bunga

Bobroknya Pelayanan Lion Air


                 Medan - Hampir lima bulan (17/11/13) surat pengaduan tentang kerusakan barang penumpang yang saya adukan ke pihak Lost and Found Lion Air tidak ada tanggapan. Selain surat pengaduan, bukti-bukti berupa gambar dan kronologis kejadian juga dikirim lewat email  : cgkll@lionair.co.id dan da@lionair.co.id. Namun tidak ada balasan sedikit pun. Pihak Lion Air seakan-akan lepas tangan terhadap masalah ini dan menganggap biasa saja. Ntah karena banyaknya jadwal penerbangan, harga yang murah, dan banyak penumpang yang naik pesawat, jadi pihak Lion tidak mau tanggung jawab. Padahal berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara pada Bab II Jenis Tanggung Jawab Pengangkut dan Besaran Ganti Kerugian Pasal 2 dan Pasal 5, pihak maskapai penerbangan harus mengganti rugi.
Berikut isi pasal-pasal dalam Peraturan Menteri Penerbangannya :


Berikut isi pasal-pasal dalam Peraturan Menteri Penerbangannya :
-          Pasal 2 :
Pengangkut yang mengoperasikan pesawat udara wajib bertanggung jawab
atas kerugian terhadap :
a. penumpang yang meninggal dunia, cacat tetap atau luka-luka;
b. hilang atau rusaknya bagasi kabin;
c. hilang, musnah, atau rusaknya bagasi tercatat
d. hilang, musnah, atau rusaknya kargo;
e. keterlambatan angkutan udara; dan
f. kerugian yang diderita oleh pihak ketiga.

-          Pasal 5
(1) Jumlah ganti kerugian terhadap penumpang yang mengalami kehilangan, musnah atau rusaknya bagasi tercatat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c ditetapkan sebagai berikut:
a. kehilangan bagasi tercatat atau isi bagasi tercatat atau bagasi tercatat musnah diberikan ganti kerugian sebesar Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) per kg dan paling banyak Rp. 4.000.000,00
(empat juta rupiah) per penumpang; dan
b. kerusakan bagasi tercatat, diberikan ganti kerugian sesuai jenisnya bentuk, ukuran dan merk bagasi tercatat.
(2) Bagasi tercatat dianggap hilang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila tidak diketemukan dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender sejak tanggal dan jam kedatangan penumpang di bandar udara tujuan.
(3) Pengangkut wajib memberikan uang tunggu kepada penumpang atas bagasi tercatat yang belum ditemukan dan, belum dapat dinyatakan hilang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebesar Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) per hari paling lama untuk 3 (tiga) hari kalender.

            Jangankan ganti rugi permintaan maaf pun tidak pernah diberikan dari pihak Lion Air kepada saya. Baiklah saya akan jelaskan kronologis kejadian pesawat Lion Air ini dengan keberangkatan penumpang dari Jakarta ke Medan pada tanggal 14 November 2013 dengan nomor penerbangan JT 0208, gate; B4, class : T, seat 18 C.

1. Saya check in pukul 16.00 dan terdapat tiga barang dibagasikan (terlampir di Gambar 1a dan 1b).
Gambar 1a. tiket Lion Air Evi Andriani dan jumlah bagasi

Gambar 1b. Nomor Bagasi Koper Lion Air milik Evi Andriani

2. Selanjutnya saya bayar airpotek dan naik escalator ke atas menuju gate.
3. Dalam perjalanan menuju gate, saya singgah makan di sebuah restoran makanan yang ada.
4. Setelah makan, saya kembali menuju gate B4 dan mencari tempat duduk.
5. Ketika pukul 17.45 WIB, kita baru dipanggil untuk naik ke dalam pesawat Lion Air.
6. Padahal seharusnya di tiket tertulis boarding time 17:30 WIB
7. Pesawat mulai berangkat kira-kira pukul 18:15 WIB
8. Tiba di Medan pukul 20:20 WIB
9. Lalu pengambilan bagasi pukul 20.30 WIB
10. Setelah 15 menit penumpang mengambil bagasi tiba-tiba mendadak pengambilan bagasi terhenti sejenak. Ada sekitar 15 menit-20 menit terhentinya. Dapat dilihat pada Gambar 2a sampai 2c.


