbahnya, ia pernah menyampaikan : “Itu adalah kitab. Akan dilihat oleh setiap muslim dengan penuh kecintaan dan sayang serta ia mendapatkan manfaat darinya. Dia akan menerima dan membenarkan dakwahku, kecuali keturunan-keturunan para pelacur yang telah Allah kunci hati mereka. Mereka tidak akan menerima” [Mir’atu Kamalati Al-Islam, hal. 546, karya Ghulam Ahmad]

Begitulah contoh akhlak Mirza Ghulam Ahmad. Semoga kita terlindung dari perbuatan tercela.


KOMENTAR MIRZA GHULAM AHMAD TERHADAP RASULULLAH MUHAMMAD

Banyak orang yang celaka muncul di muka bumi karena mencela para rasul, tetapi tidak banyak yang sekaliber Mirza Ghulam Ahmad dan para pengikutnya, dalam mencela para rasul, “mencuri” kenabian. Allah berfirman.


Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah …” [Al-An’am : 93]


Dia mengklaim sebagai nabi dan rasul-Nya, seperti yang dilakukan oleh Musailamah dan Al-Aswad An-Ansi. Langkah berikutnya, ia mengaku sebagai orang yang paling utama dari dari seluruh nabi dan rasul. Sebagaimana ia menyatakan dirinya telah dianugerahi segala yang telah diberikan kepada seluruh para nabi (Durr Tsamin, hal. 287-288, karya Ghulam Ahmad). Dalam pernyataan yang lain, ia mengatakan, sesungguhnya Nabi (Muhammad) mempunyai tiga ribu mukjizat saja. “Sedangkan aku memiliki mukzijat lebih dari satu juta jenis”, kata Ghulam Ahmad” [Tadzkirah Asy-Syahadatain, hal. 72, karya Ghulam Ahmad]


Di lain tempat, katanya, Islam muncul bagaikan perjalanan hilal (bulan, dari kecil), dan kemudian ditaqdirkan mencapai kesempurnaannya di abad ini menjadi badr (bulan pernama), dengan dalil (menurutnya)…. (Khutbah Al-Hamiyah, hal. 184, karya Ghulam Ahmad), sebuah tafsiran yang kental nuansa tahrifnya (penyelewengan), layaknya perlakuan kaum Yahudi terhadap Taurat. Sebuah makna yang tidak dikehendaki Allah, tidak pernah disinggung Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ataupun terbetik di benak salah seorang sahabat, para imam dan ulama tafsir. Demikian salah satu trik untuk merendahkan kedudukan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.


Salah seorang juru dakwah mereka, juga tidak ketinggalan ikut membeo merendahkan martabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengatakan : “Sesungguhnya Muhammad pernah sekali datang kepada kami. Pada waktu itu, beliau lebih agung dari bi’tsah yang pertama. Siapa saja yang ingin melihat Muhammad dengan potretnya yang sempurna, hendaknya ia memandang Ghulam Ahmad di Qadian” [Koran milik Qadiyaniah, Badr, 25 Oktober 1902M]


KRITIK SANG NABI PALSU TERHADAP BEBERAPA NABI

Mirza Ghulam Ahmad pernah berkomentar tentang Nabi Isa : “Sesungguhnya Isa tidak mampu mengatakan dirinya sebagai orang shalih. Sebab orang-orang mengetahui kalau dia suka minum-minuman keras dan perilakunya tidak baik” [Hasyiyah Sitt Bahin, hal. 172, karya Ghulam Ahmad]


Komentar miring lainnya, menurutnya, Isa cenderung menyukai para pelacur. Karenanya nenek-neneknya adalah termasuk pelacur [Dhamimah Anjam Atsim, Hasyiyah, hal. 7, karya Ghulam Ahmad]


Anehnya, meski perkataan yang keluar dari mulutnya sangat kotor, tetapi ternyata Mirza Ghulam Ahmad “bersabda” dalam hadits palsunya : “Sesungguhnya celaan, makian, bukan perangai orang-orang shidiq. Dan orang yang beriman, bukanlah orang yang suka melaknat” [Izalatul Auham, hal. 66]


CACIAN MIRZA GHULAM AHMAD KEPADA PARA SAHABAT

Para sahabat pun tidak lepas dari cercaan yang dilancarkan Ghulam Ahmad. Termasuk penghulu para remaja/pemuda di surga kelak, yaitu Hasan, Husain, juga Abu Bakar dan Umar


Mirza Ghulam Ahmad ini mengataan : “Orang-orang mengatakan aku lebih utama dari Hasan dan Husain. Maka aku jawab, ‘Itu benar. Aku lebih utama dari mereka berdua. Dan Allah akan menunjukkan keutamaan ini” [I’jaz Ahmadi, hal. 58, karya Ghulam Ahmad]


Salah seorang anaknya dengan congkak berkata : “Dimana kedudukan Abu Bakar dan Umar (tidak ada apa-apanya) bila dibandingkan dengan kedudukan Mirza Ghulam Ahmad? Mereka berdua saja tidak pantas untuk membawa sandalnya” [Kitab Al-Mahdi, Pasal 304, hal. 57, karya Muhammad Husain Al-Qadiyani]


Tentang Abu Hurairah, Ghulam Ahmad mengatakan : “Abu Hurairah orang yang dungu. Dia tidak memiliki pemahaman yang lurus” [I’jaz Ahmadi, hal. 140]


Perhatikan! Padahal ia sendirilah orang yang dungu, lagi bodoh. Lihat pengakuannya : “Sesungguhnya ingatanku sangat buruk. Aku lupa orang-orang yang sering menemuiku” [Maktubat Ahmadiyah, hal. 21]


KEMATIAN MIRZA GHULAM AHMAD

Menyaksikan sepak terjangnya yang kian menjadi, maka para ulama saat itu berusaha menasehati Mirza Ghulam Ahmad, agar ia bertaubat dan berhenti menyebarkan dakwahnya yang sesat. Nasihat para ulama ternyata tidak membuahkan hasil. Dia tetap bersikukuh tidak memperdulikan. Akhirnya, para ulama sepakat mengeluarkan fatwa tentang kekufurannya. Di antara para ulama yang sangat kuat menentang dakwah Mirza Ghulam Ahmad, adalah Syaikh Tsanaullah.


Mirza Ghulam Ahmad sangat terusik dengan usaha para ulama yang mengingatkannya. Akhirnya dia mengirimkan surat kepada Syaikh Tsanaullah. Dia meminta agar suratnya ini dimuat dan disebarkan di majalah milik Syaikh Tsanaullah.


Di antara isi suratnya tersebu, Mirza Ghulam Ahmad tidak menerima gelar pendusta, dajjal yang diarahkan kepadanya dari para ulama masa itu. Mirza Ghulam Ahmad menganggap dirinya, tetap sebagai seorang nabi, dan ia menyatakan bahwa para ulama itulah yang pendusta dan penghambat dakwahnya.


Sang nabi palsu ini menutup suratnya dengan do’a sebagai berikut :


“Wahai Allah Azza wa Jalla Yang Maha Mengetahui rahasia-rahasia yang tersimpan di hati. Jika aku seorang pendusta, pelaku kerusakan dalam pandangan-Mu, suka membuat kedustaan atas nama-Mu pada waktu siang dan malam hari, maka binasakanlah aku saat Ustadz Tsanaullah masih hidup, dan berilah kegembiraan kepada para pengikutnya dengan sebab kematianku.


Wahai Allah ! Dan jika saya benar, sedangkan Tsanaullah berada di atas kebathilan, pendusta pada tuduhan yang diarahkan kepadaku, maka binasakanlah dia dengan penyakit ganas, seperti tha’un, kolera atau penyakit lainnya, saat aku masih hidup. Amin”


Begitulah bunyi do’a Mirza Ghulam Ahmad. Sebuah do’a mubahallah. Dan benarlah, do’a yang ia tulis dalam suratnya tersebut dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla. Yakni 13 bulan lebih sepuluh hari sejak do’anya itu, yaitu pada tanggal 26 bulan Mei 1908M, Mirza Ghulam Ahmad ini dibinasakan oleh Allah Azza wa Jalla dengan penyakit kolera, yang dia harapkan menimpa Syaikh Tsanaullah. Di akhir hayatnya, saat meregang nyawa, dia sempat mengatakan kepada mertuanya : “Aku terkena penyakit kolera”. Dan setelah itu, omongannya tidak jelas lagi sampai akhirnya meninggal. Sementara itu, Syaikh Tsanaullah masih hidup sekitar empat puluh tahun setelah kematian Mirza Ghulam Ahmad.


Meski kematian telah menjemput Mirza Ghulam Ahmad, tetapi bukan berarti ajarannya juga ikut mati?. Ternyata kian tersebar di tengah masyarakat. Karenanya, sebagai seorang muslim, hendaklah lebih berhati-hati, agar tidak terjerat dengan berbagai ajaran sesat.

