My Sweet Home
PERMUDAH JANGAN PERSULIT
author

PERMUDAH JANGAN PERSULIT


sumber image:http://apasier.blogspot.com/2012/01/pejalanan-karir-slank.html

Suatu ketika grup Slank manggung di sebuah kafe di daerah Bali. Salah seorang personil Slank membawa rombongan pengajian. Rombongan pengajian ini turut menyaksikan konser.

“Bisa dibayangkan, di tengah-tengah penonton terdapat beberapa orang berjubah, gamis menyaksikan konser Slank,” cerita ustadz Bobby.

Di saat bercerita, di sebelah ustadz Bobby terdapat Ivan, sang bassis ‘Slank’. Saya menduga cerita ini sumber awalnya dari Ivan.

Usai konser, rombongan pengajian ini ikut berkumpul bersama dengan personil Slank. Salah seorang mereka bertanya, “Ustadz, gimana hukumnya bermusik?”

Tidak diceritakan siapa yang bertanya, apakah Kaka, Bimbim, Ridho, Abdi atau Ivan yang bertanya. Yang jelas dia bertanya bagaimana pandangan Islam tentang musik.

Ustadz yang ditanya, balik bertanya, “Shalat lima waktu hukumnya apa?”

“Wajib tad.”

“Kalo ditinggalkan, hukumnya apa?”

“Gak boleh ditinggalkan. Ditinggalkan kita berdosa.”

“Nah, kita beresin masalah ini aja dulu dah. Kalo udah beres dengan masalah shalat, baru kita bahas bagaimana hukum Islam tentang musik.”

Seperti itulah jawaban sang ustadz.

Mendengar kisah ini, saya teringat dengan sebuah kisah di masa Rasulullah. Diriwayatkan seorang pemuda menyatakan ingin masuk Islam. Namun dia masih mempunyai tiga kebiasaan buruk.

“Wahai Rasul, saya ingin masuk Islam. Tapi saya masih senang mabuk-mabukan, berbuat maksiat dan berjudi.”

Mendengar pengakuan polos ini, Rasul hanya menjawab, “Tidak menjadi masalah. Tapi saya hanya minta engkau untuk senantiasa berkata jujur dan engkau dilarang untuk berdusta.”

Persyaratan yang diajukan Rasul ini, disetujui oleh si pemuda dan pemuda itu pun mengucapkan dua kalimat syahadat.

Si pemuda merasa Islam itu ternyata indah. Dia dengan senang hati bersedia untuk selalu berkata jujur dan akan selalu menjauhi dusta.

Setiap kali dia bertemu dengan Rasul, Rasul bertanya, “Apakah engkau melakukan perbuatan dosa ini dan itu?”

Pemuda itu pun menjawab, “Ya benar Rasul. Saya masih melakukannya.”

Begitu seterusnya, setiap bertemu dengan Rasul, pemuda itu selalu ditanya. Dan dia selalu menjawab dengan jujur. Hingga pada suatu ketika si pemuda sadar dan bertekad untuk meninggalkan perbuatan2 dosa yang biasa dilakukannya.

Ada kesamaan antara kisah anak-anak Slank di atas dengan kisah pemuda di atas.

Bagaimana jadinya bila Rasulullah marah-marah ketika mengetahui bahwa si pemuda itu memiliki hobby melakukan berbagai perbuatan dosa? Padahal pemuda itu ingin masuk Islam.

Bagaimana pula jadinya bila ustadz itu menjawab pertanyaan personil Slank itu dengan jawaban, “Gak boleh. Main music itu perbuatan sia-sia. Masih banyak perbuatan yang lebih penting. Andaikan boleh, masih banyak perbuatan yang sunnah bahkan bernilai wajib yang belum dilakukan.”

TAPI, Rasulullah tidak marah-marah pada si pemuda itu. Tidak mempersulit si pemuda. Beliau saw hanya meminta agar pemuda itu selalu berkata jujur.