Gambar 2a. Conveyor bagasi sebelah kanan

Gambar 2b. Conveyor bagasi sebelah kiri

Gambar 2c. Penumpang panik dan menunggu barang yang belum diambil

11. Setelah kira-kira 15-20 menit conveyor barang bagasi kembali lagi berjalan. Penumpang siap-siap mengambil barang bagasinya. Kecuali saya dan satu orang lagi yang belum dapat. Setelah 5-10 menit berlalu, baru tiba koper saya dalam keadaan sangat memprihatinkan. Beberapa penumpang terkejut lihat keadaan koper saya. Karena sudah terbuka dan diikat dengan seutas tali seperti Gambar 3.


Gambar 3. Keadaan koper yang rusak


12. Yang paling saya tidak sukai adalah kejadian ini merupakan tindakan kriminal pencurian. Hal itu terlihat dari beberapa analisis yang saya lakukan terhadap koper saya. seperti terlihat pada Gambar 4 sampai 8 di bawah ini.
 
Gambar 4. Kunci koper di bobol sehingga meninggalkan bekas benturan

Gambar 5. Kunci dan gembok yang dirusak


Gambar 6. Kain koper dan resleting dicongkel hingga sampai bawah paling dasar koper 


Gambar 7. Resleting koper di sayat


Gambar 8. Bekas sayatan di badan koper
Pada tas koper saya terdapat : kunci koper dibobol, bekas benturan benda keras, kunci gembok di rusak, kain tas koper di congkel, resleting dirusak dengan sayatan benda tajam, dan juga terdapat bekas sayatan di badan tas koper. Dari analisis ini membuat saya semakin yakin dan percaya bahwa adanya tindakan kriminal di bagian bagasi maskapai penerbangan.

Ketika tas koper saya ambil, pihak Lion Air tidak ada respon sama sekali atas kerusakan barang bagasi tercatat ini. Saat saya adukan ke petugas Lion Air di Bandara Kuala Namo Medan, mereka juga cuek saja. Dan hanya menyuruh saya untuk memeriksa barang-barang saya.

Ketika saya bilang, “Kemungkinan tidak ada barang yang hilang.”

Karena nggak ada barang yang hilang, dia hanya menyuruh saya untuk pergi begitu saja. Dan saat saya ingin minta untuk ketemu dengan pimpinan mereka, malah mereka tidak mau. Saya kecewa sekali ada tindakan kriminal pencurian ini.

“Saya dapat melaporkan hal ke media cetak, media online, dan media sosial,” tutur saya pada petugas yang terkait bagasi. Tapi mereka tetap cuek saja.

Mungkin dianggap ini hal biasa saja ya. Bisa jadi bukan hanya saya saja yang mengalaminya seorang diri, tapi mungkin sudah banyak terjadi pada penumpang lainnya seperti kejadian saya ini. Namun, kalau ternyata kejadian ini berulang dialami penumpang, yang salah siapa? Kalau menurut saya, jelas pihak maskapai penerbangan. Pelayanan yang kurang ramah, manajemen yang belum baik, dan SDM pengangkutan bagasi penumpang yang belum terbina dengan baik serta sistem keamanan yang maksimal dari maskapai inilah yang saya alami.

Setelah saya melihat respon beberapa teman-teman di media Facebook tanggal 14 November 2013 lalu juga begitu. Ah, bukan hanya saya saja yang mengalami hal seperti ini. Lagi-lagi rakyat jadi korban akibat kebobrokan suatu maskapai penerbangan. Berikut ada penuturan beberapa teman FB yang mengalami hal yang tidak menyenangkan di Lion Air:

“Kapok naik lion kecuali tiket dibelikan orang lain saya naik pesawat itu. Saya bilang pesawat lion itu seperti bus ekonomi. Tempat duduknya sempit dan kurang sesuai dengan anatomi punggung. Yang bikin saya kapok 4 tahun yang lalu terbang ke Ternate transit Mmakassar. Saya, suami dan anak usia 7 tahun. Sudah diruang tunggu tiket anak saya diminta dan ditukar jadi infant katanya untuk kru & darurat. Setelah di pesawat kami merasa ditipu walau pun tiket anak saya bayar harga infant. Ternyata yang disebelah saya bukan kru. Bisa-bisanya kursi yang sudah dibayar dijual dan saya tidak pernah berpikir buruk karena saya pikir benar darurat dan saya pun merelakannya. Masalah timbul lagi saat transit seat kami dipisah dan saya marahi karena sudah ditipu harus pula dibebani memangku anak tujuh tahun terbang 4 jam. Duduk sendiri saja tidak nyaman apalagi memangku anak yang kakinya sudah panjang terpaksa harus direbahkan. Terlalu serakah dan tak memikirkan keselamatan penerbangan. Saya pikir sangat bodoh jika sy harus membeli tiket lion lg yg kadang harganya lebih mahal dengan tiket garuda. Belum lg delay.” (Nina Sigit)

Pelayanan di dalam pesawat juga sama, para crew cabin tidak ramah lagi sama penumpang cuman di pintu pasuk pesawat aja, setelah di dalam pesawat mereka tidak menjalankan tugasnya dengan baik, pernah saya keluarkan kata-kata kasar saking emosinya, mereka diam.” (Lemba Paulus)

“Kalau yang seperti itu sih nggak pernah tapi pernah dtinggal di Soeta padahal di bandara 4 jam sebelum keberangkatan dan nunggunya di depan A2. Akhirnya cari penerbangan lain dengan merogoh 1,5jt” (Neni Wahid Rahman)

“Kalau itu kak, biasa dibongkar sama orang yang bertugas di bagasi pesawat. Mat pernah seperti itu 2 tahun yang lalu berangkat dari Medan ke Batam. Mereka bukan dari maskapai penerbangan, melainkan dari petugas bandara setempat” (Rahmat Khan Akbar Sikumbang).

“Awak (saya) pun kopernya kemaren tuh uang receh-receh hilang semua. Walau cuma receh tapi kesaaal! Suamipun kemaren gitu tasnya resletingnya dibuat copot sama mereka.ntah petugas bandara, ntah petugas maskapainya yang buat, nggak tahu juga Kak” (Putri Tìka)

“Setujuuuuu! Aku sebel banget, landing nggak banget. Eh call center semua sibuk. Mana ada coba...” (Lestari)

“Kasus Mafia Bagasi Lion Air bukan baru-baru ini saja merebak, dari dulu sudah terjadi. Kejadiannya tahun lalu. Dari Kalimantan, saya bawa oleh-oleh Kepiting. Sampai di Bandara Cengkareng, itu peti isi kepiting sudah pada kebongkar semua, yang tinggal cuma 2 ekor kepiting. Spontan saya laporkan ke petugas Bandara. Eh malah dia marah-marah. Bahkan menahan barang saya dan oleh-oleh yang baru saya bawa dari Kalimantan. Solusinya saya bawa pimpinan TNI AD untuk menghadap petugas Bandara dan meminta barang-barang saya kembali yang ditahan. Emang konyol tuh Managemen Lion Air dan Bandara, kelihatannya ada mafia yang bermain di Bagasi Pesawat dan pihak pengamanan Bandara juga ikut bermain. Saran saya kemarin setelah kejadian di Bandara, saat ada bukti rusaknya barang-barang kita langsung di foto dan dokumentasikan untuk bukti bahwa kita terima barang keluar bagasi sudah rusak. Nggak jauh-jauh, kemarin kasus Lion Air baru-baru ini yang amburadul. Eh...malah customer yang menyelamatkan penumpang dari panasnya kabin dan matinya AC Lion Air malah di tuntut pidana pengrusakan akibat membuka pintu badan pesawat. Hadeuuhh, kacau tuh Lion Air...” (Dedi Chan)

“Iya Mba Evi, aku dulu pas baru nikah mau honeymoon, delay 3 jam. Tujuan  Jakarta-Banjarmasin. Udah berangkat malam, delay jadi tambah malam. Eh pas landing ampuun deh, hard landing. Loncat-loncat itu pesawat. Ih ngeriii, dan sekarang nggak mau lagi pake lion deh. Mahal tapi nggak bangeet” (Ratna Nurvitasari)