Ya, Allah. Perlihatkanlah kepada kami kebenaran itu sebagai sebuah kebenaran, dan berilah kami kekuatan untuk melakukannya. Ya, Allah. Perlihatkanlah kepada kami kebatilan sebagai sebuah kebatilan, dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya.


[Sumber Al-Qadiayaniyah Dirasat Wa Tahtil, karya Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir, Idarati Turjuman As-Sunnah, Lahore Pakistan, tanpa tahun]


[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi Khusus/Tahun IX/1426H/2005M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Alamat Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton – Gondangrejo Solo, 57183]

__________

Foote Note

[1]. Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir, penulis kitab Al-Qadiayaniyah, Dirasat Wa Tahtil mengatakan, hal itu kemungkinan lantaran pengkhianatannya kepada penduduk pribumi dan kerjasamanya dengan kekuatan kolonialis yang aniaya lagi kafir. (hal. 103)
[Pertemuan LRS ke-IV] Membahas tentang EYD
author

[Pertemuan LRS ke-IV] Membahas tentang EYD



Alhamdulillah, salah satu anggota Leutika Reading Society (LRS) cabang Medan, telah membuat sebuah catatan indah. Terimakasih ya sahabatku 'Tia' atas catatan ini. Saya sebagai koordinator LRS menjadi terharu. Terus menulis utk mengharumkan nama sendiri, daerah kita, tentunya utk mengharapkan ridho dari-Nya dengan adanya ukhuwah melalui perkumpulan ini.

***********************************
Hari Minggu pagi kemarin―20 Februari 2011―Alhamdulillah telah berhasil diadakan pertemuan Leutika Reading Society (LRS) untuk kali ke-empat di kediaman artis kita yang telah mewarnai jagad penulisan (ehem) Mbak Evi selaku Koordinator. (^_^)

Pada pertemuan kali ini kami belajar dan berdiskusi tentang EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Ada sekitar 3 karya tulis yang kami bedah. Di antaranya termasuk karyaku yang ternyata masih belum memenuhi standar kepenulisan yang baik. Hiks! Sedihnya…. **muhasabah diri di pojokan sambil menitikkan air mata**

Ya sudah, tidak perlu berlama-lama menangis karena air mata harganya mahal. **gubrak!** (nyengir)

Berbekal materi EYD yang diberikan oleh Mbak Evi berikut sharing bersama teman-teman, akhirnya dibedah satu per satu kesalahan-kesalahan pada karya tulis kami. Kebanyakan yang kami temui kesalahan terletak pada penulisan dialog, penempatan kata depan, pengaturan tab paragraph, penulisan kata ulang dan masih banyak lagi.


Berikut aku postingkan beberapa catatan koreksi dari materi yang diberikan Mbak Evi dan juga catatan pribadiku :

1. Contoh penulisan kalimat dialog yang benar :

* “Kita akan pergi sekarang.” Aku dan Tono bergegas. [jika akhir kalimat dialog adalah titik, maka huruf awal kata setelah tanda kutip penutup (“) harus huruf capital/besar].
* “Semua akan baik-baik saja,” kataku kepada Tono. [jika akhir kalimat dialog adalah koma, maka huruf awal kata berikutnya setelah tanda kutip penutup (“) adalah huruf kecil].
* “Memangnya kamu mau ke mana?” tanya Indah padaku. [jika akhir kalimat dialog menggunakan tanda tanya (?), maka huruf awal kata berikutnya setelah tanda kutip penutup (“) digunakan huruf kecil].
* “Hei, tunggu!” Teriak Udin sambil berlari ke arahku. [jika akhir kalimat dialog menggunakan tanda seru (!), maka huruf awal kata setelah tanda kutip penutup (“) dimulai dengan huruf capital/besar].

* Setiap dialog baru, harus dibuat alinea/paragraph baru walau cuma satu kata/kalimat. Contoh :

“Aku cemburu padanya!” Seru Ina marah.

“Ha? Cemburu pada siapa?” tanyaku penasaran.

>> 2 dialog tersebut tidak dijadikan satu kesatuan, akan tetapi terpisah menjadi 2 baris kalimat.

* Setiap huruf awal kalimat dialog harus capital/besar. Contoh :

“Aku pulang,” kataku kepada Roi yang masih mematung.

* Tanda koma (,) dan titik (.) diletakkan sebelum tanda kutip penutup, bukan sesudahnya. Contoh :

“Aku bingung harus bagaimana,” kataku pada Ratih.

“Aku berhenti.”

* Setelah tanda tanya (?) dan tanda seru (!) setelah ditutup dengan tanda kutip (“), tidak ada koma dan titik lagi.
* Tanda kutip dengan kata sebelum dan sesudahnya tidak ada spasi, jadi semuanya disatukan. Contoh :
“Ayo kita main!”


2. Penggunaan kata ulang harus disertai dengan tanda penghubung (-), kecuali bila karya tulis berupa puisi maka tidak ada tanda penghubung melainkan seluruh kata harus disatukan. Contoh :
Daun-daun berguguran. [dalam cerpen, novel dll]
Daundaun berguguran [dalam bentuk puisi]

3. Symbol Horizontal Bar (―) digunakan sebagai separator/pemisah 2 kalimat yang saling berhubungan.
Contoh :

… handphone-ku berdering―ada panggilan masuk―saat aku sedang mengobrol dengannya.

4. Penggunaan kata depan―di, ke, dari―untuk penunjukkan tempat ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, selain itu ditulis bergabung dengan kata yang mengikutinya. Kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Contoh :

Aku mengantarkan surat itu kepada Ima yang sedang berada di kantin.

5. Penyisipan kata gaul yang berada di luar dialog harus dimiringkan (italic), sedangkan di dalam kalimat dialog tidak dimiringkan.


6. Penggunaan catatan kaki (footnote) untuk menjelaskan kaidah/arti dari bahasa asing/serapan dan bahasa daerah.

7. Secara tersirat, tanda titik 3 menyatakan ‘koma/menggantung’. Sedangkan tanda titik 4 menyatakan ‘titik/berhenti’. Dalam penulisannya dipisahkan oleh spasi dari kata yang mengikuti maupun diikutinya. Karena menyatakan koma, maka huruf awal kata setelah tanda titik 3 adalah huruf kecil, sedangkan setelah tanda titik 4 adalah huruf capital/besar.

8. Penggunaan singkatan umum ditulis dengan huruf capital/besar dan bila ditulis serangkai dengan kata lainnya maka harus disisipkan tanda penghubung (-). Contoh :

SMS-ku telah sampai padanya.

9. Penulisan kalimat dialog tidak perlu diitalic atau dimiringkan.

10. Imbuhan dan akhiran yang mengiringi bahasa asing/serapan ataupun bahasa daerah dipisahkan oleh tanda penghubung (-) dan penulisan kata asingnya harus dimiringkan (italic). Contoh :
Me-recall
Hanphone-ku, dll


Sepertinya cukup segitu dulu ya. Ntar kalo kebanyakan bakalan ada yang bawa spanduk demo “turunkan harga bawang!” **gubrak** (engga nyambung deh ya) hehe

Sebenarnya ada hal menyedihkan yang mengiringi kisah pertemuanku dengan sahabat-sahabat LRS hari Minggu kemarin. Tapi bila mengingat kebersamaan kami―berdiskusi sambil mengobrol santai― ditambah dengan Brownies enak buatan Mbak Yanti, setidaknya hal menyedihkan itu agak sedikit teringankan. Rugi banget deh ya buat yang enggak datang (memanas-manasi). **tertawa sombong**

Oke sobat, kita lanjut di pertemuan berikutnya. Salam ukhuwah dan semoga kita tetap terus semangat untuk berkarya dan meramaikan dunia sastra (aamiin).

Sukses selalu untuk LRS Medan! :)

author

Saat Terindah dalam Hidup Manusia

بسم الله الرحمن الرحيم


Pernakah Anda mengalami saat-saat terindah dalam hidup Anda? Apakah yang Anda rasakan pada saat itu? Bukankah Anda merasakan hati Anda sangat bahagia, sehingga Anda ingin seandainya saat-saat itu terulang kembali?

Setiap insan tentu pernah merasakan saat-saat terindah dalam hidupnya, akan tetapi masing-masing orang akan menjadikan saat terindah dalam hidupnya sesuai dengan apa yang mendominasi hati dan jiwanya.

Orang yang sedang semangat melakukan usaha perdagangan dan bisnis menganggap saat terindah adalah ketika dia berhasil meraup keuntungan besar dan berlipat ganda dalam bisnisnya. Orang yang berambisi besar untuk mendapatkan kedudukan dan jabatan duniawi merasa saat yang terindah adalah ketika dia berhasil menduduki jabatan tinggi dan penting dalam kariernya.

Demikian pula, orang yang sedang dimabuk cinta merasa bahwa saat terindah adalah ketika cintanya diterima oleh sang kekasih dan ketika berjumpa dengannya.