Demikian pula dengan ustadz di atas. Dia tidak mempersoalkan aktifitas bermusik personil Slank. Dia hanya minta agar shalat lima waktu untuk selalu ditunaikan dan tidak pernah ditinggalkan walau hanya sekali.

(Kiriman dari sahabatku : Arya Noor Amarsyah)
author

" Mengapa harus mereka..?"

Bismillahirrahmanirrahim...



Terkadang orang heran dan bertanya, kenapa harus mereka?

Yang bajunya panjang, tertutup rapat, dan malu-malu kalau berjalan...



Aku menjawab.. Karena mereka, lebih rela bangun pagi menyiapkan sarapan buat sang suami dibanding tidur bersama mimpi yang kebanyakan dilakukan oleh perempuan lain saat ini..

Ada juga yang bertanya,



mengapa harus mereka..?





Yang sama laki-laki-pun tak mau menyentuh, yang kalau berbicara ditundukkan pandangannya.. Bagaimana mereka bisa berbaur…



Aku menjawab.. Tahukah kalian.. bahwa hati mereka selalu terpaut kepada yang lemah, pada pengemis di jalanan, pada perempuan-perempuan renta yang tak lagi kuat menata hidup. Hidup mereka adalah sebuah totalitas untuk berkarya di hadapan-Nya.. Bersama dengan siapapun selama mendatangkan manfaat adalah kepribadian mereka.. Untuk itu, aku menjamin mereka kepadamu, bahwa kau takkan rugi memiliki mereka, kau takkan rugi dengan segala kesederhanaan, dan kau takkan rugi dengan semua kepolosan yang mereka miliki.. Hati yang bening dan jernih dari mereka telah membuat mereka menjadi seorang manusia sosial yang lebih utuh dari wanita di manapun..

Sering juga kudengar..



Mengapa harus mereka..?



Yang tidak pernah mau punya cinta sebelum akad itu berlangsung, yang menghindar ketika sms-sms pengganggu dari para lelaki mulai berdatangan, yang selalu punya sejuta alasan untuk tidak berpacaran.. bagaimana mereka bisa romantis? bagaimana mereka punya pengalaman untuk menjaga cinta, apalagi jatuh cinta?



Aku menjawab..

Tahukah kamu.. bahwa cinta itu fitrah, karena ia fitrah maka kebeningannya harus selalu kita jaga. Fitrahnya cinta akan begitu mudah mengantarkan seseorang untuk memiliki kekuatan untuk berkorban, keberanian untuk melangkah, bahkan ketulusan untuk memberikan semua perhatian.





Namun, ada satu hal yang membedakan antara mereka dan wanita-wanita lainnya.. Mereka memiliki cinta yang suci untuk-Nya.. Mereka mencintaimu karena-Nya, berkorban untukmu karena-Nya, memberikan segenap kasihnya padamu juga karena-Nya… Itulah yang membedakan mereka..



Tak pernah sedetikpun mereka berpikir, bahwa mencintaimu karena fisikmu, mencintaimu karena kekayaanmu, mencintaimu karena keturunan keluargamu.. Cinta mereka murni.. bening.. suci.. hanya karena-Nya..



Kebeningan inilah yang membuat mereka berbeda… Mereka menjadi anggun, seperti permata-permata surga yang kemilaunya akan memberikan cahaya bagi dunia. Ketulusan dan kemurnian cinta mereka akan membuatmu menjadi lelaki paling bahagia..



Sering juga banyak yang bertanya,

mengapa harus mereka..?



Yang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca Al-Qur’an dibanding ke salon, yang lebih sering menghabiskan harinya dari kajian ke kajian dibanding jalan-jalan ke mall, yang sebagian besar waktu tertunaikan untuk hajat orang banyak, untuk dakwah, untuk perubahan bagi lingkungannya, dibanding kumpul-kumpul bersama teman sebaya mereka sambil berdiskusi yang tak penting. Bagaimana mereka merawat diri mereka? bagaimana mereka bisa menjadi wanita modern?