“Iya Mba, waktu ranselku ktinggalan itu langung dikomplain sama calon mertuaku, banyak yang ketinggalan juga.”( Citra Indah Andriani)

Masih banyak lagi mungkin yang mengalami yang seperti ini. Mari kita suarakan hati kita agar pihak maskapai Indonesia semakin lebih baik lagi. Dan pihak Dinas Perhubungan bisa mengambil tindakan tegas.
****

Kejadian ini sebenarnya kembali berulang pada saat suami saya pulang dari Medan ke Jakarta, Minggu lalu (13/4/14). Suami saya membawa durian dan beberapa barang di kotak. Sebagian barang di kotak merupakan barang pecah belah. Awalnya ditimbang kotak kecil berisi durian.

“Ini isinya apa?” tanya Yuliani, petugas tiket Lion Air.
“Ini isinya durian,” jawab saya dan suami serempak.
Lalu, dengan juteknya si petugas bilang, “Maaf durian nggak bisa dimasukkan dalam bagasi.”
“Sejak kapan durian nggak boleh dibawa? Baru tiga bulan lalu, saudara dan kakak kandung suami saya dari Makasar bawa oleh-oleh durian, boleh-boleh saja tuh. Kan ada bagasi khusus di Kuala Namu ini,” tutur Evi.
“Memang nggak boleh bawa, Mbak,” sahut si petugas dengan muka gerem.
“Kan kita bungkus dan paketinnya dengan rapi serta tidak berbau, Mba?” tuturku penuh emosi.
Tapi tetap saja petugas bilang nggak bisa. Karena saya nggak puas, saya langsung mendatangi petugas dari Dinas Perhubungan di Kuala Namu, tepatnya di bagian Bagasi Khusus.
“Pak, saya mau tanya, apakah durian tidak boleh dibawa? Apakah memang ada peraturan seperti itu sekarang ini di Kuala Namu?” tanyaku pada petugas Dishub tersebut.
Petugas menjawab, “Boleh saja. Durian yang sudah dibuka isinya dan pancake itu boleh dibawa. Dan masuk lewat Bagasi Khusus ini (sambil menunjuk mesin Bagasi Khusus di KNIA).”
“Lalu, kenapa tadi petugas tiket tidak membolehkan masuk durian ini?” tanyaku lagi dengan wajah penasaran.
“Kalau itu tergantung pesawatnya, Bu. Kita tidak bisa banyak berbuat. Di bagasi khusus ini langsung masuk ke dalam pesawat tanpa memakan SDM angkut barang.”

Hati saya rasanya sedih sekali campur rasa emosi, sampai air mata ini mau netes ke pipi tapi saya tahan di kelopak mata saja. Dengan wajah pasrah bingung harus ngapain. Karena teman-teman suami kantor ingin sekali memakan durian asli Medan.

Saat saya kembali ke tempat petugas tiket Lion Air tersebut. Suami saya terlihat bingung dan gelisah.
“Ada apa, Bang?” tanya saya pada suami.
“Ini Dek, kotaknya nggak bisa masuk bagasi,” jawab suami.
“Kenapa, Bang?” tanya saya penasaran.
“Kata petugas, barang pecah belah nggak boleh masuk bagasi,” tutur suami.
“Apaaa!” teriak saya dengan nada emosi.
Saya langsung menemui kembali si Yuliani, salah satu petugas Lion Air di dalam bandara. Betapa hati saya terasa panas, bagai ikan yang baru saja digoreng hendak kita makan. Ini kan barang-barang penting buat rumah kontrakan saya di Depok. Bagaimana bisa nggak boleh masuk bagasi.
“Mbak, apa maksudnya nih kotak suami saya nggak bisa masuk bagasi? Bukankah selama ini tidak ada larangan bahwa barang pecah belah dibawa ke dalam bagasi maskai pesawat?” tanyaku geram dengan nada agak keras kepada petugas tersebut.
“Barang pecah belah memang nggak boleh dibawa Mbak?” ujar petugas tersebut.
“Mengapa ngga boleh?” balas saya.
“Karena barang pecah belah mudah pecah. Kami takut, kalau masuk dalam bagasi, petugas pengangkut barang akan mengangkutnya denagn keras. Karena mereka kan agak keras dan asal-asalan ambil barang penumpang. Kami takut pecah. Kalau pecah, kami nggak mau ganti.” Kembali si petugas menjelaskan pada saya dengan wajah panas dan nada keras juga.
“Kalau gitu ajarin dung Mbak, si pengangkut barangnya dan bilang hati-hati tiap angkut barang penumpang. Buat apa ada stiker fragile dibuat oleh maskapai, jika nggak bisa menjamin aman barang penumpang,” ujar saya dengan tegas.
“Oh, stiker ini hanya untuk menjaga-jaga saja, Mbak,” jawabnya.
“Dasar ya kalian semua, bobrok banget pelayanan Lion Air. Sudah sebelumnya tas koper saya rusak parah nggak diganti, sekarang kalian berlaku hal sama lagi terhadap barang saya.”