Demikianlah sekilas gambaran keadaan manusia dalam menilai saat-saat terindah dalam hidup mereka. Sekarang, marilah kita perhatikan dan renungkan dengan seksama, manakah di antara semua itu yang benar-benar merupakan kebahagiaan dan keindahan yang sejati, sehingga orang yang mendapatkannya berarti sungguh dia telah merasakan saat terindah dalam hidupnya?



Renungan tentang keindahan dan kebahagiaan hidup yang sejati


Imam Ibnul Qayyim berkata, “Sesungguhnya, bentuk-bentuk kebahagiaan (keindahan) yang diprioritaskan oleh jiwa manusia ada tiga (macam):

1- Kebahagiaan (keindahan) di luar zat (diri) manusia, bahkan keindahan ini merupakan pinjaman dari selain dirinya, yang akan hilang dengan dikembalikannya pinjaman tersebut. Inilah kebahagiaan (keindahan) dengan harta dan kedudukan (jabatan duniawi)…

Keindahan seperti ini adalah seperti keindahan seseorang dengan pakaian (indah) dan perhiasannya, tapi ketika pandanganmu melewati penutup dirinya tersebut, maka ternyata tidak ada satu keindahanpun yang tersisa pada dirinya!

Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa ada seorang ulama yang menumpang sebuah kapal laut bersama para saudagar kaya, kemudian kapal tersebut pecah (dan tenggelam bersama seluruh barang-barang muatan). Maka, para saudagar tersebut serta merta menjadi orang-orang yang hina dan rendah (karena harta mereka tenggelam di laut) padahal sebelumnya mereka merasa mulia (bangga) dengan kekayaan mereka. Sedangkan ulama tersebut sesampainya di negeri tujuan beliau dimuliakan dengan berbagai macam hadiah dan penghormatan (karena ilmu yang dimilikinya). Ketika para saudagar yang telah menjadi miskin itu ingin kembali ke negeri mereka, mereka bertanya kepada ulama tersebut, “Apakah Anda ingin menitip pesan atau surat untuk kaum kerabat Anda?” Maka ulama itu menjawab, “Iya, sampaikanlah kepada mereka, ‘Jika kalian ingin mengambil harta (kemuliaan), maka ambillah harta yang tidak akan tenggelam (hilang) meskipun kapal tenggelam, oleh karena itu jadikanlah ilmu sebagai (barang) perniagaan (kalian).”



2- (Bentuk) kebahagiaan (keindahan) yang kedua: kebahagiaan (keindahan) pada tubuh dan fisik manusia, seperti kesehatan tubuh, keseimbangan fisik dan anggota badan, keindahan rupa, kebersihan kulit dan kekuatan fisik. Keindahan ini meskipun lebih dekat (pada diri manusia) jika dibandingkan dengan keindahan yang pertama, namun pada hakikatnya keindahan tersebut di luar diri dan zat manusia, karena manusia itu dianggap sebagai manusia dengan ruh dan hatinya, bukan (cuma sekedar) dengan tubuh dan raganya, sebagaimana ucapan seorang penyair,

Wahai orang yang (hanya) memperhatikan fisik, betapa besar kepayahanmu dengan mengurus tubuhmu

Padahal kamu (disebut) manusia dengan ruhmu bukan dengan tubuhmu

(Mulai dari sini sampai akhir paragraf ini adalah keterangan tambahan dari penulis) Inilah keindahan semu dan palsu milik orang-orang munafik yang tidak dibarengi dengan keindahan jiwa dan hati, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela mereka dalam firman-Nya,

وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ

“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh (penampilan fisik) mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar.” (QS. al-Munafiqun: 4).

Artinya: mereka memiliki penampilan rupa dan fisik yang indah, tapi hati dan jiwa mereka penuh dengan keburukan, ketakutan dan kelemahan, tidak seperti penampilan lahir mereka (lihat Tafsir Ibnu Katsir, 4/472; Tafsir al-Qurthubi, 18/124-125; dan Fathul Qadiir, 7/226).



3- (Bentuk) kebahagiaan (keindahan) yang ketiga: inilah kebahagiaan (keindahan) yang sejati, keindahan rohani dalam hati dan jiwa manusia, yaitu keindahan dengan ilmu yang bermanfaat dan buahnya (amalan shaleh untuk mendekatkan kepada Allah Ta’ala)
.

Sesungguhnya, kebahagiaan inilah yang menetap dan kekal (pada diri manusia) dalam semua keadaan, dan menyertainya dalam semua perjalanan (hidupnya), bahkan pada semua alam yang akan dilaluinya, yaitu: alam dunia, alam barzakh (kubur) dan alam tempat menetap (akhirat). Dengan inilah seorang hamba akan meniti tangga kemuliaan dan derajat kesempurnaan.” (Kitab Miftaahu Daaris Sa’aadah, 1/107-108).



Berbahagialah dengan saat terindah dalam hidupmu!

Berdasarkan renungan tentang keindahan dan kebahagiaan hidup di atas, maka jelaslah bahwa keindahan dan kebahagiaan yang sejati dalam hidup manusia adalah dengan mengamalkan amalan shaleh yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengutamakannya di atas segala sesuatu yang ada di dunia ini.



Inilah keindahan dan kebahagiaan sejati yang direkomendasikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya,

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka (orang-orang yang berilmu) bergembira (berbangga), karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa (kesenangan duniawi) yang dikumpulkan (oleh manusia).’” (QS Yunus:58).

Dalam ayat ini, Allah Ta’ala memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar mereka merasa bangga (gembira dan bahagia) dengan anugerah yang Allah Ta’ala berikan kepada mereka, dan Dia Subhanahu wa Ta’ala menyatakan bahwa anugerah dari-Nya itu lebih indah dan mulia dari semua kesenangan dunia yang berlomba-lomba dikejar oleh kebanyakan manusia. ”Karunia Allah” dalam ayat ini ditafsirkan oleh para ulama ahli tafsir dengan “keimanan”, sedangkan “Rahmat Allah” ditafsirkan dengan “Al-Quran”, yang keduanya (keimanan dan Al-Quran) adalah ilmu yang bermanfaat dan amalan shaleh, sekaligus keduanya merupakan petunjuk dan agama yang benar (yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) (lihat keterangan Ibnul Qayyim dalam kitab Miftahu Daaris Sa’aadah, 1/51).

Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di berkata, “Kenikmatan (yang berupa) agama (iman) yang bergandengan dengan kebahagiaan dunia dan akhirat (jelas) tidak bisa dibandingkan dengan semua kenikmatan duniawi yang hanya sementara dan akan hilang.” (kitab Taisiirul Kariimir Rahmaan, hal. 366).

Inilah kebahagiaan hakiki bagi hati dan jiwa manusia, yang digambarkan oleh Imam Ibnul Qayyim dalam ucapan beliau, “Semua perintah Allah (dalam agama Islam), hak-Nya (ibadah) yang Dia wajibkan kepada hamba-hamba-Nya, serta semua hukum yang disyariatkan-Nya (pada hakikatnya) merupakan qurratul ‘uyuun (penyejuk pandangan mata), serta kesenangan dan kenikmatan bagi hati (manusia), yang dengan (semua) itulah hati akan terobati, (merasakan) kebahagiaan, kesenangan dan kesempurnaan di dunia dan akhirat. Bahkan hati (manusia) tidak akan merasakan kebahagiaan, kesenangan dan kenikmatan yang hakiki kecuali dengan semua itu. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

يا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدىً وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ، قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabb-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk, serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa (kesenangan duniawi) yang dikumpulkan (oleh manusia).’” (QS.Yuunus: 57-58)” (Kitab Ighaatsatul Lahfaan, hal. 75-76 – Mawaaridul Amaan).

Maka berdasarkan semua ini, berarti saat yang paling indah dalam hidup seorang manusia adalah ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala melimpahkan taufik-Nya kepadanya untuk mengikuti jalan Islam dan memberi petunjuk kepadanya untuk memahami dan mengamalkan petunjuk-Nya guna mencapai keridhaan-Nya.

Inilah pernyataan yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada shahabat yang mulia, Ka’ab bin Malik radhiallahu ‘anhu, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat al-Quran (QS. at-Taubah: 118) tentang diterima-Nya taubat shahabat ini dan dua orang shahabat lainnya radhiallahu ‘anhum, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya dengan wajah yang berseri-seri karena gembira, “Berbahagialah dengan hari terindah yang pernah kamu lalui sejak kamu dilahirkan ibumu.” (Hadits shahih riwayat al-Bukhari, no. 4156 dan Muslim, no. 2769).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan hari diterimanya taubat seorang hamba oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai hari/ saat yang terindah dalam hidupnya karena taubat itulah yang menyempurnakan keislaman seorang hamba, maka ketika dia masuk Islam itulah awal kebahagiaannya dan ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima taubatnya itulah penyempurna dan puncak kebahagiaannya, sehingga hari itu adalah saat terindah dalam hidupnya (lihat kitab Fathul Baari, 8/122).

