My Sweet Home
author

Tentang Pemberian Sebuah Kekuasaan

Sebuah renungan bagi kita tentang pemberian sebuah kekuasaan

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Dari Surat Aali Imran ayat 26 di atas, tentang Pemberian sebuah kekuasaan, mempunyai satu dari tiga arti..

Satu, lil 'iqob, sebagai hukuman.
Ada sebuah hadits menyebutkan, "kama takunu yuwalla 'alaykum". Seperti apa kalian, maka pimpinan kalian bakal seperti itu juga.

Bukti sejarah adalah ketika Bani Israil mulai menjauhi hukum-hukum yang ditegakkan Nabi Yusuf, dan mereka mulai "nakal". Mereka pun diberi Firaun sebagai raja.

Kedua, lit tanfis, sebagai pembebas dr tekanan.
Bukti sejarah adalah ketika datangnya Nabi Musa ke Bani Israil, yang memimpin mereka untuk membebaskan mereka dari kekangan Firaun. Tapi yang perlu menjadi catatan, bahwa kedatangan Nabi Musa itu murni karunia Allah . Kemungkinan kecil bisa datang karena usaha manusia terhadap datangnya pemimpin yang littanfis. Namun kembali lagi ke Allah, wallahu'alam.

Ketiga, lil ishlah, untuk memperbaiki kerusakan yang sudah ada
Kekuasaan lil ishlah ini, cuma ada kalau hukum Islam ditegakkan, dan ini bakalan datang kalau Imam Mahdi datang.

Sekarang sikap kita sebaiknya menunggu saja hasil keputusan KPU, 22 Juli 2014. Jokowi atau Prabowo, bisa saja lil 'iqob atau juga littanfis...

Nah, yang harus kita lakukan, adalah mengerjakan apa yang menjadi tugas kita, di mana posisi kita. Sebagai rakyat bukan berarti kita nggak bakal ada gunanya buat kemajuan negara kita, melainkan kita semua ada gunanya.

Nggak ada bedanya sama mesin, posisi kita seperti satu buah mur. Kelihatannya nggak ada artinya. Maka siapa saja yang jadi presiden, kita kudu jadi mur yang berguna

(@bangmiqo, study Syariah, Rushaifah Makkah)
Rabu, 9 Juli 2014

Sahabatku, catatan di atas adalah hasil diskusi yang bisa saya catat untuk menambah wawasan kita. Siapapun yang nanti menang, Evi harapkan kita terima dengan ikhlas. Nggak usah saling hujat, saling musuhan, saling serang, takut, apalagi sampai sedih atau bangga diri. Tetap berdoa kepada Allah, untuk memohon pemimpin yang terbaik dari Allah. Karena itu yang terbaik untuk Indonesia. Jaga persahabatan dan silaturrahim kita. Tetap beraktivitas, semangat berdakwah, semangat terus menuntut ilmu, dan semangat untuk kita eratkan ukhuwah.
Selain itu, selipkan juga doa buat saudara-saudara kita di Palestina agar mereka selalu dilindungi oleh Allah swt. Aamiin.

Bila ada teman-teman yang mau sisihkan bantuan sedekah, zakat fitrah, infak ke Gaza bisa langsung di transfer ke rekening saudara kita Abdillah Onim (Jurnalis dan aktivis Indonesia yang menetap di Gaza-Palestina serta sebagai Koord. www.daqu.or.id) >>

No rekening: 6900090001
BNI Cab. Kenari Mas Jak-Pus,
a.n. Abdillah Onim

Konfirmasi :
Nomor Whatshap Abdillah Onim: +972 59 8058513
FB : Abdillah Onim
email : dillah_onim@yahoo.com

Hanya Allah Swt yang sanggup menyempurnakan kebahagiaan mereka, dengan zakat fitrah, infak, atau sedekah dari kita semua akan mengembalikan kebahagiaan mereka, rakyat Palestina.

Salam,
~Evi A.
author

Seruan MIUMI Tentang Pemilihan Presiden RI

**Seruan MIUMI Tentang Pemilihan Presiden RI pada 9 Juli 2014**

Bismillahirrahmanirrahim

Dalam rangka menyambut pemilihan presiden (Pilpres) RI 2014-2019, yang akan berlangsung 9 Juli 2014, Pimpinan Pusat Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) menyampaikan ajakan dan imbauan kepada umat Islam Indonesia sebagai berikut:

1. Agar menggunakan hak pilihnya, untuk memilih salah satu pasangan capres-cawapres dengan niat dan tujuan untuk amar ma’ruf nahi munkar serta sebagai bentuk keperdulian kita sebagai ummat Islam terhadap kepentingan ummat Islam yang lebih luas.

2. Agar dalam memilih tetap menggunakan pertimbangan siyasah syar’iyyah yaitu memilih presiden yang:
(1) muslim
(2) cerdas
(3) berkomitmen positif terhadap aspirasi umat Islam
(4) memiliki jiwa dan kemampuan memimpin
(5) jujur
(6) berani
(7) kuat
(8) tidak serakah dunia
(9) bersemangat membangun Indonesia sebagai bangsa yang merdeka, mandiri dan bermartabat
(10) tidak mudah tunduk kepada tekanan-tekanan asing yang merendahkan martabat bangsa.

3. Agar sebelum menjatuhkan pilihan, menggali informasi seluas mungkin dari sumber-sumber terpercaya, melakukan musyawarah, dan melakukan shalat istikharah untuk memantapkan pilihan.

4. Agar berdoa secara tulus ikhlas dan sungguh-sungguh kepada Allah SWT, mengharapkan agar calon pemimpin yang terpilih nanti, diberi kekuatan dan kemampuan oleh Allah SWT sebagai pemimpin negara yang kuat memegang amanah, bersungguh-sungguh menjalankan kepemimpinan untuk menjadikan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang adil dan makmur di bawah naungan Ridho Allah SWT (baldatun thayyibatun wa-rabbun ghafur).

5. Agar umat Islam yang berbeda pilihan tetap menjaga persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyah). Agar tidak bersikap sombong jika pilihannya menang, dan tidak kecewa, marah dan bertindak anarkis bagi yang pilihannya kalah.

6. Agar sesudah memperoleh hasil pemilihan Presiden, umat Islam tetap berkomitmen melaksanakan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar, memberikan taushiyah yang baik dengan sesama Muslim, khususnya kepada pemimpin yang terpilih, dengan tetap berpegang teguh kepada akhlakul karimah.

Demikian seruan ini kami sampaikan dengan ikhlas, semoga Allah SWT memberikan petunjuk kepada kita semua untuk memilih pemimpin yang lebih baik.

Ditetapkan di Jakarta, 6 Juli 2014/ 8 Ramadhan 1435

Dr. KH. Hamid Fahmy Zarkasyi
Ketua Majelis Pimpinan Pusat

KH. Bachtiar Nasir
Sekretaris Jendral