Aku menjawab..

Tahukah kamu, bahwa dengan seringnya mereka membaca al Qur’an maka memudahkan hati mereka untuk jauh dari dunia.. Jiwa yang tak pernah terpaut dengan dunia akan menghabiskan harinya untuk memperdalam cintanya pada Allah.. Mereka akan menjadi orang-orang yang lapang jiwanya, meski materi tak mencukupi mereka, mereka menjadi orang yang paling rela menerima pemberian suami, apapun bentuknya, karena dunia bukanlah tujuannya. Mereka akan dengan mudah menyisihkan sebagian rezekinya untuk kepentingan orang banyak dibanding menghabiskannya untuk diri sendiri. Kesucian ini, hanya akan dimiliki oleh mereka yang terbiasa dengan al Qur’an, terbiasa dengan majelis-majelis ilmu, terbiasa dengan rumah-Nya.



Jangan khawatir soal bagaimana mereka merawat dan menjaga diri… Mereka tahu bagaimana memperlakukan suami dan bagaimana bergaul di dalam sebuah keluarga kecil mereka. Mereka sadar dan memahami bahwa kecantikan fisik penghangat kebahagiaan, kebersihan jiwa dan nurani mereka selalu bersama dengan keinginan yang kuat untuk merawat diri mereka. Lalu apakah yang kau khawatirkan jika mereka telah memiliki semua kecantikan itu?



Dan jangan takut mereka akan ketinggalan zaman. Tahukah kamu bahwa kesehariannya selalu bersama dengan ilmu pengetahuan.. Mereka tangguh menjadi seorang pembelajar, mereka tidak gampang menyerah jika harus terbentur dengan kondisi akademik. Mereka adalah orang-orang yang tahu dengan sikap profesional dan bagaimana menjadi orang-orang yang siap untuk sebuah perubahan. Perubahan bagi mereka adalah sebuah keniscayaan, untuk itu mereka telah siap dan akan selalu siap bertransformasi menjadi wanita-wanita hebat yang akan memberikan senyum bagi dunia.



Dan sering sekali, orang tak puas.. dan terus bertanya.. mengapa harus mereka?

Pada akhirnya, akupun menjawab…



Keagungan, kebeningan, kesucian, dan semua keindahan tentang mereka, takkan mampu kau pahami sebelum kamu menjadi lelaki yang shalih seperti mereka..



Yang pandangannya terjaga.. yang lisannya bijaksana.. yang siap berkeringat untuk mencari nafkah, yang kuat berdiri menjadi seorang imam bagi sang permata mulia, yang tak kenal lelah untuk bersama-sama mengenal-Nya, yang siap membimbing mereka, mengarahkan mereka, hingga meluruskan khilaf mereka…



Kalian yang benar-benar hebat secara fisik, jiwa, dan iman-lah yang akan memiliki mereka. Mereka adalah bidadari-bidadari surga yang turun ke dunia, maka Allah takkan begitu mudah untuk memberikan kepadamu yang tak berarti di mata-Nya… Allah menjaga mereka untuk sosok-sosok hebat yang akan merubah dunia. Menyuruh mereka menunggu dan lebih bersabar agar bisa bersama dengan para syuhada sang penghuni surga… Menahan mereka untuk dipasangkan dengan mereka yang tidurnya adalah dakwah, yang waktunya adalah dakwah, yang kesehariannya tercurahkan untuk dakwah.. sebab mereka adalah wanita-wanita yang menisbahkan hidupnya untuk jalan perjuangan.