Imam Ibnul Qayyim berkata, “Dalam hadits ini terdapat argumentasi (yang menunjukkan) bahwa hari yang paling indah dan utama bagi seorang hamba secara mutlak adalah ketika dia bertaubat kepada Allah dan Allah menerima taubatnya… Kalau ada yang bertanya, ‘Bagaimana (mungkin) hari ini (dikatakan) lebih baik daripada hari (ketika) dia masuk Islam?’ Jawabannya, hari ini adalah penyempurna dan pelengkap hari (ketika) dia masuk Islam, maka hari (ketika) dia masuk Islam adalah awal kebahagiaanya, sedangkan hari taubatnya adalah penyempurna dan pelengkap kebahagiaanya, wallahu musta’aan.” (Kitab Zaadul Ma’aad, 3/511).

Senada dengan hadits di atas, ucapan shabat yang mulia, Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu yang menggambarkan kegembiraan para shahabat radhiallahu ‘anhum ketika mendengar sebuah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Anas bin Malik berkata, “Maka kami (para shahabat radhiallahu ‘anhum) tidak pernah merasakan suatu kegembiraan setelah (kegembiraan dengan) Islam melebihi kegembiraan kami tatkala mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Engkau (akan dikumpulkan di surga) bersama orang yang kamu cintai.’ Maka, aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar radhiallahu ‘anhu dan Umar radhiallahu ‘anhu, dan aku berharap akan bersama mereka (di surga nanti) dengan kecintaanku kepada mereka meskipun aku belum mampu melakukan seperti amal perbuatan mereka.” (Hadits shahih riwayat al-Bukhari, no. 3485 dan Muslim, no. 2639).

Hadits yang agung ini menunjukkan bahwa saat-saat yang terindah bagi orang-orang yang sempurna imannya, para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ketika mereka mendapat hidayah untuk menempuh jalan Islam dan ketika mereka memahami, serta mengamalkan petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mencapai ridha-Nya dan masuk ke dalam surga-Nya.


Saat yang paling indah di akhirat kelak adalah ketika bertemu Allah Subhanahu wa Ta’ala

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabb-nya (Allah Ta’ala), maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan Allah dengan apapun dalam beribadah kepada-Nya.” (QS al-Kahfi: 110).



Inilah saat terindah yang dinanti-nantikan oleh orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, yaitu saat ketika bertemu dengan-Nya untuk mendapatkan balasan kebaikan dan kemuliaan dari-Nya (lihat kitab Fathul Baari, 4/118).

Dalam sebuah doa dari Imam Hasan al-Bashri, “Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik amalan kami sebelum ajal (menjemput) kami, dan jadikanlah sebaik-baik hari (bagi) kami adalah hari ketika kami berjumpa dengan-Mu.” (Dinukil oleh Imam Harits bin Abi Usamah dalam Musnad al-Harits, 2/756 – Bugyatul Baahits).

Mereka inilah orang-orang yang mencintai perjumpaan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah-pun mencintai perjumpaan dengan mereka, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang mencintai perjumpaan dengan Allah, maka Allah mencintai perjumpaan dengannya.” (Hadits shahih riwayat al-Bukhari, no. 6142 dan Muslim, no. 2683).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan kegembiraan orang yang bertakwa ketika bertemu Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan amal shaleh yang mereka lakukan di dunia, dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Orang yang berpuasa akan merasakan dua kegembiraan; kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabb-nya (Allah Subhanahu wa Ta’ala)” (Hadits shahih riwayat al-Bukhari, no. 7054 dan Muslim, no. 1151).

Kemudian, saat yang paling indah bagi orang-orang yang beriman ketika berjumpa dengan Allah Ta’ala adalah saat mereka memandang wajah-Nya yang Mahamulia. Inilah kenikmatan tertinggi yang Allah janjikan bagi mereka yang melebihi besarnya kenikmatan lainnya yang ada di surga. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ وَلا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلا ذِلَّةٌ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (melihat wajah Allah Ta’ala). Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Yuunus: 26).

Arti “tambahan” dalam ayat ini ditafsirkan langsung oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih, yaitu kenikmatan melihat wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sal;lam adalah orang yang paling memahami makna firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (lihat kitab Syarhul ‘Aqiidatil Waashithiyyah, 1/452). Dalam hadits yang shahih dari seorang sahabat yang mulia, Shuhaib bin Sinan radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Apakah kalian (wahai penghuni surga) menginginkan sesuatu sebagai tambahan (dari kenikmatan surga)?’ Maka mereka menjawab, ‘Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari (azab) neraka?’ Maka (pada waktu itu) Allah Membuka hijab (yang menutupi wajah-Nya Yang Mahamulia), dan penghuni surga tidak pernah mendapatkan suatu (kenikmatan) yang lebih mereka sukai dari pada melihat (wajah) Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Kemudian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat tersebut di atas (Hadits shahih riwayat Muslim dalam Shahih Muslim, no. 181).

Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa kenikmatan melihat wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah kenikmatan yang paling mulia dan agung, serta melebihi kenikmatan-kenikmatan di surga lainnya (lihat kitab Syarhul ‘Aqiidatil Waashithiyyah, 1/453).

Imam Ibnu Katsir berkata, ”(Kenikmatan) yang paling agung dan tinggi (yang melebihi semua) kenikmatan di surga adalah memandang wajah Allah yang Mahamulia, karena inilah “tambahan” yang paling agung (melebihi) semua (kenikmatan) yang Allah berikan kepada para penghuni surga. Mereka berhak mendapatkan kenikmatan tersebut bukan (semata-mata) karena amal perbuatan mereka, tetapi karena karunia dan rahmat Allah.” (Kitab Tafsir Ibnu Katsir, 4/262).

Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggandengkan kenikmatan tertinggi ini dengan sifat kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala yang disebutkan dalam hadits di atas, yaitu selalu merindukan perjumpaan dengan Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam doa beliau, “(Ya Allah) aku meminta kepada-Mu kenikmatan memandang wajah-Mu (di akhirat nanti) dan aku meminta kepada-Mu kerinduan untuk bertemu dengan-Mu (sewaktu di dunia), tanpa adanya bahaya yang mencelakakan dan fitnah yang menyesatkan.” [HR An Nasa-i dalam As-Sunan (3/54 dan 3/55), Imam Ahmad dalam Al-Musnad (4/264), Ibnu Hibban dalam Shahih-nya (no. 1971) dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (no. 1900), dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Al-Hakim, disepakati oleh Adz-Dzahabi dan Syaikh Al-Albani dalam Zhilaalul Jannah fii Takhriijis Sunnah” (no. 424)].

Imam Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Ighaatsatul Lahafaan [hal. 70-71 dan hal. 79 (Mawaaridul Amaan, cet. Daar Ibnil Jauzi, Ad-Dammaam, 1415 H)] menjelaskan keterkaitan dua hal ini, yaitu bahwa kenikmatan tertinggi di akhirat ini (melihat wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala) adalah balasan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada orang yang selalu mengharapkan dan merindukan pertemuan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu kekasih-Nya yang telah merasakan kesempurnaan dan kemanisan iman, yang wujudnya berupa perasaan tenang dan bahagia ketika mendekatkan diri dan berzikir kepada-Nya.

Atau dengan kata lain, orang yang akan menjumpai saat yang paling indah dan dinanti-nantikan di akhirat ini, yaitu saat melihat wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Mahamulia, adalah orang yang ketika di dunia dia merasakan bahwa saat terindah dalam hidupnya adalah ketika dia beribadah dan mendekatkan diri kepada Zat yang dicintainya, Allah Subhanahu wa Ta’ala.



Nasihat dan penutup


Demikianlah gambaran saat-saat paling indah bagi para kekasih Allah ‘Azza wa Jalla di dunia dan akhirat, bandingkanlah dengan saat-saat yang dianggap paling indah oleh mayoritas manusia sekarang ini.

Kemudian tanyakan kepada diri kita sendiri: apakah yang kita anggap sebagai saat terindah dalam hidup kita?

Maka, berbahagialah hamba Allah yang menjadikan saat terindah dalam hidupnya ketika dia beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berbahagialah dengan kabar gembira dari Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut ini,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نزلا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Rabb kami adalah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (ber-istiqamah), maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan memberi kabar gembira), ‘Janganlah kamu merasa takut dan bersedih hati; dan bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah penolong-penolongmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) apa yang kamu minta.’ Sebagai hidangan (balasan yang kekal bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Fushilat: 30-32).

Dalam ayat lain, Allah berfirman,

أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ * الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ، لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ، لا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ، ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali (kekasih) Allah itu, tidak ada kekhawatiran bagi mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (QS. Yunus: 62-64).