Ya Allah, hati saya benar-benar tersakiti. Betapa bobroknya pelayanan mereka. Saya harus benar-benar ikhlas. Mau nggak mau, ini kotak saya poskan. Dan kembali lagi harus mengeluarkan biaya ratusan ribu. Astagfirullah... keluh kesah saya dalam hati yang begitu pedih. Padahal berharap bisa mengurangi biaya dengan masuk bagasi pesawat melalui suami saya, eh malah saya harus kembali mengeluarkan biaya lagi untuk poskan barang-barang ini. Astagfirullah, sabar Evi... sabar...

Tiba-tiba ada satpam yang baik hati bilang, “Pak, duriannya masukin aja ke dalam tas Bapak. InsyaAllah lewat tuh ke dalam pesawat. Kan tidak mengeluarkan bau. Packing-nya juga bagus dan rapi,” tutur si satpam pada suami.

Akhirnya kita masukin durian ke dalam tas ransel suami. Dan isi tas suami yang berupa pakaian dipindahkan ke dalam plastik yang di pegang tangan. Kemudian saya telpon kembali suami, untuk memastikan itu durian masuk dengan selamat sampai di dalam pesawat, sebab kalau nggak selamat, saya bawa pulang lagi. Sangat rugi sekali bila yang makan orang bandara. Sudah pelayanannya bobrok, mau ambil durian kita. Bagus dimakan di rumah bersama para saudara, bila perlu di bagi ke tetangga. Lebih berpahala dan mengeratkan ukhuwah.

“Bang, gimana? Lolos nggak duriannya?” tanya saya.
“Alhamdulillah, lolos Dek,” jawab suami.

Alhamdulillah, syukurlah. Minimal durian ini bisa selamat dan dimakan oleh teman-teman kantor suami yang ingin merasakan durian asli Medan. Sedangkan kotak berisi barang-barang untuk rumah kontrakan, akan saya poskan. Harus benar-benar melapangkan hati, walaupun mengeluarkan biaya besar lagi. Untuk selanjutnya, saya bilang ke suami saya agar tidak membeli Lion Air lagi. Kecuali pelayanannya sudah baik, ramah; manajemennya rapi, sistem keamanan dan sistem SDM bagasi juga bagus, barulah kita naik pesawat itu lagi. Atau saat-saat terdesak butuh di jam yang memang ngga ada di penerbangan lain, bolehlah naik pesawat tersebut.

Sebaiknya pihak Kementrian Perhubungan harus bertindak tegas terhadap maskapai penerbangan yang kurang baik pelayanannya. Adakan evaluasi rutin terhadap semua pihak maskapai penerbangan di Indonesia setiap enam bulan sekali. Buat suatu tempat pengaduan di Dinas Perhubungan untuk masalah pesawat terbang atau kendaraan lainnya. Apakah itu email, nomor telepon, nomor HP untuk SMS, dll. Ini untuk memudahkan rakyat dekat dengan wakilnya di pemerintahan. Bukankan PNS itu bagian dari pelayanan masyarakat juga? Inilah saatnya mendekatkan diri kepada rakyat.

Sedangkan saran saya kepada pihak maskapai penerbangan agar menajdi lebih baik lagi ke depannya :
1. Setiap membeli tiket online atau offline disertakan juga seperti dulu catatan barang-barang apa yang boleh dibawa dan tidak dibawa.
>>Karena saya lihat sekarang, itu tidak ada lagi. Atau sangat jarang disertakan peraturan-peraturan tersebut saat membeli tiket. Jadi penumpang tahu, barang apa yang ga bisa dibawanya.