Allah mempersiapkan mereka untuk menemani sang pejuang yang sesungguhnya, yang bukan hanya indah lisannya.. namun juga menggetarkan lakunya.. Allah mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang malamnya tak pernah lalai untuk dekat dengan-Nya.. yang siangnya dihabiskan dengan berjuang untuk memperpanjang nafas Islam di bumi-Nya.. Allah mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang cintanya pada Allah melebihi kecintaan mereka kepada dunia.. yang akan rela berkorban, dan meninggalkan dunia selagi Allah tujuannya.. Yang cintanya takkan pernah habis meski semua isi bumi tak lagi berdamai kepadanya.. Allah telah mempersiapkan mereka untuk lelaki-lelaki shalih penghulu surga…



Seberat itukah...?



Ya… Takkan mudah.., sebab surga itu tidak bisa diraih dengan hanya bermalas-malasan tanpa ada perjuangan…

(Kiriman dari : Kak Abie Sabiella di FB)
Aku Mempercayaimu Karena Allah
author

Aku Mempercayaimu Karena Allah

Ukhuwah...
Bukan hanya sekedar bicara di mulut
Bukan juga dipajang sebagai pigura
Bukan harus dielukan dalam sebuah tulisan
Tapi ia lebih daripada jalinan cinta
Pertalian erat karena kasih sayang
Terbaluti akhlak seindah kilauan mutiara
Prasangka baik sesuci hati yang bening
Dengan modal keyakinan nurani
Terciptalah persaudaraan mesra

Apa yang tersirat dalam benakmu jika aku berteman dengan teman-teman dari Malaysia, wahai sahabatku di Indonesia? Bisa jadi, engkau akan mengatakan, “Mengapa kau bersahabat dengan perebut segala aset dan budaya yang dimiliki oleh negeri kita, Indonesia?”

Ah, mungkin tak usah jauh kita berpikir ke dalam itu. Bagaimana jika aku katakan, “Apakah Kau akan percaya jika aku berkenalan hanya dalam hitungan tujuh hari saja langsung dapat menjadi sahabat? Apalagi ia bukan kewarganegaraan Indonesia dan tak dikenal sebelumnya?”

Ibuku lebih khawatir lagi mengapa anak wanitanya semata wayang bisa cepat akrab dengan orang asing yang baru dikenal. Ibuku takut aku diculik atau dibawa kabur ke Malaysia? Lantas apa yang buat aku bisa akrab bersahabat dengannya? Jawabannya adalah ukhuwah. Bukan sebuah ikatan biasa tapi ikatan yang terbaluti akhlak yang baik, iman yang baik dan membina kedekatan kepada Allah swt.

Ukhuwah adalah ikatan persaudaraan yang dijalin oleh sesama manusia karena landasan iman dan takwa. Begitulah yang kujalani saat ini bersama temanku―zilla―di Malaysia. Awalnya aku dan Zilla dikenalkan oleh seorang temanku bahwa ada seorang muslimah yang ingin melakukan travelling backpacker ke Medan, salah satunya adalah Pulau Samosir, Danau Toba. Beliau menanyakan apakah ada masjid atau tempat beribadah di sana dan tempat-tempat menarik di Medan di mana saja?

Awalnya aku tak begitu yakin ingin menerima tawaran ini, maka proses pertama yang kulakukan adalah mengenalnya. Siapakah Zilla? Asalnya darimana? Mengapa ia tertarik datang ke kota wisata Medan? Alhamdulillah, aku dan Zilla mengetahui bahasa Melayu dan Indonesia sehingga pembicaraan berlangsung dengan baik dan lancar.

Selanjutnya aku mulai memahami kejiwaannya terhadap permasalahan atau kebutuhan yang mendera pikirannya. Ketulusan hatinya dan keluruhan imannya menjadikan kekhawatiranku berubah menjadi rasa percaya dengan berprasangka baik padanya. Apalagi saat ia menanyakan bagaimana kondisi kota wisata yang dominan penduduknya adalah agama nasrani. Bagaimana shalat dan makan di sana?


>>> bersambung