Akhirnya, kami menutup tulisan ini dengan memohon kepada Allah Ta’ala agar Dia senantiasa melimpahkan taufik-Nya kepada kita untuk mendapatkan kebaikan dari-Nya di dunia dan akhirat, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين



Kota Kendari, 30 Muharram 1432 H
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, M.A.
Artikel www.manisnyaiman.com

(Kiriman dari : sahabat FB Kiky)
Belajar Mencintai Seseorang Yg Tdk Sempurna Dengan Cara Yg Sempurna
author

Belajar Mencintai Seseorang Yg Tdk Sempurna Dengan Cara Yg Sempurna



Belajar Mencintai Seseorang Yg Tdk Sempurna Dgn Cara Yg Sempurna

Ketika kita bertemu orang yang tepat untuk dicintai,
Ketika kita berada di tempat pada saat yang tepat,
Itulah kesempatan

Ketika kita bertemu dengan seseorang yang membuatmu tertarik, Itu bukan pilihan
itu kesempatan.
Bertemu dalam suatu peristiwa bukanlah pilihan ,
Itupun adaah kesempatan .

Bila kita memutuskan untuk mencintai orang tersebut,
Bahkan dengan segala kekurangannya,
Itu bukan kesempatan, itu adalah pilihan.

Ketika kita memilih bersama dengan seseorang walaupun apapun yang terjadi,
Itu adalah pilihan .

Bahkan ketika kita menyadari bahwa masih banyak orang lain
Yang lebih menarik, lebih pandai, lebih kaya daripada pasanganmu Dan tetap memilih untuk mencintainya,
Itulah pilihan.

Perasaan cinta, simpatik, tertarik,
Datang bagai kesempatan pada kita.
Tetapi cinta sejati yang abadi adalah pilihan.
Pilihan yang kita lakukan.

Berbicara tentang pasangan jiwa,
Ada suatu kutipan dari film yang Mungkin sangat tepat :
"Nasib membawa kita bersama, tetapi tetap bergantung pada kita
bagaimana membuat semuanya berhasil"

Pasangan jiwa bisa benar-benar ada.
Dan bahkan sangat mungkin ada seseorang
Yang diciptakan hanya untukmu.
Tetapi tetap berpulang padamu


Untuk melakukan pilihan apakah engkau ingin
Melakukan sesuatu untuk mendapatkannya, atau tidak...
Kita mungkin kebetulan bertemu pasangan jiwa kita,
Tetapi mencintai dan tetap bersama pasangan jiwa kita,
Adalah pilihan yang harus kita lakukan.


Kita ada di dunia bukan untuk mencari
seseorang yang sempurna untuk dicintai
TETAPI untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna
dengan cara yang sempurna


Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda :
Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan karena agamanya niscaya kamu bahagia.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Apabila kamu sekalian didatangi oleh seseorang yang Dien dan akhlaknya kamu ridhai maka kawinkanlah ia. Jika kamu sekalian tidak melaksanakannya maka akan terjadi fitnah di muka bumi ini dan tersebarlah kerusakan.” (HR. At Tirmidzi)

Wallahu'alam bish showab

(Kiirman dari : sahabatku mas Ahmad Suwarno)
Jagalah Aqidah Kita
author

Jagalah Aqidah Kita



Jagalah Aqidah Kita


Hujan rintik-rintik membasahi tanah yang kering di kota Medan. Aku begitu bersyukur atas turunnya berkah dari Allah itu kepada semesta alam ini. Saat aku memandang butiran-butiran kristal yang turun itu, tiba-tiba handphone-ku bordering dengan merdunya. Ternyata ada telpon dari sahabat SMP.


“Vi, hari ini nggak ke mana-manakan?” ujar sahabatku dengan suaranya yang lembut.


“Tidak Ani. Ada apa ya?” jawabku dengan penuh was-was karena aku tahu hari ini adalah hari valentine.


“Aku ingin kita pergi jalan-jalan dan saling tukar kado. Kan hari ini adalah hari kasih sayang. Aku ingin ikatan persahabatan kita semakin erat.” Ani berkata dengan semangatnya penuh senang dan riang.


Sementara aku sendiri sempat terdiam, merenung dan aku harus berkata apa padanya. Tidak mungkin aku menceramahinya bak seorang ustadzah memberikan nasehat pada umat. Aku berpikir hingga jawaban apa yang tidak menyakiti hatinya. Bagaimana pun juga, hari kasih sayang ini bukanlah budaya Islam. Apakah cintaku pada sahabatku harus dinodai dengan hal semacam ini? Apalagi ukhuwah kami sudah begitu eratnya. Aku tidak ingin ikatan kami menjadi renggang.


“Vie... vie... Kemana kau? Vie... wake up Vie,” teriak Ani begitu kencang sampai lamunanku buyar.


Dengan optimis aku berkata, “Ani, maafkan Evi ya. Bukan aku menolak ajakanmu tapi karena aku takut melakukannya.”


Ani langsung diam dan berkata, “Takut apa, Vie. Apakah perbuatanku salah? Ajari aku dunk Vie kalau aku salah. Aku kan wanita biasa tidak seperti dirimu”


“Ya sudah, kamu main saja ya ke rumahku sekarang. Oh ya, aku juga wanita biasa kok. Kita sama-sama saling memperbaiki diri saja. Apalagi usia kita bukan tergolong muda lagi. Kita sudah berumur di atas 25 tahun. Jangan sampai kita mengulangi kesalahan kita dulu waktu SMP. Aku tunggu kehadiranmu ya.”

***


Saat hujan mulai berhenti, muncul suara orang yang mengucapkan salam di depan halaman rumahku. Kupandang dari balik tirai jendela, ternyata Ani udah sampai di rumahku.


“Silahkan masuk, Ani,” sahutku padanya sambil memberikan senyuman. Kemudian aku menyalamnya dan mencium pipinya kanan dan kiri.


“Vie, aku salah. Maafkan aku ya Vie. Aku tidak tahu. Emang ada apa Vie di balik valentine itu?” tanya Ani dengan tanda tanya. Walaupun demikian, dia tetap membawa coklat ke rumahku. Tapi bukan karena valentine melainkan karena coklat adalah makanan kesukaanku dari sejak kecil hingga sekarang.


“Bismillah, sebelumnya Evi minta maaf ya. Bukan maksud untuk mengguruimu sahabatku sayang. Tapi ingin menasehati dalam kebaikan. Bahwa, valentine itu haram hukumnya untuk kita mengikutinya apatah lagi untuk merayakan. Bukankah kita bisa saling tukar kado pada waktu yang lain. Mengapa harus di hari valentine? Apakah karena meriah, semua orang merayakannya? Tidakkan sahabatku. Valentine itu bukan budaya Islam. kita harus menjaga aqidah kita kalau kita ingin disayang dan dijaga Allah. Valentine itu budaya Barat, yang ingin mencoba merusak perlahan-lahan keyakinan kita. Itu diperingati mereka untuk memperingati kematian seorang pastur,” ungkapku penuh halus.


“Oh, begitu ya Vie. Aku sekarang paham. Makasih ya sahabatku. Sekarang kita makan yuk coklat ini. Sudah lama aku tak silaturrahmi ke rumahmu.”


Hatiku menjadi tenang. Akhirnya cinta kami tidak ternoda dengan ajaran yang telah membius seluruh umat dari berbagai agama. Alhamdulillah..


**************************************************************

Naskah ini kutulis untuk meramaikan dunia tulis menulis dalm rangka menolak valentine. Karena aku sendiri sungguh membencinya, walaupun dulu di masa aku jahiliyah belum mendapat tarbiyah, aku pernah melakukannya. yah, seperti biasa tukaran kado, kumpul-kumpul ngabisin uang, nonton, main belanja sana-sini. Alhamdulillah, sekarang semua telah berakhir. Good bye masa suramku, sekarang kau kembali dengan masa indahku.


Terimakasih untuk mba Naqy yang telah mengadakan lomba ini. Semoga semakin banyak yang menulisnya, semakin banyak teman yang membacanya dan semakin banyak pengetahuan semua umat akan segala kebaikan dan kebenaran. InsyaAllah, Allah akan memberkahi setiap kebaikan demi kebaikan yang kita tebarkan melainkan untuk sebagai ibadah dan amalan sholeh kita di hari akhir. Amin


***************************************************************
author

MELURUSKAN PENGGUNAAN ISTILAH-ISTILAH ISLAM

MELURUSKAN PENGGUNAAN ISTILAH-ISTILAH ISLAM

Oleh: Kodiran Salim

Peneliti Independen Lintas Kitab Suci



Banyak umat Islam yang salah dalam mengartikan istilah-istilah Islam. Hal ini disebabkan umat Islam Indonesia menggunakan istilah-istilah Islam mengambil sumber dari Kamus Bahasa Indonesia yang disusun oleh WJS Poerwodarminto yang beragama Katolik.



Mengapa demikian?



Karena umat Islam sudah berhasil dijauhkan dari Al-Qur’an. Buktinya umat Islam Indonesia hanya bisa membaca dalam huruf-huruf hijaiyahnya tanpa memahami artinya.