2. Membuat petugas pelayanan tiket di bandara itu ramah dalam melayani penumpang.
>>Karena dari pembelilah, penjualan mendapat keuntungan. Dan sebaliknya pembeli juga berhak mendapat pelayanan yang ramah, sopan, santun, dan murah senyum dalam berbicara atau bersikap kepada penumpang.

3. Meningkatkan proses keamanan maskapai penerbangan.
- Buat pengawas penjagaan yang baik untuk para pengangkut barang di bagasi.
>> Jangan hanya ada pengawas saat barang mau dibawa penumpang keluar bandara saja yang banyak dan ketat, tapi ternyata di dalam bagasinya pengawasannya sangat minim.
- Tingkatkan kualitas para SDM pengangkut barang bagasi.
>> Tanyalah mereka, apa yang mereka butuhkan. Nasehati mereka untuk membawa barang bagasi penumpang dengan baik. Berikan sangsi tegas bila ketahuan ada suatu pengrusakan barang penumpang. Beri mereka seminar-seminar motivasi atau seminar-seminar yang bisa membuat mereka ikhlas jadi seorang pengangkut bagasi yang baik. Jangan hanya mau banyak jadwal penerbangan dan banyaknya penumpang saja yang dikejar, tapi masalah hak mereka ga diperhatikan.
- Pasang CCTV atau kamera perekam, di tempat biasanya barang bagasi diletakkan sebelum diangkut ke dalam pesawat, dan memungkinkan mereka untuk merusak barang-barang bagasi penumpang.
- Buat tempat pemeriksaan kesehatan, apakah layak penumpang naik pesawat. Khususnya bagi anak-anak, lansia, atau orang yang punya penyakit kritis.
- Buat seminar-seminar motivasi dan rohani bagi karyawan maskapai agar kinerja mereka semakin lebih  baik setiap 6 bulan sekali atau setahun sekali.
>> Jangan pas hanya baru masuk saja di kasih seminar motivasi dan pengarahan. Setlah bekerja, sudah nggak dikasih arahan lagi.
- Adakan evaluasi rutin dari pengawas atau supervisor maskapai penerbangan terhadap karyawan yang bekerja setiap 3 bulan sekali atau 6 bulan sekali.
- Berikan kontak layanan keluhan penumpang maskap di websiter maskapai penerbangan.
>> Jangan hanya nomor telpon saja, karena sering sibuk terus nggak bisa dihubungi. Tapi email, nomor HP SMS, dll. Dan tolong dibalas atau direspon setiap ada keluhan penumpang. Semakin banyak keluhan yang di dapat, untuk menunjukkan semakin nggak kinerja maskapai pesawat. Ini bisa jadi bahan pelajaran buat maskapai sendiri agar menjadi elbih baik lagi ke depannya.

Jika ada teman-teman yang mengalami hal kejadian yang sama seperti saya atau pengalaman tidak menyenangkan di dalam pesawat, silahkan komentar tulisan ini. Jika teman-teman punya saran untuk memperbaiki kinerja pesawat/karyawan maskapai penerbangan kita di Indonesia ini, silahkan tuliskan aspirasi teman-teman di catatan ini.

Semoga catatan saya ini, suara hati saya ini dapat memberikan pelajaran buat saya dan semua pembaca. Semoga catatan ini dibaca pihak dinas yang terkait penerbangan dan juga seluruh maskapai penerbangan. Kita ngga tahu harus mengadu ke mana. Paling cocok adalah sharing, lalu kita tuliskan menjadi sebuah cerita, penuh fakta. Agar menjadi sebuah hikmah dan pelajaran ke depannya untuk menjadi lebih baik lagi. Kalau maskapai Indonesia bagus pelayanannya, manajemennya, dan keamanannya, siapa yang tak senang naik pesawat. Apalagi dengan harga yang cukup terjangkau. Bisakah pihak maskapai buat seperti itu? Tentu sangat bisa, asal ada kemauan untuk memperbaiki dan berbenah diri menjadi lebih baik.

Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
Evi Andriani