Program missionaris.



Didalam program Kristenisasi misionaris sudah sejak lama sudah membuat program untuk membelokkan dan mempersempit istilahi-istulah Islam.



1. Mempelajari bahasa Arab dan bahasa pergaulan umat Islam sehari-hari.

Orang-orang Kristen yang ingin hubungan dengan orang Islam bisa lebih dekat dan akrap maka perlu membekali diri dengan belajar bahwa Arab yang dipakai sebagi pergaulan orang Islam sehari-hari, seperti Assalamu ’alaikum, Insya Allah, Alhamdulillah, baca al-Qur’an dll.



2. Mempelajari Al-Qur’an untuk menguasai seluk beluk budaya Islam

Al-Qur’an adalah pegangan hidup umat Islam. Dengan mempelajari Al-Qur’an (Islamologi) maka misionaris dapat mengetahui seluk beluk umat Islam. Dengan mengetahui bahasa Arab dan Al-Qur’an bisa membelokkan dan mempersempit pengertian istilah-istilah Islam, seperti istilah agama, ibadah, iman, taqwa dll



Program Yahudi

1. Langkah kesatu

Jauhkan umat Islam dari Al-Qur’an dan Hadist Nabinya dan terbitkan buku-buku pedoman ( bab rukun Islam atau fiqih) yang telah diterjemahkan.



2. Langkah kedua

Hindarkan pelajaran Al-Qur’an dan Hadist Nabi masuk ke sekolah-sekolah formal agar mereka tidak mengetahui tentang ajaran Islam, perintah dan larangan Tuhannya.



Saya sudah mengadakan penelitian keseluruh Indonesia, hampir semua umat Islam Indonesia dalam mempergunakan istilah-istilah Islam tidak bersumber dari Al-Qur’an. Ini membuktikan bahwa umat Islam sudah jauh dari Al-Qur’an.



Mari kita buktikan dibawah ini.



Istilah-istilah Islam itu antara lain:





1). Agama

Menurut kamus bahasa Indonesia

Menurut kamus bahasa Indonesia kata “Agama” diartikan kepercayaan atau keyakinan.



Menurut Al-Qur’an

Menurut Al-Qur’an agama berasal dari kata “dien” yang artinya “petunjuk tata kehidupan manusia (Qs 2:38) dalam mengabdi (Qs 51:56) dan diciptakan Allah”.



Agama menurut Hindhu dan Budha artinya peraturan atau ajaran yang diciptakan oleh manusia sedangkan agama menurut Kristen berasal dari kata reliji atau threskia dalam bahasa Yunani yang artinya kepercayaan yang dibuat oleh manusia.



Kalamullah

Qs 2/38.Kami berfirman: “Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.(Ayat-ayat-ayat yang senada Qs 45:11; 6:84-90; 20:123; 20:112; 22:78; 7:35; 45:20;15:20; 9:115; 10:108; 27:77; 26:2; 6:126; 6:84; 15:20; 9:33; 7:24; 7:10; 10:35; 21:92; Ul 6:16 )



Qs 51/56.Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Ayat-ayat-ayat yang senada Qs 39: 14; 4:172; 6:162; 35:15; 7:10; 37:40; 16:36; 72:20)





2). Iman

Menurut kamus bahasa Indonesia

Menurut kamus bahasa Indonesia kata “Iman” diartikan “percaya”. Hampir setiap umat Islam mengartikan iman dengan percaya. Tetapi juga ada yang mengatakan iman adalah diucapkan dengan mulut diyakini dengan hati, dilakukan dengan perbuatan (hadits)



Menurut Al-Qur’an

Menurut Al-Qur’an iman adalah “mentaati perintah Allah dan perintah Rasul” (Qs 3:171,172).



Kalamullah

Qs 3/171.Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman. 172. (Yaitu) orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar. ( Ayat-ayat-ayat yang senada Qs 24:47; 58:5; 8:74; 8:29; 42:52; 7:156; Qs 49:15; 8:24; 23:1-11)





Catatan

Pengertian iman adalah percaya yang tercantum dalam kamus bahasa Indonesia karangan WJS Poerwodarminto diambil dari kata Paulus dalam Kitab Ibrani 11:1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.



Dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini halaman 431 pengertian iman dikatakan : Iman ialah sikap yang didalamnya seseorang melepaskan andalan pada segala usahanya sendiri untuk mendapat keselamatan, entah itu kebajikan, kebaikan susila atau apa saja, kemudian sepenuhnya mengandalkan Yesus Kristus, dan mengharap hanya dari Dia segala sesuatu yang dimaksud oleh keselamatan.



3). Shalat

Menurut kamus bahasa Indonesia

Menurut kamus bahasa Indonesia kata “Shalat” diartikan sembahyang. Kata sembahyang berasal dari bahasa orang Hindhu yaitu menyembah Sang Hyang Widi. Menyembah menurut kamus bahasa Indonesia berarti menelakupkan kedua telapak tangan kemudian dicium. Didalam ajaran Islam tidak ada perintah menyembah seperti orang-orang non muslim dalam menyembah kepada tuhannya. Tetapi umat Islam diperintah untuk meminta ampun dan bertobat (Qs 11:3; 29:45) yaitu shalat karena shalat itu penghapus dosa (Qs 11:114).



Dalam buku pelajaran agama Islam untuk sekolah tingkat dasar dan menengah kata shalat diartikan “perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam”. Sementara umat Islam awam sering mengatakan shalat itu adalah “doa”, “berserah diri kepada Allah” Dan lain sebagainya.



Menurut Al-Qur’an

Dalam Al-Qur’an shalat artinya “memohon ampun dan bertobat kepada Allah”.



Shalat dalam bahasa Ibrani adalah Tselota

Shalat dalam bahasa Arab adalah shalat

Shalat dalam bahasa Indonesia adalah memohon ampun dan bertobat kepada Allah



Kalamullah

Qs 11/3.dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.

(Ayat-ayat yang senada Qs 25:30; 2:119; 3:133; 66:8; 19:60; 20:132; 25:71; 28:67; 47:19; 73:6; 73:20; 11:114; 25:70; 3:135; 4:110; 40:3; 42:25; 51:18; 6:54; 4:106; 25:60; 7:29; 15:49; 15:99; 57:21; 4:17; 14:31; 71:10; 30:31; 2:153; 11:26)



Qs 29/45.Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat.Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

( Ayat-ayat yang senada Qs 2:238; 6:162; 11:114; 14:31; 6:155; 16:23; 20:132; 23:102-103; 24:56; 31:17; 69:19-25; 70:22; 70:34; 74:43; 108:2; 2:110; 4:101; 51:17-18)



Qs 11/114. Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesung-guhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (Ayat-ayat yang senada Qs 20:130; 17:78; 30:17; 11:3 ; 29:45)



4). Khusuk

Menurut kamus bahasa Indonesia

Menurut kamus bahasa Indonesia kata “Khusuk” diartikan konsentrasi atau sungguh-sungguh.



Menurut Al-Qur’an

Menurut Al-Qur’an khusuk adalah meyakini bahwa dirinya akan berjumpa dengan Tuhan untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya (Qs 2:45-46). Atau bertanggung jawab atas perbuatannya.



Kalamullah

Qs 2/45. Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (menger-jakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, 46.(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. ( Ayat-ayat yang senada Qs 2:133; 17:109; 23:2; Qs 10:7; 10:11; 18:105; 32:2; 29:5; 32:14; 6:31; 18:110)





Perhatikan ayat-ayat dibawah ini.



Qs 23/1.Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman 2. (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam sholatnya,



Artinya

Beruntunglah orang-orang yang taat (yaitu) orang-orang yang bertanggung jawab dalam meminta ampun dan bertobat kepada Allah.,



Bertanggung jawab dalam meminta ampun dan bertobat kepada Allah artinya setelah meminta ampun dan bertobat kepada Allah tidak akan berbuat dosa lagi atau mencegah perbuatan keji dan mungkar (Qs 29:45).



Dengan demikian shalat yang khusuk disamping tertib dalam pelaksanaan shalat, yang lebih penting adalah dilihat dari perbuatan setelah shalat.





5). Taqwa

Menurut kamus bahasa Indonesia

Menurut kamus bahasa Indonesia kata “Taqwa” diartikan patuh atau melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah.



Menurut Al-Qur’an

Menurut Al-Qur’an taqwa artinya takut terhadap azab Allah (Qs 21:48).



Kalamullah

Qs 21/48.Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa dan Harun Kitab Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi orang-orang yang ber takwa.49.(Yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat. (Ayat-ayat yang senada Qs 5:44; 3:133; 23:57; 7:156; Qs 35:28)



Takut akan azab Allah artinya selalu bersegera berbuat kebaikan, atau selalu mencegah perbuat keji dan mungkar (Qs 29:45)





6). Ibadah

Menurut kamus bahasa Indonesia

Menurut kamus bahasa Indonesia kata “Ibadah” diartikan mendekatakn diri kepada Tuhan melalui ritual (seperti shalat, puasa, haji).



Menurut Al-Qur’an

Menurut Al-Qur’an ibadah artinya “mengabdi, menghamba” (Qs 37:40). Ibadah artinya melakukan perbuatan sesuai apa yang diperintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang Allah.



Catatan

Mengabdi yang seharusnya melaksanakan peraturan Allah dan RasulNya sering diterjemahkan dengan “menyembah”. (Qs 1:5; 51:56).



Kalamulllah

Qs 37/40. tetapi hamba-hamba Allah (‘ibadallah) yang dibersihkan (dari dosa). (Ayat-ayat yang senada Qs 29:56; 37:74; 37:81; 25:63; 51:56; 37: 160)



Qs 1/5 Hanya kepada Mu kami mengabdi dan hanya kepada Mu kami mohon pertolongan.



Qs 51/56.Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Ayat-ayat yang senada Qs 39: 14; 4:172; 6:162; 35:15; 7:10; 37:40; 16:36; 72:20).



Kalau diteliti kata “ibadah” yang artinya mengabdi hanyalah ada pada agama Islam karena hanya umat Islamlah yang melakukan pengabdian (ibadah) kepada Tuhannya (Allah). Karena Allahlah Tuhan yang bisa memerintah, bisa melarang dan menghukum. Semua perbuatan umat Islam (manusia) yang sesuai dengan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang Allah merupakah ibadah. Ibadahnya petani ada disawah, ibadahnya pegawai ada dikantor, ibadahnya pedagang ada di pasar dan seterusnya. Dengan demikian tempat ibadahnya umat Islam adalah ditempat dimana dia bekeja. Sedang masjid arti yang sesungguhnya adalah tempat memohon ampun dan bertobat dengan sujud dan merendahkan diri kepada Allah.



Dalam agama Kristen yang merupakan sebuah kepercayaan bahwa Yesus yang sudah mati disalib dijadikan Tuhan dan juruselamat (Kristus) tidak dapat memerintah dan melarang ridak ada istilah ibadah. Karena umat kristen tidak melaksanakan apa-apa yang diajarkan Yesus. Mereka mengatakan beribadah artinya melakukan ritual atau kebaktian di gereja.



Sama halnya dalam agama Hindhu dan Budha. Karena Tuhan-Tuhan mereka tidak bisa memerintah dan tidak bisa melarang dan tidak bisa membuat hukum maka didalam agama Hindhu dan Budha sebenarnya tidak ada istilah ibadah.



Kalimat-kalimat yang salah kaprah

Selamat menunaikan ibadah puasa ….….artinya Selamat mengabdi puasa ?

Selamat menunaikan ibadah haji ………..artinya Selamat mengabdi haji ?



Yang benar



Selamat menunaikan puasa

Selamat menunaikan haji





7). Kafir

Menurut kamus bahasa Indonesia

Menurut kamus bahasa Indonesia kata “Kafir” diartikan “tidak percaya”



Umat Kristen juga sering menggunakan istilah “kafir”. Tetapi istilah kafir menurut Kristen adalah “tidak percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Kristus”. Tetapi ada dikalangan umat Islam yang mengartikan istilah kafir adalah tidak percaya.



Menurut Al-Qur’an

Berkenaan dengan istilah kafir untuk orang Kristen didalam Al-Qur’an terdapat dalam Qs 5:72,73. Kafir disini berarti ingkar atau dusta. Karena Nabi Isa as telah mengatakan bahwa Allah itu Esa, tetapi orang-orang Kristen mengatakan Allah adalah Isa Putra Maryam dan Allah adalah satu dari yang tiga.



Kalamullah

Qs 5/72.Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun. 73. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (Ayat-ayat yang senada Qs 16:51; 19:88; 5:17; 8:38; 23:117; 4:171; 28:86; 34:27; 40:4; 43:88; 9:31; 17:22; Mat 7:21; Hos 11:9; 6:94; 15:96; 22:8; 22:19-22; 43:64; 7:53; 16:56; Qs 8:38; 38:5; 31:20 )



Kafir menurut Al-Qur’an

Qs 2/39. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.



Qs 21/36.Dan apabila orang-orang kafir itu melihat kamu, mereka hanya membuat kamu menjadi olok-olok. (Mereka mengatakan): “Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhanmu?”, padahal mereka adalah orang-orang yang ingkar mengingat Allah Yang Maha Pemurah.





8). Korban jiwa

Menurut kamus bahasa Indonesia

Menurut kamus bahasa Indonesia kata “Korban jiwa” diartikan mati



Secara umum yang dikatakan korban jiwa adalah mati. Seperti yang sering disiarkan dalam masmedia, setiap terjadi bencana atau kecelakaan sering merenggut korban jiwa.



Manurut Al-Qur’an

Manurut Al-Qur’an yang sesungguhnya korban jiwa artinya “murtad” (Qs 2:217). Karena orang yang mati apakah karena bencana atau kecelakaan tetapi apabila masih dalam beragama Islam maka orang itu tidak korban jiwa tetapi “korban fisik atau jasad”. Orang yang mati dalam keadaan beragama Islam maka orang tersebut kemungkinan masih diampuni dosa-dosanya. Tetapi apabila orang mati dalam keadaan murtad atau kafir maka, orang tersebut tidak diampuni dosa-dosanya, maka jiwa orang tersebut menjadi korban.



Kalamullah

Qs 2/217.Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. 217Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya (Ayat-ayat yang senada Qs 3:176; 2:161; 39:65; 2:109; 3:87,92; 3:178; 4:137; 8:38; 3:90; 47:34; 4:18; 2:191; 16:28; 9:69)



9). Demi

Kata “demi” sering diartikan “sumpah” oleh sebagian umat Islam.



Apa arti sumpah?. Sumpah adalah pernyataan yang diucapkan secara resmi untuk menguatkan suatu kebenaran.



Apa arti demi?. Demi bisa berarti:

- untuk kepentingan …………..contoh demi kesehatan

- lepas ……………contoh satu demi satu

- tatkala, ketika ……………contoh demi angin bertiup

- atas nama Tuhan (bersumpah) ……………….contoh demi Allah

- sebagai, seperti …………….contoh suaranya merdu demi buluh perindu



Perhatikan ayat-ayat dibawah ini.



a). Sumpah

Qs 68/10. Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah (pernyataan tetapi bohong) lagi hina.



Qs 81/15. Sungguh, Aku (Jibril) bersumpah (pernyataan yang sebenarnya) dengan bintang-bintang,16 .yang beredar dan terbenam, 17. demi (ketika) malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya,18. dan demi (ketika) subuh apabila fajarnya mulai menyingsing,19. sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril),



Qs 70/40. Maka Aku (Jibril) bersumpah (pernyataan yang sebenarnya) dengan/selaku Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang; sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.



Qs 81/15.Sungguh, Aku (Jibril) bersumpah (pernyataan yang sebenarnya) dengan bintang-bintang,



Qs 75/1.Aku (Jibril) bersumpah (pernyataan yang sebenarnya) dengan hari kiamat,2.dan aku (Jibril) bersumpah (pernyataan yang sebenarnya) dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).3.Apakah manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? 4.Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna. 5.Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus.



Qs 69/38. MakaAku (Jibril) bersumpah (pernyataan yang sebenarnya)dengan apa yang kamu lihat.39.Dan dengan apa yang tidak kamu lihat.40. Sesungguhnya Al Qur’an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia



Qs 56/75. Maka Aku (Jibril) bersumpah (pernyataan yang sebenarnya)dengan tempat beredarnya bintang-bintang.76. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui, 77. sesungguhnya Al Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia,



b). Demi Allah

Qs 16/63. Demi (atas nama Allah) Allah, sesungguhnya Kami (Jibril) telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi setan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka setan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih.



c) . Demi Tuhan

Qs 10/53.Dan mereka menanyakan kepadamu: “Benarkah (azab yang dijanjikan) itu?” Katakanlah: “Ya, demi (atas nama) Tuhan-ku, sesungguh nya azab itu adalah benar dan kamu sekali-kali tidak bisa luput (daripada nya)”.(pernyataan yang sebenarnya dari nabi Muhammad)



Qs 19/68.Demi (atas nama) Tuhanmu, sesungguh nya akan.Kami bangkitkan mereka bersama setan, kemudian akan Kami datangkan mereka ke sekeliling Jahanam dengan berlutut.



Qs 51/23.Maka demi (atas nama) Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan



e). Demi bulan

Qs 74/32. Sekali-kali tidak, demi (tatkala) bulan,33.dan malam ketika telah berlalu,34.dan subuh apabila mulai terang.



f). Demi matahari

Qs 91/1. Demi (tatkala) matahari dan cahayanya di pagi hari,2 .dan bulan apabila mengiringinya,3.dan siang apabila menampakkannya,4.dan malam apabila menutupi nya,5.dan langit serta pembinaannya,6.dan bumi serta penghamparan nya,7.dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),8.maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, 9.sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu,10.dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.



g). Demi waktu

Qs 93/1.Demi (ketika) waktu matahari sepenggalahan naik,2.dan demi (ketika) malam apabila telah sunyi, 3.Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu,4. dan sesungguh nya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan.



h). Demi malaikat

Qs 77/1.Demi (ketika) malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan, 2.dan (malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya 3.dan (malaikat-malaikat) yang menyebarkan (rahmat Tuhannya) dengan seluas-luasnya,4.dan (malaikat-malaikat) yang membedakan (antara yang hak dan yang batil) dengan sejelas-jelasnya,5.dan (malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu, 6.untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan, 7.sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi.



i). Demi malam

Qs 92/1.Demi (ketika) malam apabila menutupi (cahaya siang),2.dan siang apabila terang benderang, 3.dan penciptaan laki-laki dan perempuan, 4.sesungguh nya usaha kamu memang berbeda-beda.



Qs 81/15.Sungguh,Aku bersumpah dengan bintang-bintang,16.yang beredar dan terbenam,17.demi (ketika) malam apabila telah hampir meninggalkan gelap nya,18.dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing, 19.sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril),20.yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai Arasy, 21.yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.



j). Demi langit

Qs 85/1.Demi (ketika) langit yang mempunyai gugusan bintang,2.dan hari yang dijanjikan,3.dan yang menyaksikan dan yang disaksikan.



Qs 51/7. Demi (seperti) langit yang mempunyai jalan-jalan, 8.sesungguhnya kamu benar-benar dalam keadaan berbeda-beda pendapat, 9.dipalingkan daripadanya (Rasul dan Al Qur’an) orang yang dipalingkan.



k). Demi gunung

Qs 52/1.Dem (sepertii) bukit,2.dan Kitab yang ditulis, (kitab yang ditulis)3.pada lembaran yang terbuka, (pada lembaran terbuka) 4.dan demi (seperti) Baitulmakmur, 5.dan atap yang ditinggikan (langit), 6.dan laut yang di dalam tanahnya ada api,(laut yg didalam tanah ada api) 7.sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, 8.tidak seorang pun yang dapat menolaknya, 9.pada hari ketika langit benar-benar bergoncang, 10.dan gunung benar-benar berjalan.



l). Demi bintang

Qs 53/1.Demi (seperti) bintang ketika terbenam,2.kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru,3.dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.



m.). Demi angin

Qs 51/1.Demi (seperti) (angin) yang menerbangkan debu dengan sekuat-kuatnya, 2.dan awan yang mengandung hujan 3.dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah, 4. dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan, 5.sesung guhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar, 6.dan sesungguhnya (hari) pembalasan pasti terjadi.



n). Demi yang bershaf-shaf

Qs 37/1.Demi (seperti) (rombongan) yang bersaf-saf dengan sebenar-benarnya,2 dan demi (seperti) (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat), 3.dan demi (seperti) (rombongan) yang membacakan pelajaran, 4.Sesungguh nya Tuhanmu benar-benar Esa.



o). Demi pena

Qs 68/1.Nun, demi (tatkala) kalam dan apa yang mereka tulis,2.berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila.3.Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. 4.Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.5.Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat,6.siapa di antara kamu yang gila.7.Sesungguhnya Tuhan mu, Dia-lah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dia-lah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.



p). Demi buah

Qs 95/1.Demi (seperti) (buah) Tin dan (buah) Zaitun, 2dan demi (seperti) bukit Sinai,3.dan demi (seperti) kota (Mekah) ini yang aman, 4. sesungguh nya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. 5.Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),



q). Demi kitab

Qs 43/2. Demi (seperti) Kitab (Al Qur’an) yang menerangkan.3. Sesungguh nya Kami menjadikan Al Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami (nya).



Qs 44/2.Demi (seperti) Kitab (Al Qur’an) yang menjelaskan,3.sesungguh nya Kami me nurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.



r). Demi Al-Qur’an

Qs 36/2. Demi(seperti) Al Qur’an yang penuh hikmah, 3.sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul, 4.(yang berada) di atas jalan yang lurus,5.(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.6. agar kamu memberi peri ngatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.



Qs 38/1. Shaad, demi (seperti) Al Qur’an yang mempunyai keagungan. 2.Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit.



Qs 50/1.Qaaf. Demi (seperti) Al Qur’an yang sangat mulia.2.(Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir: “Ini adalah suatu yang amat ajaib”.



s). Demi masa

Qs 103/1.Demi (seperti) masa.2.Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,3.kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.



t). Demi fajar

Qs 89/1.Demi (seperti) fajar,2. dan malam yang sepuluh,3. dan yang genap dan yang ganjil,4.dan malam bila berlalu.5. Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal.



u). Demi kuda

Qs 100/1.Demi (seperti) kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah,2.dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya),3.dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,4.maka ia menerbangkan debu,5. dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh,6. sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya,7.dan sesungguhnya manusia itu menyaksi kan (sendiri) keingkarannya 8.dan sesungguh nya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.



v). Demi pagi

Q 81/15.Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang, 16.yang beredar dan terbenam,17.demi (seperti) malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya, 18.dan demi (seperti) subuh apabila fajarnya mulai menyingsing, 19.sesung guhnya Al Qur’an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), 20.yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai Arasy,21.yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.22.Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila



10). Fasik

Menurut kamus bahasa Indonesia

Menurut kamus bahasa Indonesia kata “fasik” diartikan jahat, buruk, kelakuan, berdosa besar, tidak peduli terhadap perintah Tuhan. Oeang yang percaya kepada Allah tetapi tidak mengamalkan perintahNya bahkan melakukan perbuatan dosa.



Menurut Al-Qur’an

Menurut Al-Qur’an “fasik” artinya orang yang melanggar perjanjian dengan Allah.



Kalamullah

Qs 2/26. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman (patuh/taat), maka mereka yakin bahwa perump amaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan? Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik 27. (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintah kan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan mem- buat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi. (ayat-ayat yang senada Qs 7:172; 5:14; 9:8; 9:67; 9:80; 9:84; 9:96; 10:33; 13:25; 16:91,92; 7:51; 7:45)



11). Hadits

Menurut kamus bahasa Indonesia

Menurut kamus bahasa Indonesia kata “hadits” diartikan sabda, perbuatan, ketetapan Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh sahabat.



Menurut Al-Qur’an

kata “hadits” dalam bahasa Arab “allaahu nazzala ahsana hadiitsi kitaaban mutasyaabihan”



Kalamullah

Qs 39/23. Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhan-nya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dike hendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya. (ayat-ayat yang senadaQs 4:148; 45:6; 68:44; 77:50)



Keterangan

Secara kronologi Hadits adalah perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an artinya sbb:



1. Allah berpesan kepada Malaikat Jiberil namanya Qalam (Qs 81:19)

2. Qalam dibawa Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw namanya wahyu (Qs 53:5)

3. Wahyu diterangkan oleh Rasulullah saw kepada para sahabat namanya hadits Qs 39:23)



Jadi Hadits adalah penjelasan tentang wahyu ole Rasulullah saw kepada para sahabat. Hadits tidak mungkin bertentasngan dengan Al-Qur’an.





12). Sunah

Menurut kamus bahasa Indonesia

Menurut kamus bahasa Indonesia kata “sunah/t” diartikan perbuatan yang dianjurkan tetapi tidak diwajibkan (Kalau dikerjakan berpahala, kalau tidak dikerjakan tidak berdosa).



Menurut Al-Qur’an

Menurut Al-Qur’an “sunah/t” adalah “ketetapan. Ketetapan Allah adalah “sunatullah”. Ketetapan Rasul adalah “sunatulrasul”



Kalamullah

sunnata man qad arsalnaa qablaka min rusulinaa walaa tajidu lisunnatinaa tahwiilaan



Qs 17/77 Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan ter hadap rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perubahan bagi ketetapan Kami itu. (ayat-ayat yang senadaQs 33:62; 8:38; 35:43: 40:85; 33:38); Qs 15:21; 54:49; 6:115; 10:64



Catatan

Istilah sunah/t di Indonesia ada tiga macam.



1. Sunah dalam pengertian ketetapan

Seperti yang dijelaskan dalam Qs 17:77 seperti diatas.



2. Sunah dalam fiqih

Seperti pengertian dalam kamus bahasa Indonesia



3. Sunat dalam arti khitan

Bersumber dari Perjanjian Lama yaitu khitan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as dalam rangka mengikat perjanjian dengan Allah. Sunat khitan adalah merupakan ketetapan Allah.



Kejadian 17:9 Lagi firman Allah kepada Abraham: “Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun. 10 Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; 11 haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu. 12 Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu. 13 Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal. 14 Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku.” (Qs 6:161)